Articles
181 Documents
INTERKONEKSI SAINS DAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SIDOARJO
Toha Machsun;
Istikomah Istikomah;
Dzulfikar Akbar Romadlon;
Mohamad Rojii
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 4 No. 2 (2020): September
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v4i2.95
Problematika dikotomi antara sains dan Agama telah menjadi topik pembahasan yang banyak dikaji oleh peneliti untuk dicarikan solusi terbaiknya, namun faktanya hingga saat ini problem tersebut masihlah hadir di tengah masyarakat. melihat fakta tersebut SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo hadir sebagai percontohan dengan membawa konsep interkoneksi sains dan Agama dalam upaya pengembangan pendidikan Agama Islam dan juga mencoba untuk mengikis dikotomi antara sains dan Agama. penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus. Teknik analisis data dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap konsep, bentuk, dan dampak positif dari interkoneksi sains dan Agama dalam pengembangan pendidikan Islam. Hasil peneltian menunjukkan bahwa konsep interkoneksi di sekolah tersebut diwujudkan dalam bentuk bangunan kurikulum yang baku dan diterapkan dalam proses pendidikan. Bentuk interkoneksi diwujudkan dengan penggabungan kurikulum nasional dan kurikulum ISMUBA Khas sekolah Muhammadiyah, serta berbagai kegiatan ekstra. Dampak positif bagi siswa yakni menumbuhkan budaya islami dan karakter islami dalam diri peserta didik, penagalaman belajar yang menumbuhkan kreatifitas dan bijak dalam menata niat untuk menuntut ilmu serta prestasi gemilang di kancah nasional maupun internasional. Sementara bagi guru, Interkoneksi sains dan agama berdampak positif bagi pengembangan diri dan karier.
PENDIDIKAN KELUARGA SAKINAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PSIKOLOGI
Aries Dirgayunita;
Reza Hilmy Luayyin
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 4 No. 2 (2020): September
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v4i2.96
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang diawali dengan perkawinan. yang merupakan kebutuhan fitrah manusia. Dalam ajaran Islam, ikatan perkawinan memiliki rasa saling mencintai dan menyayangi, saling mengisi dan melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing yang didasarkan pada agama sebagai fondasi utama dalam membina, dan mewujudkan keluarga sakinah. Ada perbedaan dalam masyarakat modern saat ini yang cenderung bersikap pragmatis dan melihat pernikahan sebagai fungsi keduniawian di antaranya seksual, reproduksi dan rekreasi, sehingga mengakibatkan masyarakat modern saat ini banyak yang mengalami polemik dalam keluarga seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, bunuh diri, dan pemerkosaan pada remaja akibat kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Karena dalam kehidupan sosial, keluarga menempati peran utama dan sangat penting dalam membentuk karakter dan kebahagiaan keluarga. Karena keluarga merupakan tempat atau lembaga pendidikan pertama sebelum anggota keluarga mendapatkan pendidikan secara formal dalam masyarakat. Jika keluarga, peran dan fungsinya tidak sesuai pada tempatnya dan tidak berpedoman pada al-qur’an dan Sunnah Rosul tentu akan muncul berbagai permasalan sosial yang akan berdampak pada keluarga itu sendiri dan juga masyarakat pada umunya. Sedangkan perkawinan dalam Agama Islam menjadi bagian penting dalam kehidupan karena merupakan Sunnah Rosul dan mempunyai bagian penting dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan perkawinan merupakan media dalam pemenuhan tujuan ilahi yang juga merupakan ibadah dalam ajaran agama Islam. Melalui perkawinan akan terlahir hubungan yang kompleks dan saling mengikat. Dalam kajian pustaka ini dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan menegetahui bagaimana konsep keluarga sakinah baik berdasarkan hukum Islam dan psikologi, tujuan dari pendidikan keluarga sakinah serta bagaimana menciptakan keluarga sakinah.
RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF IMAM AL-GHAZALI DALAM PENGAJARAN DI STAI MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG
M Riza Zainuddin
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 5 No. 1 (2021): Maret
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v5i1.125
Pada kajian ini akan peneliti paparkan tentang bagaimana relevansi konsep pendidikan Islam pespektif Imam Al-Ghazali dalam pengajaran di STAI Muhammadiyah Tulungagung dengan pendekatan studi pustaka. STAI Muhammadiyah Tulungagung dalam penyelenggaraan sistem pendidikannya berlandasakan kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di mana STAI Muhammadiyah Tulungagung merupakan jalur pendidikan formal dengan jenjang pendidikan tinggi dan jenis pendidikannya adalah keagamaan. Secara umum konsep pendidikan Islam hasil pemikiran Imam Al-Ghazali dalam pengajaran di STAI Muhammadiyah Tulungagung sangat relevan memiliki keterkaitan dan saling berhubungan. Hal ini terlihat dari hasil pemikiran beliau tentang pendidikan Islam adalah usaha yang baik, menuju jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan dalam pengajaran di STAI Muhammadiyah Tulungagung saat ini mengacu kepada kurikulum KKNI yang didalamnya memuat salah satu capaian pembelajaran tentang sikap dan tata nilai yaitu Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga konsep hasil pemikiran Imam Al-Ghazali ketika disinkronkan dalam pengajaran di STAI Muhammadiyah Tulungagung sudah sangat relevan dan dapat saling melengkapi untuk optimalisasi praktik pengajaran yang sudah berjalan saat ini. Terlebih lagi konsep pendidikan Islam Imam Al-Ghazali dapat dijadikan bahan rujukan inovasi untuk dikombinasikan ke dalam tujuan pembelajaran, kurikulum, pendidik, peserta didik dan metode pembelajaran di STAI Muhammadiyah Tulungagung.
