Articles
266 Documents
ANALISIS KESALAHAN MAKNA PADA TERJEMAHAN (ARAB-INDONESIA)
Nur Anisya;
Bidari
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.116
Terjemah merupakan salah satu proses pengalihan bahasa dari teks bahasa Arab pertama ke bahasa sasaran. Dalam bahasa Arab terdapat istilah Ilmu ad-Dilalah atau semantik yaitu kajian tentang makna. Salah satu pembagian makna diantaranya makna leksikal adalah makna hakiki (makna asli) yang terdapat dapat kamus, namun makna leksikal tersebut dapat berubah seiring dengan keadaan dan situasi, dan inilah yang disebut dengan makna kontekstual. Permasalahan yang ditemukan dalam pejaran tarjamah adalah mayoritas hasil terjemahan teks arab tidak sesuai dengan konteks. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesalahan makna kontekstual pada teks bahasa Arab dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan makna kontekstual tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif lapangan, metode pengumpulan data yang digunakan berupa observasi/ pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Instrumen untuk mendapatkan data tersebut adalah buku tulis santriwati yang berisi teks hasil terjemah. Serta sumber datanya adalah santriwati Marhalah Tsanawiyah kelas III Reguler A. Analisis datanya menggunakan analisis kesalahan (Error Analysis) dengan cara mengumpulkan sampel (kesalahan terjemahan Arab-Indonesia) dan mengidentifikasi sampel (kesalahan).
SEJARAH SOSIAL LITERASI DI INDONESIA;
Zaini Tamin AR;
Moch. Kalam Mollah
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.120
Beberapa penelitian menggambarkan tingkat literasi membaca siswa Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan siswa di beberapa negara di dunia. Padahal, dalam dalam perkembangan pendidikan, urgensi literasi tidak dapat dikesampingkan. Oleh sebab itu, penelitian ini berupaya menganalisis pendidikan literasi di Indonesia dalam konteks historis dan politis. Penelitian pustaka ini menyimpulkan bahwa literasi sejatinya merupakan tradisi kuat dalam sejarah Islam. Namun, sejarah ini baru dapat dikontekstualisasikan beberapa tahun ini melalui kebijakan pemerintah melalui gerakan literasi nasional dan internalisasi literasi pada kurikulum pendidikan nasional. Penelitian ini merekomendasikan langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan di ataranya: Pertama, membumikan makna iqra’ – yang sebenarnya merupakan tradisi Islam yang menyejarah – dalam membangun generasi literasi di Indonesia. Kedua, rumusan kebijakan literasi harus segera dimaksimalkan dan menjadi gerakan nasional.
DINAMIKA DAN PERUBAHAN SOSIO-RELEGIO KULTURAL PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DAN SALAFI
Afandi;
Moh Amiril Mukminin;
Ishaq Syahid
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.124
Eksistensi pesantren memang telah tumbuh jauh sebelum kemerdekaan Indonesia.Pertumbuhan dan perkembangan pesantren sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan Agama Islam di Indonesia.Perjalanan pesantren sebagai lembaga pendidikan sangat menakjubkan.Pada era berdirinya kerajaan Islam, pesantren memperoleh tempat utama sebagai tempat masyarakat belajar berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu agama Islam.Selanjutnya di jaman penjajahan, Belanda memperkenalkan sistem pendidikan barat yang dinamakan sekolah. Sekolah ini yang kemudian dipandang masyarakat sebagai sarana untuk menuju masyarakat modern, sedangkan pesantren dianggap mempertahankan tradisi kolot. Kondisi ini sengaja diciptakan untuk menggerus pengaruh pesantren, karena pesantren oleh penjajah dianggap sebagai basis para pejuang kemerdekaan. Sedangkan pondok pesantren secara terminologi adalah lembaga pendidikan agama Islam, umumnya kegiatan tersebut diberikan dengan cara non klasikal (bandongan dan sorogan) dimana seorang kyai mengajar para santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh para ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan para santri biasanya tinggal di asrama tersebut. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam pertama di Indonesia. Menurut Agus Sunyoto, Menjelang akhir Majapahit, pesantren-pesantren yang menggantikan asrama dan dukuh Syiwa-buddha telah tumbuh berkembang menjadi lembaga pendidikan tempat siswa menuntut ilmu. Menurut Abdurrahman Wahid pesantren adalah lembaga yang diambil dari sistem mandala, lembaga pendidikan pra Islam di jaman Majapahit. Pondok pesantren Salafiyah (PPS) oleh para Sosiolog sering disebut dengan pondok pesantren “tradisional”, artinya pondok pesantren yang selalu melestarikan tradisi masa lalu, sebagai istilah yang lebih menunjukkan pada makna yang lebih umum dan mungkin juga lebih dominannya warna lokal dari pada Timur Tengah. Sedangkan gerakan pondok pesantren Salafi tidak lepas dari istilah gerakan Wahabi. Nama gerakan Wahabi adalah sebuah kelompok yang di-nisbah-kan kepada Muhammad ibn Abdul Wahāb. Asimilasi sosio-kultural yang dilakukan adalah membumikan Islam sesuai budaya setempat, mengislamkan anasir Hindu, memanfaatkan ajaran Kapitayan.Mendirikan lembaga pendidikan seperti asrama syiwa-budha yang nanti disebut pesantren, mengubah ajaran Bhairawa-Tantra dan mengubah kebiasaan dan tradisi keagamaan.
