Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Characteristics Of Chronic Supurative Otitis Media: Literature Review Rahmi Hidayanti Pelu; Sri Wartati; Sidrah Darma
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 02 (2024): Jurnal eduHealt, Edition April - June , 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction:Chronic suppurative otitis media (OMSK) was previously called otitis media perforata (OMP) or colloquially known as congek. What is called chronic suppurative otitis media is a chronic infection in the middle ear with perforation of the tympanic membrane and secretions coming out of the middle ear continuously or intermittently.Objective:This literature aims to look at the picture of chronic suppurative otitis media. Method: This research uses a literature review method. Scientific articles or journals are downloaded from PubMed, Garuda Portal, and Google Scholar with SINTA IV and V standards in the 2015-2023 period. The keywords in the search for this article are characteristics, chronic supportive otitis media. Results: In this literature, there were 6 research articles that reported the description of chronic suppurative otitis media. Conclusion:The description of chronic suppurative otitis media based on gender is more common in men than women, CSOM patients based on type have more benign types than malignant types, in CSOM patients based on the main complaint there are more otorrhea than hearing loss and otalgia.
History of Infectious Diseases with the Incidence of Stunting in Children of Toddlers at Mamajang Public Health Center and Cendrawasih Public Health Center, Makassar Zaskiya Salsabilla Ramdani; Sidrah Darma; Kartini Badruddin; Syarifuddin Rauf; Fitriyah Idrus
Jurnal EduHealth Vol. 16 No. 01 (2025): Jurnal EduHealt, Edition January - March, 2025
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting or short stature is a condition where happen fail grow on toddler consequence deficiency nutrition chronic on 1,000 days First life (HPK) child. According to data from (WHO) on year 2022 percentage of children affected by stunting at the age of under 5 years by 22.3%. Disease infection is disease Which happen consequence exposure accompanied by the proliferation of microorganisms. Toddler age is an age that is very susceptible to infectious diseases, this is because at the age of toddlers the immune system has not formed properly. When a child is infected with an infectious disease, appetite will decrease, and the absorption of food that occurs is inadequate, so that there can be disturbances in the growth and development of children ( Stunting ). The research design used is research with an analytical method, using a cross-sectional design sectional study is a study that aims to determine the relationship between each variable. The data collection technique used is by collecting stunting data and then re-measuring and conducting interviews. Using Fisher's analysis Exact Test ]. From 62 samples in this study, the incidence of stunting in children, it often occurs at the ages of 24 months and 36 months with a percentage of each each 22.6% And 17.7%. On study This there is connection between History of infectious diseases with stunting events where the p value : 0.022 , and there is a relationship between appetite and the incidence of stunting where the p value : 0.000 . There is a relationship between a history of repeated infections, appetite in children with the incidence of Stunting .
Surgical Therapy Of Ulnaris Nerve Entrapment In Cubital Tunnel Syndrome Widya Lestari Ningsih Husain; Sidrah Darma; Nikmawati, Nikmawati
Jurnal EduHealth Vol. 16 No. 02 (2025): Jurnal EduHealt, Edition April - June , 2025
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This case report describes the condition of ulnar nerve compression that occurs after closed reduction of elbow dislocation, which is a fairly rare complication but can cause upper limb dysfunction if not treated properly. In this case, it is emphasized the importance of making an accurate diagnosis through clinical and supporting examinations so that treatment can be given quickly and appropriately. A pinched ulnar nerve after dislocation can cause symptoms such as tingling, pain, and muscle weakness in the hand area innervated by the nerve. Therefore, this report not only highlights the process of identifying and diagnosing cubital tunnel syndrome, but also discusses the success of surgical intervention in the form of ulnar nerve release performed on the patient. In addition, more optimal results were also achieved through a planned postoperative immobilization and rehabilitation program, which helped accelerate the recovery of nerve function and reduce the risk of recurrence. Rehabilitation that includes range of motion exercises, muscle strengthening, and patient education are important factors in the overall healing process. Thus, this report provides a comprehensive overview of the importance of holistic treatment starting from diagnosis, operative measures, to rehabilitation in cases of cubital tunnel syndrome after elbow dislocation.
Literature Review: Hubungan Riwayat Kelahiran dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Balita Adeka, Adeka Wulandari; Shofiyah Latief; Marzelina Karim; Sidrah Darma; Susdiaman
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 5 No. 2 (2025): Juni
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v5i2.553