SOLUSI AL-QUR’AN DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT ANTI KORUPSI
Muhammad Nabat Ardli
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 5 No. 1 (2021): Maret
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v5i1.127
Tindak kejahatan korupsi di Indonesia selalu ada kasus baru yang muncul di berita media, hal ini menunjukkan bahwa korupsi tidak akan ada habisnya selama ada manusia dimuka bumi. Penanggulangan dan pencegahan sudah dilakukan dengan berbagai metode, namun hasilnya masih sangat jauh dari kata berhasil. Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam diharapkan dapat membendung budaya korupsi ini lewat pendekatan rohani, pendekatan rohani dinilai dapat mendorong manusia untuk menjauhi kedzaliman terhadap diri sendiri maupun orang lain termasuk kesadaran anti korupsi. Metodepenelitian makalah ini adalah pendekatan kualitatif adapun jenis penelitiannya adalah library research yaitu data yang dihimpun berasal dari buku, jurnal dan lainnya. Makalah ini membahas bagaimana ayat-ayat al-Qur’an dapat merasuk kedalam karakter umat Islam dan membangun masyarakat yang berkepribadian baik dan anti terhadap kejahatan korupsi. Hasil dari makalah ini bahwa sarana pendidikan berbasis keislaman dan peran para da’i, muballig dan kyai adalah sebagai pondasi dalam pencegahan tindak pidana korupsi yang terjadi pada masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, dengan peningkatan kesadaran hukum, dan penanaman ajaran agama Islam kepada peserta didik maupun masyarakat. Penanaman nilai keislama khususnya kesadarang anti korupsi perlu digalakkan sejak usia dini agar kedepannya terhindar dari perilaku maupun tindak korupsi
KAJIAN ANALISIS TERHADAP PENYELENGGARAAN MAJELIS TA’LIM DALAM PP. NO. 55 TAHUN 2007
Heri Rifhan Halili;
Cik Na'imah;
Benny Prasetiya
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 5 No. 1 (2021): Maret
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v5i1.143
This article discusses an analytical study of the implementation of the majleis ta'lim based on PP No. 55 of 2007. As the oldest educational institution in Indonesia, the taklim assembly functions as a medium for disseminating the Islamic teachings of the guardians. As the embryo of the implementation of Islamic boarding schools and Islamic boarding schools, Majleis Taklim has a very significant function in increasing the religiosity of the Islamic ummah. The presence of government policies in PP no. 55 of 2007 concerning religious education and religious education, one of which regulates the ta'lim assembly is one of the right policies according to the needs of the community, especially Muslims. However, in its application, PP No. 55 of 2007 especially in article 21 which explains about the ta'lim assemblies need to be guarded and guarded by providing technical guidance from the government in this case winning, so that the ta'lim majlis can optimize its role in the midst of Muslims, and do not experience problems. problems that can actually hinder the development of the ta'lim assembly.
ANALISIS INTERAKSI ADAB SEORANG MURID TERHADAP GURU DALAM PERSPEKTIF IMAM AL-GHAZALI
Anwar Yulianto;
Benny Prasetiya
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 5 No. 1 (2021): Maret
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v5i1.144
This study aims to determine the concept of a student's adab towards a teacher in the view of the book Bidayatul Hidayah by Imam Al-Ghozali. The method used in this research is library research. Primary data source is the book Bidayatul Hidayah by Imam al-Ghazali. The analysis used is a content analysis model. The results include the student precedes a teacher with respect and greeting, the etiquette of a student when speaking in front of a teacher, the etiquette of a student when asking the teacher, the etiquette of discussing with the teacher, the outward manners of students when studying with the teacher, and the inner manners of students to the teacher
GADAI MENURUT PANDANGAN ISLAM
Muhammad Alfi Syahrin
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 5 No. 1 (2021): Maret
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v5i1.145
Sebagai makhluk sosial, yang mana dalam kehidupan sehari-hari manusia tak terlepas dari yang namanya transaksi. Manusia dijadikan oleh Allah SWT. untuk melengkapi satu sama lain, saling membutuhkan sesama manusia, supaya mereka dapat saling membantu, berbuat baik dengan jalan sewa- menyewa, tukar- menukar, bertani, atau dengan jalan yang lainnya. Salah satu bentuk transaksi dalam islam ialah Gadai (ar-rahn) yang merupakan akad hutang piutang dengan menjadikan barang atau benda yang memiliki nilai untuk dijadikan sebagai jaminan terhadap hutang yang diterimanya. Hal ini digunakan untuk memberikan rasa nyaman dan tentram dari pemberi pinjaman supaya apa yang ia pinjamkan kepada peminjam menjadi lebih meyakinkan. Pada dasarnya gadai (ar-rahn) termasuk dalam sebuah transaksi utang-piutang juga sekaligus dapat membantu sesama muslim dalam menjalankan hubungan sosial antara umat manusia. Karena kegiatan gadai ini tidak dilarang dalam Islam selama itu tidak menyimpang dari ketentuan yang sudah digariskan dalam al-Quran, al-Hadis, juga penjelasan dari para ulama. Namun dalam masyarakat masih terdapat banyak yang tidak memahami konsep gadai menurut ketentuan agama islam
TRANSAKSI E-COMMERCE SEBAGAI PERTAHANAN UMKM DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Imanuddin Abil Fida;
Daris Sambiono;
Fahmi Shiddiqi;
Saiful Ukamah
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 5 No. 2 (2021): September
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v5i2.146
Artikel ini membahas penerapan e-commmerce dalam hal menunjang strategi pemasaran pelaku UMKM di Indonesia pada masa pandemic covid 19 yang terjadi. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif seperti dokumentasi dan kepustakaan. Pandemi telah berdampak besar terhadap aktivitas perekonomian pelaku UMKM sehingga penerapan teknologi digital dalam hal pemasaran perlu untuk dimaksimalkan. Penggunaan e-commerce tentu bukanlah hal baru bagi pelaku ekonomi. Namun, semenjak pandemi peningkatan pengguna e-commerce mencapai 91% menimbulkan persaingan yang ketat bagi pelaku UMKM yang mulai mengubah dunia e-commerce dalam memasarkan produk maupun jasanya ditambah lagi pandemi yang telah mengubah perilaku dan gaya belanja para konsumen. Teknologi digital sebagai solusi yang dapat dimaksimalkan oleh para pelaku UMKM guna mempertahankan usahanya di tengah pandemi dan e-commerce menjadi salah satu pilihan para pelaku UMKM untuk memasarkan produk ataupun jasanya di masa pandemi.
POLIGAMI PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUH DAN MUHAMMAD SYAHRUR
Nur Khosiah;
Reza Hilmy Luayyin;
David Prabowo
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 5 No. 2 (2021): September
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v5i2.149
This research is library research that uses qualitative descriptive methods. This study reviewed Muhammad Abduh and Muhammad Syarhrur thought. Both of them contemporary scholars whose work is well known to the world. The Researcher is interest in studying the thinking of their both about polygamy because there are significant has similarities and differences from the perspective in interpreting polygamy verses in the Qur'an, surah An-Nisa verses 3 and 129. Both of them have different conditions when it comes to polygamy. Abduh banned polygamy on the grounds of justice and Syahrur vowed in terms of quality. But in terms of quantity there is no difference between them. The result of this study showed that Muhammad Abduh allowed polygamy by using conditions in an emergency. The conditions that allow among the first wife there are indications of barrenness, no doubt in doing justice, or no fear of a dispute after marriage. Abduh did not think too much in terms of the quality of the wife who would be polygamy. While Syahrur allows polygamy with qualification conditions in terms of quality where the status of widows of wives who have children applies to the second, third or fourth wives. There is no difference between the two in terms of quantity.
POLA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KORBAN KELUARGA BROKEN HOME
Qurrota A’yuni;
Syafira Maharany;
Nonik Kasiari;
Wildani Firdaus
IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman Vol. 5 No. 2 (2021): September
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/imtiyaz.v5i2.151
Marriage is the first step in forming a family. The expected family is, of course, a family filled with harmony with the presence of children who become jewelry and conditioning the hearts of all parents. The emergence of rifts and friction in the family is commonplace. However, the level of ability of each person is different. A harmonious family to old age is the result of his efforts in maintaining and maintaining relationships. On the other hand, when a family is damaged which leads to divorce, it is a failure to maintain relationships. In this case, the main party who is harmed is the child. Where he had to experience many changes in his life, especially from the social-emotional side. However, all problems must have a solution. Likewise for children who are victims of broken homes, both parents, neighbors, friends and teachers have their respective roles in how to deal with and treat children who are victims of a broken home. But basically it is parents who have an important and mosttimportant role in determining the fate of youngsters. The family is a madrasa for their children