Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Strategi Pemberdayaan Perempuan di Desa Panggak Darat Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga Hidayah, Nur; Pangestoeti, Wahyu; Safitri, Dian Prima
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) Vol 2 No 2 (2014): Jurnal Ilmu Administrasi Negara
Publisher : Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program Pemberdayaan Perempuan (Women Empowerment Program) in Panggak Darat Village is oneof the women empowerment program organized by the local government through Badan PemberdayaanPerempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Lingga regency to empowerwomen to be more empowered, by providing direct grants to the village which wa s then submitted totraining group women empowerment. With this program are expected to be more independent women.The Program is training activities such as weaving and sewing. The problem raised are (1) HowWomen Empowerment in Panggak Darat Village of Lingga District, (2) What strategy is used in theempowerment of women, (3) What are the enabling and inhibiting factors in the empowerment ofwomen. This research aims to determine the strategy of empowerment of women in Panggak DaratVillage through weaving and sewing training, as well as to determine the significance of this training.This study used a qualitative research approach, the type of research is descriptive. Subjects were headof women empowerment, training members, and the community including the village chief andchairman of the Trustees of Family Welfare. The data collection used were observation, interviews, anddocumentation. The fact in the location that women empowerment focuses was the Resource-BasedView (RBV), which focuses on human resources and natural resources in a region. While the strategy ofusing cedar mezzo-based strategies, namely strategies undertaken over several groups, such as weavingand sewing training groups, each group consisting of two groups of training. In weaving training, aftersome of the group members follow the development of creativity training, members of the group formedtwo groups worked together to weave and between groups. As for sewing training, conducted bypresenting a coach to teach you about how to sew a good clothes. The benefits obtained after training isempowering members acquire knowledge and skills that can then be developed to open their ownbusiness and can fulfill necesstityt.
Analisis Sound Governance: Model Kemitraan Pemerintah Daerah dan Civil Society Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Studi pada Keterlibatan Non-Government Organization (NGO) Asing Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kampung Wisata Panglong Kabupaten Bintan Pr Safitri, Dian Prima; Kurnianingsih, fitri; Edison, Edison
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) Vol 5 No 2 (2017): Jurnal Ilmu Administrasi Negara
Publisher : Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

  Analisis Sound Governance:Model Kemitraan Pemerintah Daerah dan Civil SocietyDalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir(Studi pada Keterlibatan Non-Government Organization (NGO) Asing Dalam PemberdayaanMasyarakat Kampung Wisata Panglong Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau)   Dian Prima Safitri(dianprima2000@gmail.com) Edison(edison4086@gmail.com) Fitri Kurnianingsih(fitriacy@gmail.com) (Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH) Abstrak Penelitian ini akan mendalami persoalan kemitraan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir di Kabuaten Bintan dari perspektif sound governance karena adanya keterlibatan sebuah NGO asing di dalamnya. Sejumlah pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini Pertama, bagaimana proses masuknya aktor internasional (TheIsland Foundation) ke Kabupaten Bintan ?.Kedua, Bagaimana sikap Pemerintah daerah Kabupaten Bintan terhadap keterlibatan TheIsland Fondation dalam pemberdayaan masyarakat ?. Ketiga, bagaimana model kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan TheIsland Fondation?Setting penelitian ini adalah di lokasi Desa Wisata Kampung Panglong di desa Berakit Kabupaten Bintan. Penelitian ini menerapkan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui informan kunci (keyperson) yang ditentukan secara bertujuan (purposive). Ada pun yang ditetapkan atau dapat ditentukan sebagai keyperson adalah agen pelaksana dari The Island Foundation dan Pemerintah Daerah. Sedangkan informan lainnya adalah pejabat terkait di SKPD terkait (Badan Pemberdayaan Masyarakat-perempuan-dan perlindungan anak, Kesbangpol), Pemerintah Desa, para pengurus KUBE, dan para pelajar yang disentuh, serta beberapa tokok masyarakat, yang akan ditentukan kemudian secara snow ball. Disamping itu, studi dokumentasi dan observasi juga digunakan untuk menjaring data yang relevan. Kehadiran Aktor Internasional untuk berpartisipasi dalam pembangunan manusia di Kepulauan Riau, khususnya Bintan belum disadari oleh pemerintah sebagai potensi. Keterbatasan sumberdaya pemerintah sebagai agen tunggal pembangunan seharusnya membuat pemerintah dalam memanfaatkan setiap potensi dukungan sumberdaya diluar pemerintah itu sendiri, baik itu swasta, masyarakat maupun aktor internasonal/global. Kemitraan seperti ini lah yang diinginkan oleh gagasan sound governance, akan tetapi belum difahami sam oleh pemerintah daerah baik level Kab, Bintan maupun level Pemerintah Desa Berakit. Dengan kata lain, kemitraan positif yang antara pemerintah Daerah/Desa dengan TIF belum terjalin dengan seimbang
POLITIK HUKUM: PERUMUSAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN PENANAMAN MODAL (STUDI PADA KOTA BATAM) Safitri, Dian Prima; Sucipta, Pery Rahendra
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) Vol 6 No 1 (2018): Jurnal Ilmu Administrasi Negara
Publisher : Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The demand for devolution of authority from the central government to local governments has caused the regional autonomy system, especially the economic growth to be very important. The geographical condition of Batam City which is very strategic and the special status of the Free Trade Zone that should provide a very large contribution to investment. Among the desire to increase the rate of investment sourced both domestically and abroad, the government was negligent towards the protection of labor. The undesirable impact is the unilateral termination of employment, followed by an escaping and irresponsible company. The research method used is normative and empirical juridical. Theoretically, the type of investment, institutions and processes should be able to explain accompanied by labor protection laws. Various similar cases have so far not been resolved by the government. This is supported by formal legal policies that have not been formulated in Batam City which have special conditions that are different from other regions. The existence of the Batam City Government and the Regional Concession Board must take a role in investment and labor protection.  
KAPASITAS PERANGKAT DESA TELUK BAKAU KECAMATAN GUNUNG KIJANG DALAM MENGELOLA ALOKASI DANA DESA Madiono, Imam; MUHAMMAD, ADJI SURADJI; Safitri, Dian Prima
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) Vol 4 No 2 (2016): Jurnal Ilmu Administrasi Negara
Publisher : Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.981 KB)

