Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

MODAL SOSIAL PELAKU DALAIL KHAIRAT Abdul Jalil
Jurnal Dialog Vol 38 No 1 (2015): JURNAL DIALOG
Publisher : Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.162 KB) | DOI: 10.47655/dialog.v38i1.33

Abstract

This study discusses the Social Capital of Dala’il Khairat actors at school Darul Falah school by Kiai Ahmad Bashir Kudus. This study aims to determine how donators’ social capital of Dala’il Khairat defined success in economic field. The donators are the alumni who live outside the pesantren and develop business ventures in some areas such as: Central Java, Yogyakarta, and Kuningan, West Java. By applying qualitative research this study was conducted in Pesantren Darul Falah Jekulo, Kudus, Central Java. Data were collected through participatory observation, interview, and documentation. The informants include mujiz Dala’il Khairat, school administrates, the students, community leaders, and alumni donators of Dala’il Khairat. It finds out that donators’ social capitals, such as the existence of social networks before and after donation, their business cooperation, and the trust, encouraged the pesantren economic success donators’ potential development. These social capitals have become a determining factor of developing commercialization among the donators who run their business and at the same time have helped the success in the economic field of the pesantren.
KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA DAHIANGO KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH Asni Siri; Abdul Jalil
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol. 6 No. 2 (2022): Volume 6 Nomor 2, Desember 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kondisi sosisal ekonomi masyarakat di Desa Dahiango yang secara umum berbicara tentang kesehatan, pendidikan, pekerjaan masyarakat, kondisi rumah masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori Ekologi Manusia oleh Rambo dengan menggunakan metode kualitaif. Hasil penelitian kondisi sosial masyarakat, kondisi pendidikan masyarakat yang masih sangat kurang, sehingga mereka hanya bekerja sebagai petani ladang, buruh, pemikul kayu dan pedagang, fasilitas kesehatan bagi masyarakat dahiango belum memadai, dalam desa sudah ada gedung Polindes namun belum ada fasilitasnya, masyarakat hanya bisa memeriksakan kesehatannya dua kali satu bulan. Kondisi Ekonomi Untuk pekerjaan masyarakat Desa Dahiango cukup berpotensi, memiliki nilai kearifan lokal seperti pembuatan bakul dari rotan hutan, namun masyarakat mengalami kendala dalam pemasaran hasil buatan mereka, kurangnya pendidikan masyarakat sehingga mereka tidak memiliki keahlian dalam memasarkan bakul-bakul mereka, kurangnya pedagang yang masuk dalam Desa Dahiango sehingga mereka hanya menjualnya sama orang-orang dalam desa.
SOLIDARITAS SOSIAL PENGURUS PERSATUAN PEDALANGAN INDONESIA (PEPADI) SULTRA DI KOTA KENDARI Jumaria Jumaria; Abdul Jalil; Wawan Cahyadin
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol. 7 No. 1 (2023): Volume 7, Nomor 1, Juni 2023
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Association of Indonesian Puppeters (PEPADI) Southeast Sulawesi is one of the Javanese arts organizations located in Southeast Sulawesi or in Kendari City, in this organization it is not only focused on Wayang Kulit art but also widens other affairs and uniquely when this organization runs, the solidarity is also wake up. This study aims to identify and describe the forms of social solidarity that exist in the PEPADI Sultra Management in Kendari City. The data collection technique used in this study is a field research technique using two methods, namely observation and interviews.This research was conducted using qualitative methods. The results of this study indicate that the forms of Social Solidarity that exist in the PEPADI Sultra Management are formed because of the similarity of taste, namely living together in overseas lands, by forming monthly social gatherings and also working together in weddings, thanksgiving and mourning not only that PEPADI Sultra also cooperation with the Javanese tribal community in the success of the Javanese cultural arts performance held in Kendari City, Southeast Sulawesi. In maintaining this solidarity, the role of the chairman of PEPADI Sultra is to continue to protect its members so that they remain solid, and share the same fate, as well as the philosophy or way of life of the Javanese in their daily life.
PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN PEMBERDAYAAN BAGI KELOMPOK JARPUK (JARINGAN PEREMPUAN USAHA KECIL) KOTA KENDARI BAGI MITRA LSM ALPEN Laxmi; Wa Ode Sifatu; Hasniah; Abdul Jalil; Wa Ode Winesty S
PEDAMAS (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) Vol. 1 No. 1 (2023): MEI 2023
Publisher : MEDIA INOVASI PENDIDIKAN DAN PUBLIKASI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemberdayaan umumnya dapat dilakukan dengan menaikkan keterampilan dalam bidang ekonomi, dan ekslusif terkait aktivitas harian. Khususnya pemberdayaan ekonomi bagi kelompok perempuan dapat dilakukan melalui peningkatan partisipasi mereka terhadap apa yang mereka kerjakan dan tekuni, salah satunya melalui pengelolaan makanan dan kue-kue khas lokal di Sultra. Pendekatan yang dilakukan lebih menekankan pada peran perempuan dalam menaikkan keberdayaannya serta menempatkan pemberdayaan pada kecakapan kelompok perempuan dalam menaikkan kemandirian dan kekuatan pada dirinya. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini untuk memberikan informasi kepada mahasiswa terkait kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat, salah satunya JARPUK (Jaringan Perempuan Usaha Kecil) Kota Kendari sebagai mitra LSM Alpen. Sesuai target yang ingin dicapai, melalui kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami model pemberdayaan dan tekhnik mengadvokasi ketika terjadi kasus-kasus di masyarakat.
KUALITAS PEMBERDAYAAN DAN MUTU LAYANAN PADA BIDANG EKONOMI, LINGKUNGAN DAN PENDIDIKAN DI DESA KALU-KALUKU KECAMATAN KODEOHA KABUPATEN KOLAKA UTARA Abdul Jalil; Akri Irawan; Sitna Sinda Sari; Yusrin Fadilah; Andina Ayunani; Dina Mara Khuzaimanh; Inar Indah Jelita; Haju; Yurnaidi Indri Mangopo; Ruth Megi; Windi Cahyani; Siti Hasura Iribaram
PEDAMAS (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) Vol. 2 No. 01 (2024): JANUARI 2024
Publisher : MEDIA INOVASI PENDIDIKAN DAN PUBLIKASI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari pengabdian ini adalah upaya untuk meningkatkan kondisi hidup dan memberdayakan masyarakat di Desa Kalu-Kaluku dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain: ekonomi, pendidikan dan lingkungan. Metode yang diguanakn dalam pengabdian ini adalah observasi, survei lapangan, dan pelaksanaan KKN. Observasi lokasi KKN telah dilakukan oleh mahasiswa yang bersangkutan yakni sebelum pelaksanaan KKN, perwakilan mahasiswa yang menjadikan Desa Kalu-Kaluku sebagai tempat KKN. Selain itu, survey ini sebagai langkah untuk mengidentifikasi kebutuhan dan potensi masyarakat di bidang ekonomi, lingkungan, dan pendidikan. Hasil dari pengabdian ini adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan ekonomi mastarakat melalui pelatihan ketrampilan, pengemabangan usaha lokal serta akses yang lebih baik ke sumber daya ekonomi. Dalam bidang pendidikan, adanya kualitas pendidikan di Desa Kalu-Kaluku dapat tercermin dalam peningkatan prestasi siswa, kualifikasi guru dan fasilitas pendidikan yang diperbarui. Bidang kesadaran lingkungan adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu lingkungan dan adaptasi praktik-praktik berkelanjutan untuk melestarikan lingkungan setempat. Dengan demikian, kesimpulan dari pengabdian ini adalah berhasil memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Desa Kalu-Kaluku.
Exploring the Cultural Values of Naming La Ode and Wa Ode in Muna and Buton Communities of South East Sulawesi Abdul Jalil; Hasniah; Ashmarita
Tradition and Modernity of Humanity Vol. 1 No. 1 (2021): September
Publisher : TALENTA Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/tmh.v1i1.7182

Abstract

This theme was inspired by the RRI Kendari program at the event of networking culture organized by the Regional Office of Sulawesi on May 15, 2017. La Ode and Wa Ode were noble titles or at least considered the prayers from parents to their children so that their children would become leaders or nobles in the future. In addition, La Ode and Wa Ode were the acronyms of the two statements of the Islamic creed. The word "La" stands for La Ilaha Ilallah while the word "Wa" stems from Wa Asyahadu Anna Muhammad Darasulullah. This paper aims to explore cultural values in the naming of La Ode and Wa Ode in the communities of Muna and Buton. The method used was descriptive analytics through observation and interviews. This study found that La Ode and Wa Ode's naming has changed, although, at the same time, it has become a cultural heritage of the Indonesian archipelago. Furthermore, along with the development of globalization, La Ode and Wa Ode have experienced cultural degradation to some extent. Thus, the addition of La Ode and Wa Ode is not always attached to the title of nobility.
FENOMENA LESBIAN YOGYAKARTA SEBUAH FAKTA SOSIAL Abdul Jalil
Jurnal Kawistara Vol 6, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.22952

Abstract

This paper is going to discuss the phenomenon of lesbian Jogja as a social fact. Lesbian behavior is only beginning to be something suitable for consumption by lesbian world, but a decade now, the worldbecomes a product and lesbian public consumption, like it or not there are very real to all of us before and we have to address in the frame is a multicultural society. Another purpose of this paper does not want to look back on how far the phenomenon of lesbians, particularly in the 1980s or when the author was a student of Anthropology in 2005, as an inscription which is still a draft paper for course assignments Sex, Society, and Culture is still very relevant to today’s world, although in fact, when compared with the world Gay, lesbian world more closed. The method used is descriptive analysis, through the later cases seen in theory and then interpreted. The result of this thinking , states that the discourse of “ lesbian “ in the era of technology is not new and taboo. Today, the lesbian world is very open and acceptable in all walks of life. Lesbian world considered marginal. This assessment is different from the standpoint of psychological, social, cultural, and religious. In the context of a patriarchal tradition, always puts the position of women as subordinate to men. Thus , in order to be accepted in the lesbian community, especially the middle of the environment, whether family, friends hanging out, and the others, then lesbians must take an active role in various social activities, social organizations, even religious.
EKSISTENSI RADIO REPUBLIK INDONESIA KENDARI PADA ZAMAN NOW Jalil, Abdul
ORASI: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9, No 2 (2018): December 2018
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.741 KB) | DOI: 10.24235/orasi.v9i2.3694