Abstract

Stunting adalah masalah kesehatan global yang berdampak jangka panjang pada pertumbuhan fisik dan kognitif anak. Salah satu faktor penyebab utamanya adalah kondisi kelahiran, seperti berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, usia ibu saat hamil, dan jarak kelahiran. Di Indonesia, prevalensi stunting masih tinggi, yaitu 35% pada tahun 2023, menunjukkan perlunya upaya serius dalam pencegahannya. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dengan pendekatan narrative review . Sumber data diperoleh dari berbagai jurnal ilmiah dengan rentang waktu 10 tahun terakhir (2015-2025) yang membahas hubungan antara faktor kelahiran dan kejadian stunting pada balita. Hasil: Dari 20 jurnal yang ditelaah, ditemukan bahwa BBLR, prematuritas, usia ibu saat hamil, dan jarak kelahiran memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko stunting. Selain itu, gizi ibu selama kehamilan dan pemberian ASI eksklusif juga terbukti berperan penting dalam menurunkan angka stunting. Kesimpulan: Faktor kelahiran merupakan salah satu determinan penting dalam kejadian stunting. Intervensi dini seperti pemantauan gizi ibu dan dukungan terhadap ASI eksklusif sangat penting untuk menurunkan prevalensi stunting. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menggali faktor lain dan menyusun strategi penanganan yang lebih efektif.
Narrative Review: Hubungan Faktor Sosial Demografi terhadap Kejadian Stunting Putri Perdana; Shofiyah Latief; Sidrah Darma; Andi Husni Esa Darussalam; Abdi Dwiyanto Putra Samosir
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 5 No. 2 (2025): Juni
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v5i2.554

Abstract

Stunting merupakan isu kesehatan global yang ditandai dengan pertumbuhan tinggi badan anak yang tidak sesuai dengan usianya akibat kekurangan gizi kronis. Pada tahun 2020, sekitar 22% anak di seluruh dunia tercatat mengalami kondisi ini. Faktor-faktor sosial demografi seperti tingkat pendidikan ibu, kondisi ekonomi keluarga, serta keterjangkauan layanan kesehatan memiliki kontribusi besar terhadap terjadinya stunting. Studi ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan rentang waktu 10 tahun terakhir (2015-2025) untuk mengeksplorasi keterkaitan antara faktor-faktor sosial demografi dengan prevalensi stunting. Hasil kajian menunjukkan bahwa pendidikan ibu yang rendah, kondisi ekonomi yang lemah, serta jumlah anggota keluarga yang banyak memiliki hubungan erat dengan meningkatnya angka stunting. Selain itu, perilaku keluarga yang menerapkan pola hidup sadar gizi, termasuk konsumsi makanan sehat dan pemanfaatan layanan kesehatan, terbukti dapat menurunkan risiko stunting. Intervensi gizi yang tepat, seperti pemberian ASI eksklusif dan imunisasi dasar lengkap, juga efektif dalam mengurangi angka stunting. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan ibu, perbaikan ekonomi keluarga, dan perluasan akses terhadap layanan kesehatan menjadi langkah strategis dalam mencegah stunting pada anak usia balita, terutama di wilayah dengan keterbatasan akses pelayanan dasar.
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 0-2 Tahun Puskesmas Tabaringan 2024 Muhammad Rifky; Arni Isnaini Arfah; Andi Husni Esa Darussalam; Sidrah Darma; Sigit Dwi Pramono
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 5 No. 3 (2025): September
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v5i3.565

