Claim Missing Document
Check
Articles

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM MENINGKATKAN SIKAP POSITIF DISIPLIN SISWA SEKOLAH DASAR Johannes, Nathalia Yohanna; Ritiauw, Samuel Patra; Mahananingtyas, Elsinora; Nurhayati, Nurhayati
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol 3, No 2 (2019): Volume 3, Nomor 2, Tahun 2019
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbkt.v3i2.1054

Abstract

The aim of conducting this research is to know the implementation of cultural local based learning in enhancing positive attitude of discipline to fourth grade students of SD Negeri 85 Ambon. The result of preliminary observation showed that the students were less of positive attitude. The less of students' less positive attitude can be seen on time discipline, not neatly in wearing uniform,disobey school rules, and undisciploned in attitude. Based on these problems, the research was carried out to increase positive discipline of attitude toward the implementation of cultural local based learning.
Constructing the Local Wisdom Values of the Yel Lim Culture as a Historical Learning Source Ufie, Agustinus; Ritiauw, Samuel P; Kubangun, Nur Aida
Paramita: Historical Studies Journal Vol 30, No 1 (2020): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v30i1.15506

Abstract

This study describes the living tradition of the indigenous people who live in a cluster of small islands in the southeast and south of the Maluku Islands, Indonesia, namely the Kei People. They have a robust local culture that influences in guiding and directing them to build social relations amid the onslaught of globalization with various attributes modernity that continues to go back and forth. The Yel Lim Culture, as the symbol and the identity of the Kei Community, radiates messages of humanity, tolerance, solidarity, and friendship, based on the life principle of siblings regardless of differences in ethnicity, religion, and race, it must continue to be preserved. To discover and then to elaborate on the main essence of the Yel Lim culture in the life of the Kei Community, a descriptive-analytical approach, as part of qualitative research, was taken. The results of this research showed that the Yel Lim Culture up to now was still being carried out because these cultural values were the guide, a guideline in realizing social order as a society that lived and developed in the Kei Islands. Observing the current social reality, then constructing Yel Lim's cultural values as a source in history class is very important in preparing future generations who have integrity and youthful identity, which is not easily trapped in various negative things because it continues to lean on local cultural values as their identity. Thus, the future generation that we build is the generation that is civilized and has virtuous and noble character as well.  Kajian ini mendeskripsikan tradisi masyarakat adat yang tinggal di kepulauan Kei Maluku Tenggara, dan memiliki budaya lokal dalam menuntun, mengarahkan mereka membangun relasi sosial walaupun ditengah-tengah gempuran arus modernisasi. Budaya Yel Lim sebagai simbol, identitas masyarakat Kei memancarkan pesan kemanusiaan, persaudaraan, toleransi, solidaritas dan silahturhami. Untuk menemukan, mempertahankan dan mengelaborasi budaya Yel Lim dalam kehidupan masyarakat Kei, sebagai salah satu sumber pembelajaran maka pendekatan deskriptif analitis sebagai bagian dari penelitian kualitatif ditempuh. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa nilai-nilai budaya Yel Lim harus terus dimanifestasikan guna mewujudkan keteraturan sosial komunitas masyarakat adat Kei dari generasi ke generasi. Untuk itu, mengkonstruksi nilai-nilai budaya Yel Lim sebagai sumber pengembangan pembelajaran sejarah di Sekolah (SMP/SMA) sangatlah penting guna mempersiapkan generasi masa depan yang memiliki integritas, jati diri sehingga tidak muda terjerumus dalam berbagai hal negatif. Sehingga generasi masa depan yang kita bangun nantinya adalah generasi yang memiliki peradaban, budi pekerti luhur dan ahklak mulia.  
Penggunaan Model Inkuiri Sosial untuk Meningkatkan Kecerdasan Sosial Siswa Kelas V Samuel Patra Ritiauw; Elsinora Mahananingtyas; Titin Ode
Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Volume 30 Nomor 1 Mei 2021
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um009v30i12021p032

Abstract

This study aims to examine the application of social inquiry models related to increasing social intelligence in social studies subjects in an elementary school. This study used a quantitative approach with a quasi-experimental research type with a One Group Pretest-Postest design. The result shows that the five indicators of social intelligence developed are self-awareness, working with others, communicating, empathizing, and problem-solving. All indicators have been successfully improved by implementing the social model of inquiry on 25 fifth-grade students of MI Salman Al-Farisi. Of the five indicators of social intelligence developed, problem-solving intelligence is the indicator of social intelligence with the highest increase compared to the empathic indicator, which is in the low criterion, while other indicators are in the medium category. Penelitian bertujuan menguji penerapan model inkuiri sosial terkait dengan peningkatan  kecerdasan sosial pada Mata Pelajaran IPS di SD. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen semu dengan desain One Group Pretest-Postest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima indikator kecerdasan sosial yang dikembangkan yakni kesadaran diri, mampu bekerjasama dengan orang lain, mampu berkomunikasi, berempati dan pemecahan masalah, berhasil ditingkatkan melalui implementasi model sosial inkuiri pada 25 siswa kelas V MI Salman Al-Farisi. Dari kelima indikator kecerdasan sosial yang dikembangkan, kecerdasan memecahkan masalah merupakan indikator kecerdasan sosial yang paling tinggi peningkatannya jika dibandingkan dengan indikator berempati yang berada pada kriteria rendah, sementara indikator lainnya berada pada kategori sedang.
The Development Of Design Model Of Conflict Resolution Education Based On Cultural Values Of Pela Samuel Patra Ritiauw
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN EDISI OKTOBER 2017, TH.XXXVI, NO.3
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.323 KB) | DOI: 10.21831/cp.v36i3.14353

