Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pulmonary Tuberculosis and Lung Abscess: A Case Report Alifyah Alza Adawiya Latuconsina; Erlin Syahril; Dwi Anggita
The International Journal of Medical Science and Health Research Vol. 13 No. 4 (2025): The International Journal of Medical Science and Health Research
Publisher : International Medical Journal Corp. Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70070/53gcfg28

Abstract

A 49-year-old woman presented to the hospital with a chief complaint of dyspnea that began in the morning. She reported a history of hemoptysis, initially manifesting as clots equivalent to approximately one tablespoon, which has since diminished to blood-streaked sputum. A notable episode of hemoptysis had occurred one year prior, for which she was prescribed Anti-Tuberculosis Treatment (ATT). The patient has experienced a chronic cough since the previous year, with associated dyspnea during severe coughing episodes. She also reported intermittent fever. A thoracic examination revealed a normochest configuration with symmetric respiratory movements. Palpation identified decreased tactile fremitus in the right hemithorax. Percussion was hyperresonant and dull over the medial aspect of the right hemithorax. On auscultation, vesicular breath sounds were present bilaterally (+/+), with additional rhonchi noted (+/+) but no wheezing (-/-). Cardiac sounds I/II were pure and regular, with no additional sounds. A chest X-ray revealed cloudy opacities across both lungs, with a distinct patch containing an air-fluid level in the right lung. The heart size was normal, both sinuses were clear, and the right diaphragm was well-defined, while the left diaphragm showed tenting. The skeletal structures appeared intact. The radiological impression was pneumonia, a right lung abscess, and old left-sided tuberculosis.
Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru dan Status Gizi Sebelum dan Sesudah OAT di Puskesmas Sudiang Nabila; Zulfitriani Murfat; Dwi Anggita; Aryanti R. Bamahry; Edward Pandu Wiryansyah
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 5 No. 3 (2025): September
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v5i3.571

Abstract

Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menyerang paru-paru. Penularannya terjadi lewat udara saat penderita batuk atau bersin. Lansia, penderita HIV/AIDS, dan orang dengan gizi buruk lebih rentan terinfeksi. Indonesia termasuk negara dengan kasus TB tertinggi di dunia. TB bisa disembuhkan dengan pengobatan teratur 6–9 bulan dan dukungan gizi yang baik, yang membantu mempercepat pemulihan. Tujuan: Untuk mengetahui karakteristik pasien TB paru dan status gizi sebelum dan sesudah pengobatan obat anti tuberkulosis (OAT) di puskesmas Sudiang. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif kuantitatif yang bertujuan menggambarkan frekuensi kejadian tuberkulosis paru berdasarkan data rekam medik pasien di Puskesmas Sudiang Raya Makassar pada Januari–Juni 2024. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar pasien TB di Puskesmas Sudiang (Januari–Juni 2024) dengan jumlah sampel (37 pasien) berjenis kelamin laki-laki yang berada dalam rentang usia produktif (17–45 tahun). Sebelum pengobatan, 37,84% memiliki status gizi buruk, yang menurun menjadi 29,73% setelah pengobatan. Sebagian besar pasien (86,5%) mengalami perbaikan status gizi setelah menyelesaikan terapi OAT, yang menunjukkan dampak positif pengobatan terhadap pemulihan gizi. Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagian besar pasien TB di Puskesmas Sudiang berjenis kelamin laki-laki dan berada dalam kelompok usia produktif, dengan perbaikan status gizi yang signifikan setelah menyelesaikan pengobatan anti-tuberkulosis, yang menunjukkan efektivitas terapi dalam mendukung pemulihan
Evaluasi Pembelajaran Kritis Pada Teks Akademik Anak Usia Dini : Tinjauan Literatur Dan Penelitian Lapangan Marcellita Nainggolan; Setiani Hotnidah Rambe; Dwi Anggita; Rifka Sriwilda Manik; Hartoti Sitohang; Anggia Puteri
Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 2 No. 3 (2024): Juli : Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan
Publisher : CV. Aksara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59031/jkppk.v2i3.433

Abstract

Pembelajaran berbasis kritis diakui sebagai pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan pemahaman teks akademik pada anak usia dini. Studi ini bertujuan mengevaluasi efektivitas strategi ini dalam konteks pendidikan Indonesia, di mana minat baca dan kemampuan literasi masih rendah. Metode yang digunakan meliputi tinjauan literatur dan observasi lapangan di TK Kartika 1-1. Tinjauan literatur menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis kritis dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman teks akademik, dengan anak-anak yang terlibat dalam aktivitas kritis menunjukkan kemampuan analitis, sintesis, dan evaluasi yang lebih baik. Observasi lapangan mendukung temuan ini, menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan membaca dan memahami teks akademik, serta partisipasi aktif dalam diskusi kelas. Guru melaporkan bahwa strategi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa tetapi juga motivasi dan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menyarankan pentingnya integrasi strategi pembelajaran berbasis kritis dalam kurikulum pendidikan anak usia dini, serta pelatihan yang memadai bagi guru untuk mengimplementasikan pendekatan ini. Meski hasilnya menjanjikan, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar untuk memastikan generalisasi temuan ini di berbagai konteks pendidikan anak usia dini diIndonesia.
Antibacterial Activity Test of 96% Ethanol Extract of Red Ginger (Zingiber officinale var. rubrum) Against the Growth of StreptococcusPneumoniae Bacteria Harry Nugraha Bachtiar; Irna Diyana Kartika Kamaluddin; Iin Widya Ningsi; Adriani; Dwi Anggita
Jurnal FARMASIMED (JFM) Vol 8 No 1 (2025): Jurnal Farmasimed (JFM)
Publisher : Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35451/6z84gr80

Abstract

Abstract Background: Pneumonia is an infectious disease with a high global prevalence that contributes significantly to mortality in children and adults. Red ginger (Zingiber officinale var. rubrum), a traditional Indonesian medicinal plant, has been identified as having antibacterial, antioxidant, and anti-inflammatory properties. Some of its natural constituents, such as flavonoids, have shown antimicrobial activity with a low toxicity profile. Therefore, the phytochemical content in red ginger is assumed to be able to combat Streptococcus pneumoniae bacteria, which is one of the main etiologies of Pneumonia. Objective: Evaluating the potential of 96% ethanol extract of red ginger (Zingiber officinale var. rubrum) as an antimicrobial agent in inhibiting the growth of Streptococcus pneumoniae bacteria. Method: This study applied a true experimental approach with a post-test design to evaluate the effectiveness of 96% ethanol extract of red ginger (Zingiber officinale var. rubrum) as an agent that inhibits the growth of Streptococcus pneumoniae bacteria. The method used was the disc diffusion method (Kirby-Bauer). Results: The study showed that the ethanol extract of red ginger (Zingiber officinale var. rubrum) exhibited antibacterial activity; however, its effectiveness in inhibiting the growth of Streptococcus pneumoniae was not significant.Conclusion: The 96% ethanol extract of red ginger (Zingiber officinale var. rubrum) demonstrated resistance, showing only minimal inhibitory activity against Streptococcus pneumoniae. This condition contrasts with the positive control, chloramphenicol, which produced a significant inhibition zone and was categorized as sensitive. Therefore, the effectiveness of red ginger extract in inhibiting the growth of this bacterium is considerably lower than that of chloramphenicol.