Abstract

Stunting adalah gangguan pertumbuhan fisik pada anak di bawah lima tahun yang ditandai dengan tinggi badan di bawah rata-rata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi dan faktor risiko terhadap kejadian stunting pada anak usia 0–2 tahun di Puskesmas Tabaringan tahun 2024. Metode penelitian menggunakan data rekam medis 24 pasien stunting yang dianalisis dengan Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 24 pasien, 4 anak tergolong stunting sangat pendek dan 20 anak stunting pendek. Sebanyak 9 pasien memiliki berat badan normal, 14 berat badan kurang, dan 1 sangat kurang. Dari segi status gizi, 2 pasien mengalami gizi kurang, sedangkan 22 lainnya gizi cukup/normal. Seluruh orang tua pasien memiliki pekerjaan, meskipun jenis pekerjaan tidak tercatat dalam rekam medis. Selain itu, 9 pasien tinggal di lingkungan dengan sanitasi tidak memadai. Seluruh pasien memiliki riwayat pengobatan di puskesmas. Analisis statistik menunjukkan bahwa status gizi dan faktor risiko (pekerjaan orang tua serta riwayat pengobatan) tidak memiliki korelasi signifikan (p-value konstan), sedangkan fasilitas sanitasi yang tidak memadai berkorelasi signifikan dengan kejadian stunting. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan, khususnya sanitasi, berperan penting dalam kejadian stunting di Puskesmas Tabaringan
Karakteristik Penderita Gizi Buruk Pada Anak Usia 2-5 Tahun di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Fariani Mitha; Sidrah Darma; Aryanti R Bamachry
JURNAL RISET RUMPUN ILMU KEDOKTERAN Vol. 4 No. 1 (2025): April : Jurnal Riset Rumpun Ilmu Kedokteran
Publisher : Pusat riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jurrike.v4i1.5870

Abstract

Nutritional problems can jeopardize the survival of a country. The nutritional condition of each individual reflects the physiological demands of that individual, because if these needs are not met, nutrition-related health problems will arise. Children's health and nutritional status are interrelated. When a child's health deteriorates due to an infectious disease, their appetite is affected and they consume less food, resulting in less nutrients entering the body. Journals in this literature review used 3 databases including Google Scholar, PubMed, and Science Direct using the words malnutrition, child, 2-5 years. The literature search was adjusted based on inclusion and exclusion criteria. The search results obtained 10 journals consisting of 4 national journals and 6 international journals. The results showed that the risk factors for malnutrition in children aged 2-5 years were inadequate nutritional intake, parental education and knowledge, infectious diseases, parenting, environmental sanitation and socioeconomic factors.
Narrative Review : Hubungan Lama Pemberian ASI, MPASI, Riwayat Penyakit Ibu Dan Anak, Imunisasi Dasar Terhadap Kejadian Stunting Dafa Rizki; Shofiyah Latief; Marzelina Karim; Sidrah Darma; Abdi Dwiyanto
The Indonesian Journal of General Medicine Vol. 19 No. 1 (2025): The Indonesian Journal of General Medicine
Publisher : International Medical Journal Corp. Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70070/dkytzv05

Abstract

Latar Belakang:Stunting merupakan gangguan pertumbuhan kronis pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang, tingginya paparan penyakit infeksi, serta praktik pemberian makan yang tidak optimal. Indonesia masih menghadapi beban stunting yang cukup besar, termasuk di Kota Makassar, sehingga diperlukan pemahaman komprehensif mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian stunting, terutama pada periode kritis 1000 HPK. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara naratif berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting, meliputi pemberian ASI, kualitas dan waktu pemberian MP-ASI, riwayat penyakit ibu dan anak, serta status imunisasi dasar. Metode: Penelitian menggunakan metode narrative review dengan telaah literatur dari Google Scholar, PubMed, Elsevier, dan NCBI. Pemilihan literatur mengikuti kriteria inklusi tahun publikasi 2019–2025 (textbook 2015–2025) dan menghasilkan 41 artikel yang dianalisis secara kualitatif. Data diringkas dalam tabel deskriptif dan disintesis untuk menghasilkan kesimpulan tematik. Hasil: Hasil review menunjukkan bahwa ASI eksklusif berperan protektif terhadap stunting, dengan beberapa studi menemukan hubungan signifikan (p < 0,05). MP-ASI yang bergizi dan tepat waktu juga berkaitan dengan risiko stunting yang lebih rendah. Riwayat penyakit infeksi—seperti diare dan ISPA—dalam banyak studi menunjukkan hubungan signifikan dengan stunting, meskipun tidak konsisten di semua lokasi. Faktor maternal, termasuk status gizi ibu dan usia kehamilan berisiko, turut meningkatkan kemungkinan terjadinya stunting. Status imunisasi dasar menunjukkan hasil bervariasi: beberapa studi tidak menemukan hubungan langsung, tetapi ada bukti efek tidak langsung melalui pencegahan infeksi. Kesimpulan: Pemberian ASI eksklusif, kualitas MP-ASI, pencegahan infeksi, serta kesehatan ibu selama kehamilan merupakan faktor kunci dalam pencegahan stunting. Intervensi integratif berbasis data lokal sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi stunting secara efektif.