Abstract

Abstract: The development of conflict resolution educationbased on the cultural values of pela (CRE-BCVP) in junior high schools in Ambon is aimed to develop student’s competence in resolving conflict constructively. The model design of CRE-BCVP is derived from the local tradition of Malukucalledpela. Pela tradition containing the values of togetherness and peace is integrated with social studies education. This study used Research and Development approach developed by Borg Gall. The results of this development show that in the first stage before conducting a limited testing, the model design of CRE-BCVP gets improved in the stage of broader testing and in the final validation testing on the CRE-BCVP model. This change can be seen by excluding the third phase namely defining the conflict. In addition, the indicator of the third phase is subsequently simplified and included in the second phase namely introducing the conflict. It is aimedin order that teachers can easily and properly implement the model ofCRE-BCVP. Keywords: Model design, conflict resolution education, pela cultural values PENGEMBANGAN DESAIN MODEL PENDIDIKAN RESOLUSI KONFLIK BERBASIS NILAI BUDAYA PELA Abstrak: Pengembangan desain model PRK-BNBP yang diimplementasikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kota Ambon bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan konflik secara konstruktif. Pengembangan desain model PRK-BNBP bersumber dari budaya lokal masyarakat Maluku, yakni “pela”. Budaya pela yang sarat akan nilai-nilai kebersamaan dan perdamaian, diintegrasikan kedalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang dikembangkan oleh Borg Gall (2003). Adapun hasil dari pengembangan ini memperlihatkan bahwa desain model PRK-BNBP pada tahapan awal sebelum dilakukan uji terbatas, mengalami perbaikan pada tahapan uji lebih luas dan uji validasi akhir model PRK-BNBP. Perubahan tersebut dapat terlihat dari dihilangkannya fase ketiga yakni mendefinisikan konflik dan indikator fase ketiga disederhanakan dan dimasukkan ke dalam fase kedua, yakni mengenalkan konflik. Hal ini bertujuan agar guru dapat dengan mudah mengimplementasikan model PRK-BNBP dengan baik. Kata Kunci: desain model, pendidikan resolusi konflik, nilai budaya pela
PERAN GURU IPS DALAM PEMBELAJARAN RESOLUSI KONFLIK BERBASIS NILAI BUDAYA PELA DI KOTA AMBON Samuel Patra Ritiauw
Sosio-Didaktika: Social Science Education Journal Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training, UIN (State Islamic University) Syarif Hidayatul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.6 KB) | DOI: 10.15408/sd.v6i2.13141

Abstract

AbstractConstructing learning of conflict resolution based on Pela culture in social studies learning of Junior High students in Ambon city becomes an important thing, which is convincedto produce students who are able to manage conflict constructively based on Pela culture value. To develop the roles of teachers in conflict resolution learning, theresearcher implemented Research and Development developed by Borg and Gall.  The result of study showed that teachers played important roles that media could not replace them.  This could be seen form the six roles that should owned by teachers such as teacher as an education,  expert, guide, manager, mediator,  and evaluator. These six roles can produce a class as a peaceful learning community if social studies teachers own them. Keywords: Conflict Resolution Education, Social Studies Learning, Pela Culture Value AbstrakMengkonstruksi pembelajaran resolusi konflik berbasis nilai budaya Pela dalam pembelajaran IPS pada siswa SMP di Kota Ambon merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran IPS kelak dan mampu menghasilkan siswa yang dapat mengelola konflik secara konstruktif berbasis nilai budaya “Pela”. Untuk mengembangkan peran guru dalam pembelajaran resolusi konflik, maka penulis menggunakan tipe Research and Development yang dikembangkan oleh Borg & Gall. Hasil dari pengembangan memperlihatkan bahwa guru memiliki peran yang tidak bias digantikan oleh media apapun. Hal ini dapat terlihat dari keenam peran yang harus dimiliki oleh guru yakni guru sebagai pendidikan, expert, pembimbing, manager, mediator dan evaluator. Keenam peran tersebut, jika dimiliki oleh guru IPS dalam pembelajaran resolusi konflik berbasis nilai budaya pela, maka dapat menghasilkan kelas sebagai suatu komunitas belajar yang damai. Kata Kunci: Pendidikan Resolus iKonflik, Pembelajaran IPS, Nilai Budaya Pela    
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SOSIAL INKUIRI Samuel Patra Ritiauw; Lisye Salamor
PEDAGOGIKA: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan Vol 4 No 1 (2016): Pedagogika: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/pedagogikavol4issue1page42-56

