cover
Contact Name
Henny Syapitri
Contact Email
heny_syahfitri86@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
ojs.usmindonesia19@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
ISSN : 25361475     EISSN : 2527712X     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Analis Laboratorium Medik provides a forum for publishing the novel technologies and knowledge related to the medical laboratory technology. Scientific articles dealing with the following topics in medical laboratory technology.
Arjuna Subject : -
Articles 197 Documents
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL DAUN MIANA MERAH PADA PERTUMBUHAN PSEUDOMONAS AERUGINOSA Fadhil Abdul Salim; Sulistyani, Nunung
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 9 No 2 (2024): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v9i2.5377

Abstract

Daun miana merah secara empiris oleh masyarakat Indonesia, khususnya wilayah Papua, kota Jayapura, Kampung Yoka Sentani Timur digunakan sebagai obat tradisional yang merupakan alternatif pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun miana merah pada pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa. Uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun miana merah pada pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dilakukan dengan metode difusi kertas cakram. Aktivitas antibakteri ditetapkan dengan terbentuknya zona jernih di sekitar kertas cakram. Kekuatan zona jernih diukur diameternya menggunakan mistar satuan milimeter. Hasil penelitian menunjukkan terdapat zona jernih di sekitar kertas cakram pada berbagai konsentrasi ekstrak metanol daun miana merah. Rerata diameter zona radikal pada konsentrasi 90% sebesar 13 mm mendekati rerata diameter zona radikal kloramfenikol yaitu 13,2 mm. Kesimpulan yaitu ekstrak metanol daun miana merah memiliki aktivitas antibakteri pada pada pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa.
EFEKTIFITAS SARI DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI PADA ESCHERICHIA COLI Khikmah, Nur; Nurhidayati, Fischa Apryliani
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 9 No 2 (2024): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v9i2.5433

Abstract

Daun jambu biji merupakan  bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat antidiare.  Kandungan senyawa aktif saponin, tanin, dan flavonoid  dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare Escherichia coli. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menngetahui efektivitas sari daun jambu biji (Psidium guajava L.) sebagai antibakteri pada E. coli. Jenis penelitian adalah eksperimental. Uji senyawa saponin, tanin, dan flavonoid pada sari daun jambu biji dilakukkan secara kualitatif. Uji antibakteri sari daun jambu biji pada       E. coli menggunakan metode difusi sumuran. Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan adanya zona jernih yang terbentuk di sekeliling sumuran. Diameter zona jernih digunakan untuk menentukan efektivitas sari daun jambu biji pada E. coli.   Sari daun jambu biji mengandung senyawa saponin, tanin, dan flavonoid. Sari daun jambu biji mampu menghambat pertumbuhan E. coli pada  konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%  dengan diameter zona hambat 15 mm, 18 mm, 27 mm, dan 37 mm. Dibandingkan dengan ciprofloxacin (5 µg),  kategori efektivitas sari daun biji jambu pada E. coli yaitu cukup efektif pada konsentrasi sari daun jambu biji 100%.
OVERVIEW OF LEUKOCYTE COUNTS IN PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS HOSPITALIZED RSU BUNDA THAMRIN Siahaan, Maniur A; Zebua, Winda Irawati; Sipayung, Apriska Dewi
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 9 No 2 (2024): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v9i2.5434

Abstract

Tuberculosis (TB) is a disease caused by mycobacterium tuberculosis. TB can be transmitted to onther through Saliva when someone sneezes or coughs, then through breathing. This disease is difficult to control worldwide. TB bacteria move from the lungs and spread through the blood to other parts of the body. These diseases damage bones, damage the liver, kidneys, heart and other organs, weaken the immune system, cause loss of consciousness, and if left untreated can result in death. The researhc method used in this study is descriptive, which aims to determine the Leukocyte Description in Pulmonary Tuberculosis patients. This study uses an autohematology analyzer to examine the number of leukocyte cells. This study was conducted at Bunda Thamrin Hospital Medan from May To Juni 2024 where the samples used were 15 blood samples from pulmonary tuberculosis patients. The population in this study were all patients who were clinically diagnosed with tuberculosis by doctors who were hospitalized at Bunda Thamrin Hospital, Medan, in May- June 2024 to conduct tuberculosis examinations totaling 15 people. The sampel in this study used the total sampling technique. The results of the examination found that patients wit decreased white blood cell counts (leukopenia) were 3 people (20%), while 6 patients experience d increased leukocytes (leukocytosis) (40%), and 6 people had normal leukocytes (40%) from 15 blood samples of pulmonary tuberkulosis patients. It is hoped that further research Will increase the sample to obtain a more optimal picture of leukocytes results.
PERBANDINGAN PEMERIKSAAN TELUR Soil-Transmitted Helminth DENGAN SEDIMENTASI NaCl 0,9% dan NaOH 0,2%, SERTA FLOTASI NaCl JENUH Sania, Zahrotus; Pestariati, Pestariati; Arifin, Syamsul
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 10 No 2 (2025): Jurnal Analis Laboratorium Medik
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v10i2.6165