STRATEGI KOMUNIKASI BRANDING PERGURUAN TINGGI
Moh. Samsul Arifin
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.125
Persaingan kampus-kampus baru di kabupaten Bangkalan beberapa tahun terakhir menjadi lebih ketat. Dari data Kopertais wilayah-IV Surabaya, sudah ada 10 perguruan tinggi yang terdaftar dalam kurun waktu tak sampai 15 tahun, dan diperkirakan beberapa kampus baru akan bermunculan lagi di masa yang akan datang. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik, mengelola dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan demikian diharapkan para lulusannya dapat berguna dan diterima oleh masyarakat, serta dapat diserap dengan baik oleh lapangan kerja. Akan tetapi untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu usaha dan strategi yang tepat mengingat semua perguruan tinggi memiliki tujuan yang sama. STIT Al-Ibrohimy Bangkalan sendiri didirikan pada tahun 2007 di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Ibrohimy desa Galis Kabupaten Bangkalan. Memiliki 3 Program Studi, yaitu Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah/SD dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, STIT Al-Ibrohimy Bangkalan yang juga secara geografis berada di tengah-tengah kabupaten Bangkalan memiliki jarak tempuh seimbang baik ke ujung barat dan timur atau utara ke selatan kabupaten ini, memiliki status strategis yang seharusnya dimanfaatkan dengan baik oleh pengelola kampus. Dijadikan nilai unggul yang tidak dimiliki kampus lainnya di Bangkalan, juga dapat disampaikan kepada masyarakat melalui strategi branding yang terencana dengan baik.
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Muhammad Husni;
Hasyim Muhammad
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.126
Dalam kajian modern sains, jiwa sebagai objek materil konseling tidak dipandang sebagai subtansi materil yang berkelindan antara dunia fisik dan metafisik, tetapi hanya terlingkar pada sistem biologis semata ataupun terpaku pada kecanggihan sistem neurologis otak. Hal ini berbeda jika dipandang dari konseling Islam yangreligion sains, para filosof muslim seperti Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina, Mulla Shadra memandang jiwa—sebagai objek materil konseling, memiliki substansi immateril (metafisik) yang terkait erat dengan intelek samawi yang immaterial pula. bimbingan konseling Islam berdimensi luas, capaiannya tidak hanya sebatas mengoptimalkan perkembangan pribadi-sosial, perkembangan karir, dan perkembangan belajar atau akademik konseli, melainkan jauh lebih luas yakni mengoptimalkan dimensi immateril mereka.
STRATEGI MEDIA SOSIAL“AL IBROHIMY TV” DALAM MENYIARKAN KEGIATAN PONDOK PESANTREN AL IBROHIMY GALIS BANGKALAN
Muhammad Fauzi;
Moh. Toyyib
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.128
Di era digitalisasi saat ini, media sosial seolah menjadi sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya akun di media sosial seperti Instagram, Twitter, atau Facebook. Dengan banyaknya pengguna di media sosial, tidak heran jika platform ini sering digunakan di segala bidang bisnis, pendidikan, sosial dan lain sebagainya. Media sosial pada umumnya dirancang untuk memfasilitasi kebutuhan seseorang dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Platform ini juga berguna untuk menjalin silaturrahmi, menambah relasi, bahkan saat ini banyak orang yang memanfaatkannya sebagai tempat unjuk karya. Saat ini banyak lembaga dan instansi pendidikan yang juga memanfaatkan kecanggihan media sosial dalam mendukung kegiatannya yang berguna untuk menyiarkan kegiatan madrasah masing-masing. Salah satunya adalah yayasan al-Ibrohimy yang memanfaatkan media sosial sebagai wadah eksistensi dakwah baik di lingkungan pesantren maupun masyarakat. “Al Ibrohimy TV” merupakan media sosial milik Yayasan Al Ibrohimy Bangkalan yang fokus menyebarluaskan hal-hal positif antara lain informasi, postingan kegiatan di pondok pesantren dan hal-hal yang dianggap pantas untuk diposting mengenai Al Ibrohimy dengan harapan dapat menjadi forum promosi dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan. kemajuan proses pendidikan di lingkungan pesantren.
SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN DAN DINAMIKA PENGEMBANGAN INTELEKTUAL SANTRI
Mohammad Saro'i
AL - IBRAH Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i1.129
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia disinyalir mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan perkembangan zaman saat ini. Perubahan tersebut senantiasa memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap model kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Meskipun demikian, masih ada penilaian yang nigatif dari sebagian masyarakat tentang dunia pesantren, dengan memberikan stigma bahwa pendidikan pesantren termasuk pendidikan yang tertinggal dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Fakta ini, menjadi dasar penulis untuk mengenal lebih dalam tentang sistem pendidikan pesantren dan pengembangan intelektual dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang sistem pendidikan yang ada di lingkungan pesantren dalam mengembangkan intelektual santri. Dalam rangka menjawab permasalahan di atas, penulis menelaah dari beberapa literatur. Akhir dari artikel ini, penulis mengungkap fakta bahwa sistem pendidikan pesantren telah mampu mengembangkan intelektual para santri, hingga pesantren tidak hanya mencetak para santrinya menjadi orang yang religius, melainkan ulama’ yang intelek, dan mempunyai wawasan yang luas dan modern.
PERADABAN ISLAM; KEJAYAAN DAN KEMUNDURANNYA
Muhammad Fauzi;
Siti Aminatul Jannah
AL - IBRAH Vol 6 No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i2.132
Negara dengan teknologi paling maju di dunia ditempati oleh beberapa negara non islam. Misalnya Jepang dengan teknologi tranportasinya, peneliti Jepang pun telah memenangkan banyak penghargaan Nobel. Amerika Serikat dengan eksplorasi ruang angkasa, dan teknologi pertahanan dan telekomunikasinya. Negara Adi Kuasa ini memiliki militer paling kuat dan berteknologi paling maju di dunia. Israel juga tidak ketinggalan membuntuti negara tersebut di atas. Sekitar 35% ekspor Israel ke seluruh dunia terkait dengan teknologi. Israel adalah satu di antara lima besar penguasa ilmu antariksa. Negara ini juga dikenal karena inovasi di industri pertahanan seperti Iron Dome yang legendaris serta mengembangkan kendaraan udara tak berawak pertama (UAV) dengan pengawasan real-time. Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat di negara barat tersebut, lalu bagaimana dengan keadaan negara-negara islam yang masih tertinggal jauh. Ketika negara barat sudah mulai menelusuri angkasa dengan keilmuannya, negara islam masih terjebak dengan masalah-masalahnya sendiri, seperti perang sipil di beberapa negara timur tengah. Dari masa ke masa manusia mengalami berbagai macam interaksi budaya sehingga terjadilah percampuran budaya seperti yang terjadi antara kebudayaan barat dan peradaban islam. Peradaban adalah bagian-bagian dari kebudayaan yang memiliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang luas.[1] Dalam sejarahnya islam mengalami kemajuan dan kemunduran dalam peradabannya. Di masa kejayaannya, islam memiliki peradaban yang sangat berkembang pesat baik di bidang keilmuan, ekonomi, sosial, dan politik. Dimana pada masa itu islamlah yang menajadi negeri adidaya. Namun kejayaan itu tidak terus berlangsung. Puncaknya ketika runtuhnya dinasti Turki Utsmani yang sekaligus menjadi penutup dari kepemimpian islam pada tahun 1924.[2] Kemunduran itu masih terus berlangsung hingga sekarang dimana masih banyak negeri islam yang masih menglami ketertinggalan. Maka dari itu butuh dikaji lebih lanjut apa yang menjadi penyebab dari kemunduran peradaban islam sekarang dengan melihat kembali pada sejarah peradaban islam yang telah lalu.
PEMBENTUKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAH AL FATIHAH PADA ANAK USIA DINI
Moh Toyyib;
ishaq Syahid
AL - IBRAH Vol 6 No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i2.175
Pembentukan kemampuan menghafal yang akan ditulis dalam jurnal ini adalah kemampuan menghafal surah Al fatihah yang merupakan surah pertama dalam Al qur’an. Penanaman nilai-nilai agama melalui hafalan surah Al fatihah ini sangat baik dilakukan terhadap anak sejak usia dini. Kebiasaan yang diajarkan orang tua di rumah dalam membentuk hafalan surah Al fatihah ini menjadi alasan ketertarikan penulis untuk menulis jurnal ini. Tujuan dalam penuisan jurnal ini adalah sebagai bentuk perhatian pada orang tua agar bisa membiasakan serta mengajarkan kebiasaan yang baik sejak dini termasuk membentuk hafalan surah Al fatihah ini. Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus di desa Tlagah Galis Bangkalan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode triangulasi. Subjek yang akan diteliti sebanyak 3 kelurga tahfidzul qur’an yang berdomisili di desa Tlagah. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah ada perbedaan metode dari ketiga keluarga tahfidzul qur’an tersebut yang sudah dibiasakan pada anaknya agar bisa menghafal surah Al fatihah ini, keluarga pertama yakni keluarga Gus Sodik dan Umi Sara yang membiasakan anaknya setiap mau jalan-jalan di atas sepeda motornya dibiasakan memperdengarkan dan melafadzkan ayat-ayat dalam surah Al fatihah tersebut. sedangkan keluarga Gus Toni dan neng Farideh membiasakan anaknya diperdengarkan ayat-ayat surah Al fatihah tersebut melalui media kaset dan hp. Dan keluarga terakhir adalah keluarga Gus Mujally dan Neng Atiqo yang membiasakan anak-anaknya diperdengarkan mulai dari sejak bayi saat masih dalam gendongan orang tuanya. Dari hasil wawancara ini penulis menyimpulkan bahwa ketiga keluarga ini sangat religius yang membiasakan anak-anaknya mulai sejak dini diperdengarkan surah yang dikenal dengan sebutan “Ummul Qur’an”ini meskipun metodenya berbeda tapi tujuannya tetap sama.
KURIKULUM DAN MASYARAKAT
Hermanto Halil;
Yuliana Alfiyatin
AL - IBRAH Vol 6 No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al - Ibrohimy Bangkalan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.61815/alibrah.v6i2.176
Masyarakat senantiasa berubah dan akan terus berubah dari masa ke masa. Masyarakat di era modernisasi sangat jauh berbeda dengan masyarakat pada sebelum ini, dan akan berbeda dengan masyarakat pada anak cucu kita nanti. Dan yang jelas semakin banyak tuntutan masyarakat dalam rangka mengimbangi pola dan gaya hidup saat ini. Perubahan itu jelas akan mempengaruhi cara atau gaya hidup dan cara berpikir kita. Dunia yang luas ini, kini tidak lagi menjadi kendala perhubungan manusia. Segala sesuatu yang dianggap penting oleh manusia, akan terpublish di media sosial. Pendek kata, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu memanjakan manusia. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa ciri masyarakat itu adalah dinamis. Dikarenakan banyaknya tuntutan pola da gaya hidup. Kurikulum, dengan demikian, harus elastis dan fleksibel serta dinamis mengikuti arus perkembangan yang terus diusahakan oleh manusia itu. Kurikulum yang dinamis penting untuk menjaga kelangsungan hidup manusia, sebab sifatnya yang fungsional dan mempersiapkan anak untuk menghadapi masalah-masalah di dalam masyarakat tempat mereka hidup. Abstract Society is always changing and will continue to change from time to time. Society in the modernization era is very much different from the society in the past, and will be different from the society for our children and grandchildren later. And what is clear is that there are more and more demands from society in order to balance the current patterns and lifestyles. These changes will obviously affect the way or lifestyle and our way of thinking. This vast world is now no longer an obstacle to human communication. Everything that is considered important by humans will be published on social media. In short, advances in science and technology can spoil humans. As we all know, the characteristics of society are dynamic. Due to the many demands of the pattern and lifestyle. The curriculum, therefore, must be elastic and flexible as well as dynamic following the current of developments that are continuously being pursued by humans. A dynamic curriculum is important for maintaining human survival, because it is functional and prepares children to face problems in the society in which they live.