Abstract

Village Government is the lowest administrative unit in the state governments that have given theright of indigenous autonomy with certain limits as a unified community law (adat) are entitled toregulate and manage the affairs of the local community in the implementation of the rule of origin.The success of an organization to meet the challenges set by people who do the work on it, so thecapacity of the individual must be considered. Considering there is a budget increase for the village,the village is required to develop the capacity to manage these budgets to the maximum. Thepurpose of this study is essentially to Know the capacity of Teluk Bakau manage Village FundAllocation. According to Law No. 6 Tahun2014 about the village in Article 72 paragraph (1) itemd, explained that the allocation of village funds that are part of the balance funds received byRegency / City. This study uses the theory Riyadi Soeprapto (Novita Sari, et al., 2014: 635) whosuggested that capacity building should be implemented in an effective and sustainable in three (3)levels: Level Individual, Organizational Levels, and Level System. Data analysis techniques usedin this research is qualitative descriptive analysis technique. After doing research, the final resultsof the study suggested that the Irish village of Teluk Bakau manage Village Allocation Fund, takinginto account the dimensions of capacity development are taken from the individual level, the level oforganization, as well as the systems level, overall there are no constraints or problem- a bigproblem that can inhibit the allocation of these funds. General Allocation Fund budget absorption,both in Shopping Indirect and direct expenditure amounted Rp.334.072.480, and absorbedamounted Rp.302.828.130 or approximately 90.6%. The problem that occurs is contained by thevillage which still provides maximum performance in carrying out its duties and functions as themanager of the Village Fund Allocation, this is because the device is that Village take office in thegovernment of Teluk Bakau, so mastery of tasks and functions are still not optimal.
FREE TRADE ZONE (FTZ) TANJUNGPINANG DALAM KERANGKA EKONOMI POLITIK KELEMBAGAAN Andini, Sri Putri; Prastya, Imam Yudhi; Safitri, Dian Prima
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) Vol 6 No 2 (2018): Jurnal Ilmu Administrasi Negara
Publisher : Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.832 KB)

Abstract

It has been around 10 years since the enactment of government regulations as the basis for the implementation of the free trade zone policy, but until now the reality that occurred is far from ready, this can be seen from the provision of infrastructure which is an important part in supporting the course of the policy but not yet available. In addition to infrastructure, what is no less important is how the institution in this implementation is able to run the existing system. This study uses a qualitative approach with a type of descriptive research. Research locations are in Tanjungpinang City. The results of the study indicate the complexity of the problems experienced by the Institutions of the Zone Council and the Concession Board of the Bintan Region Free Trade Zone and Free Port, so it is not surprising that it ultimately has implications for operational policies. Because the presence of institutions is a determinant of whether a policy is going well or not.
ANALISIS SOUND GOVERNANCE: SIKAP PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KETERLIBATAN NGO DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR Dian Prima Safitri; Edison Edison; Fitri Kurniasih
Journal of Public Administration and Local Governance Vol 2, No 1 (2018): Fostering Innovation In Public Administration
Publisher : Social and Political Science Faculty - Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jpalg.v2i1.636

Abstract

Penelitian ini mengkaji persoalan respond pemerintah daerah khususnya terkait sikap pemerintah dalam dimensi Sound Governance terhadap Non Government Organization (NGO) yang sangat aktif melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir. Kegiatan pemberdayan tersebut dilakukan di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau (Kepri). Setting penelitian ini di lokasi Kampung Wisata Panglong di Desa Berakit Kabupaten Bintan. Penelitian ini menerapkan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui informan kunci yang ditentukan secara bertujuan (purposive). NGO yang dimaksud adalah The Island Foundation (TIF) yang telah mengembangkan beberapa kegiatan dalam pemberdayaan. Diantaranya adalah Education and Literacy Program, Village and Development Program, dan Health and Nutrition. Atas keaktifan NGO ini tentu memnimbulkan tanda tanya dimana peran pemerintah daerah. Oleh karena itu, melalui kajian ini akan dilakukan pengamatan bagaimana pemerintah bersikap apakah berkolaborasi dalam kemitraan atau kontraproduktif terhadap potensi peran serta NGO TIF ini. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dimensi sound governance yang berperan optimal adalah dimensi organisasi dan institusi, dimensi sector dan dimensi kekuatan internasional. Hambatan dalam kemitraan ini antara lain, peluang ini belum dipahami oleh pemerintah daerah baik di level Kab, Bintan maupun Pemerintah Desa Berakit. Dengan kata lain, kemitraan positif antara pemerintah  dengan TIF belum terjalin dengan seimbang. Kehadiran TIF sejauh ini lebih terlihat sebagai kesempatan mengalihkan peran, daripada sebagai mitra pembangunan.
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMBANGUN CITY BRANDING DI KOTA TANJUNGPINANG (STUDI KASUS KAMPUNG PELANGI) Erfan Hartono; Dian Prima Safitri; Fitri Kurnianingsih
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Vol 14, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.798 KB) | DOI: 10.20961/sp.v14i2.39286

Abstract

Penelitian ini berdasarkan dari sebuah fenomena dimana pada tahun 2018 dibangun sebuah Kampung Pelangi di Kota Tanjungpinang. Kampung Pelangi yang merupakan pilot projek pembangunan Kampung Wisata Baru di Kota Tanjungpinang, menjadi salah satu terobosan baru untuk mengubah image kampung kumuh menjadi kampung yang indah dan dikenal melalui City branding Kota Tanjungpinang yang bertajuk “Pesona Tanjungpinang”. City branding merupakan strategi dari sebuah kota atau daerah untuk membuat positioning yang kuat sehingga kota dan daerah tersebut dikenal secara luas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk mengetahui Peran Pemerintah Daerah dalam membangun City Branding di Kota Tanjungpinang terkait positioning kampung wisata baru yaitu Kampung Pelangi yang dianggap menjadi ikon terbaru di Kota Tanjungpinang. Penelitian ini menggunakan dua subjek yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang dan Kelurahan Melayu Kota Piring yang terlibat dalam Penanganan Kampung Pelangi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara serta dokumentasi.  Hasil penelitian menunjukan bahwa Peran Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang dalam membangun City Branding di Kota Tanjungpinang melalui Kampung Pelangi, yaitu: 1) Survei Pemetaan (Mapping Survey), 2) Analisis Kompetitif (Competitive Analysis), 3) Cetak Biru (Blueprint), dan 4) Implementasi (Implementation) masih belum optimal. Pemerintah daerah perlu mendorong pencapaian tujuan pembangunan kepariwisataan dan harus bisa menyediakan infrastruktur dan kerangka regulasi yang dapat mendorong swasta dan masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan kepariwisataan berbasis kampung wisata.
IMPELEMENTASI BANTUAN PANGAN NON TUNAI MELALUI ELEKTRONIK GOTONG ROYONG DI KOTA TANJUNGPINANG Ristiana Pramesti; Adji Suradji Muhammad; Dian Prima Safitri
Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.457 KB) | DOI: 10.20961/sp.v14i1.34583