Abstract

Latar belakang: Infeksi Soil-Transmitted Helminth (STH) menjadi salah satu persoalan kesehatan masyarakat yang lazim ditemui, terutama di daerah tropis dan subtropis dengan sanitasi yang buruk. Infeksi ini bereakibat pada gangguan kesehatan, misalnya anemia, hambatan tumbuh kembang, hingga penurunan imunitas tubuh. Oleh karena itu, deteksi dini infeksi kecacingan sangat penting dilakukan untuk menunjang diagnosis dan pengendalian penyakit. Salah satu uji yang umum digunakan adalah pemeriksaan tinja secara mikroskopis, yang efisiensinya sangat bergantung pada teknik yang digunakan. Tujuan: untuk menganalisis komparasi hasil pemeriksaan tinja menggunakan metode sedimentasi NaCl 0,9%, sedimentasi NaOH 0,2%, dan flotasi NaCl jenuh dalam mendeteksi telur cacing Soil-Transmitted Helminth. Metode: eksperimental berbasis laboratorium dengan pendekatan komparatif. Sampel tinja yang telah dipastikan positif STH diperiksa menggunakan ketiga metode secara sistematis, dengan pengujian sebanyak tiga kali untuk masing-masing metode. Analisis data dilakukan menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk, uji homogenitas, uji ANOVA One-Way, dan uji Post Hoc. Hasil: metode sedimentasi NaCl 0,9% menghasilkan rerata jumlah telur tertinggi (9,33), diikuti NaOH 0,2% (8,33), dan flotasi NaCl jenuh (4,00). Terdapat perbedaan signifikan antar metode (p = 0,007), dengan perbedaan signifikan antara metode flotasi dan kedua metode sedimentasi. Kesimpulan: bahwa metode sedimentasi NaCl 0,9% merupakan metode paling efektif dalam mendeteksi telur STH pada penelitian ini.
ANALISIS QUALITY CONTROL PEMERIKSAAN ASAM URAT MENGGUNAKAN LEVEY-JENNINGS DAN SIX SIGMA DI RS X YOGYAKARTA Nur, Asya; Amalia, Arifiani Agustin; Anwar, Chairil
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 10 No 2 (2025): Jurnal Analis Laboratorium Medik
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v10i2.6172

Abstract

Latar belakang: Peningkatan mutu laboratorium klinik sangat penting untuk memastikan keakuratan hasil pemeriksaan, termasuk pemeriksaan kadar asam urat yang sering digunakan sebagai penunjang diagnosis klinis. Tujuan:  untuk menganalisis pemeriksaan kadar asam urat di X Yogyakarta dengan menggunakan grafik Levey-Jennings, aturan Westgard, dan metode Six Sigma. Metode: menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional berdasarkan data sekunder dari kontrol harian kadar asam urat level normal dengan nomor lot yang sama pada periode Februari hingga Mei 2024. Analisis data dilakukan menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung nilai rata-rata, standar deviasi (SD), koefisien variasi (KV%), bias (d%), dan nilai Sigma. Hasil: menunjukkan bahwa nilai bias (d%) pada bulan Maret, April, dan Mei 2024 masing-masing sebesar 1,33%, 0,57%, dan 2,47%, yang seluruhnya berada di bawah batas maksimal ±10%. Nilai koefisien variasi (KV%) juga masih dalam batas toleransi, yaitu masing-masing sebesar 4,69%, 2,65% dan 4,27% (≤6%). Pelanggaran aturan 12s terdeteksi pada bulan Maret dan aturan 10x pada bulan Mei, yang mengindikasikan adanya kesalahan acak dan sistematik. Nilai Sigma rata-rata sebesar 3,94 menunjukkan bahwa kinerja analitik berada dalam kategori baik, namun masih perlu ditingkatkan untuk mencapai standar Sigma minimal 6. Kesimpulan:menekankan pentingnya penerapan pengendalian mutu secara berkelanjutan guna menjaga akurasi dan presisi hasil pemeriksaan laboratorium.
PERBEDAAN SKOR BASIL TAHAN ASAM PADA PEMERIKSAAN SPUTUM TEKNIK ZIEHL-NEELSEN KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN BLEACH 0,5% Ayudin, Ayudin; Bintari, Ni Wayan Desi; Parwati, Putu Ayu
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 10 No 2 (2025): Jurnal Analis Laboratorium Medik
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v10i2.6337

Abstract

Latar belakang: Kualitas spesimen sputum berperan krusial dalam pemeriksaan mikroskopis basil tahan asam (BTA). