Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi strategi optimalisasi instalasi farmasi dalam menjamin ketersediaan obat dan meningkatkan efisiensi pelayanan di RS Bukit Asam Medika. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus, melalui wawancara, observasi, dan telaah dokumen untuk mendapatkan data yang komprehensif. Fokus analisis mengacu pada penerapan lima kerangka manajemen utama, yaitu Supply Chain Management, Lean Management, Sistem Informasi Manajemen, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan Manajemen Risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan utama yang dihadapi instalasi farmasi meliputi kekosongan stok obat esensial akibat keterlambatan pengadaan, proses distribusi yang belum optimal, waktu tunggu pasien yang relatif panjang, keterbatasan tenaga farmasi, serta minimnya integrasi sistem informasi. Implementasi SCM membantu memperbaiki alur pengadaan dan distribusi obat melalui koordinasi yang lebih efektif dengan pemasok dan pemantauan inventaris secara berkala. Penerapan Lean Management berhasil mengidentifikasi dan mengurangi pemborosan (waste) pada proses pelayanan, seperti penumpukan pekerjaan administrasi dan stok berlebih. Penggunaan SIM terintegrasi dengan pemantauan stok real-time meningkatkan akurasi data, mempercepat pengambilan keputusan, dan mencegah kesalahan pencatatan. Penguatan kompetensi SDM melalui pelatihan rutin meningkatkan kemampuan tenaga farmasi dalam manajemen persediaan, sedangkan penerapan manajemen risiko memberikan mekanisme deteksi dini terhadap potensi gangguan rantai pasok. Penelitian ini merekomendasikan penerapan sistem informasi manajemen yang terintegrasi penuh untuk pengadaan dan distribusi obat, pembaruan SOP berbasis prinsip lean, peningkatan jumlah dan kapasitas tenaga farmasi, serta diversifikasi pemasok untuk mengurangi risiko kekosongan stok. Penerapan strategi tersebut diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan obat secara berkelanjutan, mempercepat waktu pelayanan, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya sehingga berdampak positif pada mutu layanan kesehatan.