Abstract

Radio Republik Indonesia or RRI along with the development of globalization is required to be more creative, especially in greeting fans. Generation No  w certainly harder to contribute unless introduced early on, in addition to the media for now more accessible, would need an innovation in order to remain one of the media that can entertain and provide information. The author has since been involved as one of the broadcasters of Rentak Pelangi Bumi Anoa (RPBA) Javanese language in 2017 to see that all this time (before 2018), RRI Kendari is still C type with RPBA program only able to accommodate most of ethnic living in Anoa earth, Makassar , Bugis, Bajo, Tolaki, Buton, Muna, Moronene, Sunda, and Java, while some other ethnic groups have not been involved due to space constraints, such as Toraja and Bali, but since early 2018 has changed to type B. With type change, RPBA is no longer used, but merged into program 4 that is art and culture. This paper aims to reveal the need for the use of regional languages for the present generation to continue to love and uphold the noble values of Muna culture in particular, and generally on the audience to understand the culture of each region. In addition, this paper is the result of multicultural practice practice on RRI Kendari, with focus on Muna language RPBA. The method used is descriptive analytics that describe broadcast RPBA Muna language from the opening segment to greet with fans RRI Muna language, after it was analyzed. The results of this paper show that the overall contents of the song or hello poet with fans was more because the network, utamanay when the choice of the song is still not in the cluster.
TARIAN SAJOMOANE Sarifudin Sarifudin; La Janu; Abdul Jalil
JURNAL KABANTI: Kerabat Antropologi Vol 5 No 2 (2021): Volume 5, Nomor 2, Desember 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v5i2.1278

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan makna simbolik dan nili-nilai yang terkandung didalam tarian sajomoane.Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan teori interpretasi simbolik Clifford Geertz. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik penelitian lapangan (field work) dengan menggunakan dua (2) metode yaitu pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indeepth interview). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan metode etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tarian sajomoane adalah tarian “sakral” dan merupakan tarian perang olehnya itu tarian ini dimainkan oleh kaum laki-laki yang sehat bugar dan tubuhnya kuat dan kekar.Tarian ini merupakan penjemputan yaitu diperuntukan atau dipersembahkan untuk menjemput tamu-tamu terhormat atau tamu-tamu kerajaan. Adapun makna simbol yang terkandung dalam tarian sajomoane seperti gerakan persiapan pasukan sebagai gerakan awal dalam tarian bermakna menggambarkan keadaan dan kesiapan pasukan untuk melakukan pengintaian terhadap musuh. Selanjutnya gerakan pengintaian musuh oleh pasukan gerakan yang dilakukan yaitu penari masuki area atau lapangan dengan berlari-lari, dan mengancungkan parang keatas dan membentuk formasi barisan empat banjar yang diiringi oleh tabuhan gong bemakna menggambarkan pasukan yang telah melaksanakan pengintaian dan bersiap melaporkan hasil pengintaian tesebut kepada komandan atau pimpinan pasukan utama. Nilai dalam tarian sajomoane yaitu nilai estetika, nilai budaya, dan nilai pendidikan.
POLA KOMUNIKASI PEMERINTAH DESA DENGAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL Wa Ode Erni Maso; Akhmad Marhadi; Abdul Jalil
JURNAL KABANTI: Kerabat Antropologi Vol 6 No 1 (2022): Volume 6, Nomor 1, Juni 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i1.1438

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana pola komunikasi yang digunakan oleh pemerintah desa dengan masyarakat dalam meningkatkan solidaritas sosial dan bagaimana dampak pola komunikasi tersebut terhadap solidaritas sosial setelah pemilihan kepala desa yang dilaksanakan pada tahun 2017. Penelitian ini menggunakan teori solidaritas sosial oleh Emile Durkheim dan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola komunikasi pemerintah desa dengan masyarakat dalam meningkatkan solidaritas sosial dilakukan melalui tiga upaya yaitu optimalisasi kegiatan keagamaan, keterlibatan dalam kegiatan sosial budaya, dan transparansi penggunaan dana desa. Dampak dari pola komunikasi tersebut adalah terciptanya komunikasi yang baik antara pemerintah desa dengan masyarakat, adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya gotong-rotong, dan terealisasinya perencanaan pembangunan dalam desa.