Abstract

Program Bantuan Pangan Non Tunai adalah bantuan pangan dari pemerintah yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) setiap bulannya sebesar Rp. 110.000 melalui Mekanisme akun Elektronik yang digunakan hanya untuk membeli pangan di warung yang bekerja sama dengan Bank Himbara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Implementasi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) melalui Elektronik Warung Gotong Royong (E-Warong) Kota Tanjungpinang serta mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi E-Warong dalam mendistribusikan BPNT di Kota Tanjungpinang. Informan yang digunakan dalam penelitian ini Dinas Sosial Kota Tanjungpinang, pengelola E-Warong Kota Tanjungpinang serta KPM. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik dan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan model Implementasi Van Meter dan Van Horn dengan menggunakan enam indikator. Hasil penelitian dilihat dari indikator yang dipakai yaitu 1)Standar dan tujuan kebijakan kurang optimal, dapat dilihat dari tujuan yang dicapai belum maksimal dalam memberdayakan KPM, 2)Sumber daya yang ada kurang berjalan yakni para pelaksana dan sarana prasarana masih memiliki hambatan, 3)Karakteristik Organisasi program E-Warong belum optimal karena terhambat dalam pendataan calon KPM, 4)sikap pelaksana dari pihak Bank belum sepenuhnya bertanggungjawab dengan tugasnya, 5)komunikasi antar organisasi pelaksana cukup optimal dengan mengadakan rapat disetiap pelaksanaan program, 6) lingkungan ekonomi, sosial dan politik sudah optimal dapat dilihat dari masyarakat sosial sudah mendukung akan adanya program ini. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa implementasi BPNT melalui E-Warong di kota Tanjungpinang sudah optimal, hanya saja masih terdapatnya saldo dari KPM yang kosong. Serta kurang berdayanya KPM dalam menjalankan program E-Warong karena harus bersaing dengan pihak swasta yakni agen Bank himbara (BNI). Saran peneliti kepada pemerintah Kota Tanjungpinang agar mengeluarkan kebijakan perlunya rekomendasi Dinas Sosial Kota Tanjungpinang dalam pendirian agen Bank sebagai tempat transaksi bantuan pangan sosial nontunai agar dapat dengan mudah mengontrol, serta mendata kembali masyarakat yang ada dikota Tanjungpinang untuk lebih bijak dalam memanfaatkan bantuan yang diberikan agar manfaat program dapat dirasakan dalam jangka panjang.
Pengembangan Kapasitas Bank Sampah untuk Mereduksi Sampah di Kota Tanjungpinang Mawarni Hani; Dian Prima Safitri
Kemudi Vol 4 No 1 (2019): Kemudi: Jurnal Ilmu Pemerintahan
Publisher : Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.274 KB)

Abstract

Tingginya tingkat perkembangan penduduk dan pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan semakin banyaknya sampah yang dihasilkan yang bersumber dari sumber timbulan sampah yaitu sampah rumah tangga, sampah industri, sampah perdagangan, dan lain sebagainya. Pemerintah Kota Tanjungpinang terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kebersihan dan melakukan upaya untuk menekan volume sampah dengan adanya pengembangan kapasitas bank sampah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengembangan kapasitas bank sampah untuk mereduksi sampah di Kota Tanjungpinang. Informan penelitian ini adalah Dinas Lingkungan Hidup,Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang, dan pengurus bank sampah. Penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan deskriptif kualitatif. Teknis analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah 1) belum adanya sistem rekrutmen pegawai yang tepat didalam pengembangan sumber daya manusia. 2) dimensi penguatan organisasi, Dinas Lingkungan Hidup bekerja sama dengan pegadaian, sebagai inovasi dalam meningkatkan minat masyarakat untuk menabung. 3) dimensi reformasi kelembagaan melalui Peraturan Walikota No 43 Tahun 2018 tentang kebijakan dan strategi daerah (jakstrada) dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga harus mencapai target 100% sampah yang terkelola ditahun 2025 diukur melalui pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sampah sebesar 70%. Maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan kapasitas bank sampah untuk mereduksi sampah di Kota Tanjungpinang sudah optimal, meskipun belum berjalan begitu sempurna. Saran peneliti yaitu pemerintah diharapkan mendorong berdirinya bank sampah disetiap kelurahan dan kecamatan sehingga sampah di Kota Tanjung pinang bisa direduksi.
Analisis Jejaring Kebijakan dalam Program Sertifikasi Permukiman di Atas Air di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Ayunatasya; Safitri, Dian Prima; Firman, Firman
Journal of Social and Policy Issues Volume 4, No 2 (2024): April - June
Publisher : Pencerah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58835/jspi.v4i2.330

Abstract

The certification program for settlements on the water is carried out as a form of ensuring legal protection for community settlements on the water. So far, it has been difficult for the community to get a certificate because they are above the sea, not on land like people who generally live on land. The purpose of this research is to find out and describe the policy networks involved in the implementation of the overwater settlement certification program in Kawal Village, Gunung Kijang District, Bintan Regency. The theory used is Van Waarden's theory (1992) with indicators of actors, functions, structures, institutions, rules of action, power relations, and actor strategies. The results of this study show that the policy network involved in the implementation of the overwater settlement certification program consists of the Central Government, Provincial Government, District Government, and Village Government. The mechanism for implementing the overwater settlement certification program in Bintan Regency, especially in Kawal Village, is based on the Decree of the Director General of Marine Spatial Management Number 15 of 2023 concerning Guidelines for Facilitating Approval of Conformity of Marine Spatial Utilization Activities for Local Communities in Coastal Areas and Small Islands.  The implementation of this program certainly has obstacles in the field, namely related to coordination between agencies, especially at the regional level, on the implementation of socialization, facilities and access when going to the field. Researchers suggest the need to empower policy networks outside the government and the private sector.