Abstract

Kurikulum 2013 pada sekolah dasar mengembangkan prinsip pembelajaran terintegrasi di mana posisi pembelajaran IPS sebagai pengait antar mata pelajara. Dengan berpatokan pada prinsip tersebut, maka sesungguhnya pembelajaran di sekolah dasar diberikan kesempatan yang seluasnya agar guru dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Untuk menjembatani pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran sosial inkuiri merupakan salah satu model yang tepat dalam menumbuhkan keterampilan berpikir dan jiwa sosial siswa sekolah dasar.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 1 LATIHAN SPG AMBON Riska Sigmarlatu; Samuel Patra Ritiauw; Elsinora Mahananingtyas
PEDAGOGIKA: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan Vol 7 No 1 (2019): Pedagogika: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/pedagogikavol7issue1page45-61

Abstract

Salah satu hal yang paling mendasar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana usaha untuk menginovasi proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Pendidikan harus diberi makna mendalam bagi perbaikan, sebagai salah satu instrumen utama pengembangan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses pembelajaran berkaitan erat dengan komponen-komponen pembelajaran seperti pemilihan model pembelajaran, media dan peran guru dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle . Model Pembelajaran Kooperatif tipe Inside Outside Circle hadir dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran di kelas memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitin ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe tindakan kelas. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran Inside Outside Circle mampu meningkatkan keberanian siswa dan hasil belajar siswa sekolah dasar.
IMPLEMENTASI BUDAYA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SD NEGERI 19 AMBON Nathalia Yohana Johannes; Samuel Patra Ritiauw; Hartini Abidin
PEDAGOGIKA: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan Vol 8 No 1 (2020): Pedagogika: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/pedagogikavol8issue1page11-23

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi budaya sekolah dalam mewujudkan pendidikan karakter di SD Inpres 19 Ambon, faktor penghambat dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala implementasi budaya sekolah dalam mewujudkan pendidikan karakter di SD Inpres 19 Ambon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data secara trianggulasi. Data dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, dan siswa yang berada di SD Inpres 19 Ambon. Penentuan subjek dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: (1) kepala sekolah dianggap sebagai pihak yang paling mengetahui situasi dan kondisi terkait apa yang ada di sekolah, (2) tiga guru kelas karena guru tersebut paling sering terlibat langsung dengan pendidikan anak di kelas, dan (3) beberapa siswa dari kelas III-V yang dianggap mewakili tiap kelas di SD Inpres 19 Ambon. Hasil penelitian terlihat bahwa implementasi budaya sekolah melalui budaya religius, kemandirian, nasionalisme, budaya peduli sosial dan budaya peduli lingkungan mampu mewujudkan pendidikan karakter di SD Inpres 19 Ambon.
PENINGKATAN NILAI-NILAI KARAKTER DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS V SD INPRES 19 AMBON Elsinora Mahananingtyas; Samuel Patra Ritiauw; Aprilli Maria Siahaya
PEDAGOGIKA: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan Vol 8 No 1 (2020): Pedagogika: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/pedagogikavol8issue1page24-37

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu menjadikan pendidikan karakter sebagai wahana untuk membentuk sikap dan kepribadian siswa. Pendidikan karakter sudah dilaksanakan di Sekolah Dasar, tetapi sikap dan karakter siswa masih kurang jujur, bersahabat/komunikatif dan kurang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran. Model Numbered Head Together merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk mampu bertanggung jawab baik secara individu maupun kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Gain Ternormalisasi (N-Gain). Hasil penelitian pertemuan I nilai pretest sebanyak 1281 dan nilai postest sebanyak 1660 ada peningkatan selisih 379. Jumlah nilai N-gain pada pertemuan I adalah sebanyak 10,8 dan jumlah nilai rata-rata adalah sebanyak 0,54. Sedangkan pertemuan II jumlah nilai pretest sebanyak 1485 dan jumlah nilai postest sebanyak 1785 ada peningkatan dengan selisih 345. Jumlah Nilai N-gain pada pertemuan II sebanyak 11,94 dan jumlah nilai rata-rata sebanyak 0,597.
PENERAPAN MODEL CIRC BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 2 LATIHAN AMBON Elsinora Mahananingtyas; Samuel Patra Ritiauw; Shelantya Dewi Lasso
PEDAGOGIKA: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan Vol 8 No 2 (2020): Pedagogika: Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/pedagogikavol8issue2page130-139

Abstract

Berdasarkan hasil observasi awal pada siswa kelas V SD Negeri 2 Latihan Ambon diperoleh suatu permasalahan yaitu sebagian besar hasil belajar siswa tidak memuaskan. Oleh karena itu, maka dirancanglah sebuah perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Composition) berbantuan media gambar untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan desain Kemmis dan Taggart. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 pada siklus 1 terdapat siswa dengan kriteria tinggi sebanyak 14 orang dengan tingkat persentase 58 % dan siswa yang mendapat kriteria rendah sebanyak 10 orang dengan tingkat persentase 42% dan pada siklus II terdapat siswa dengan kriteria tinggi 24 orang siswa dengan tingkat persentase 100% dan siswa dengan kriteria rendah 0 dengan tingkat persentase 0%.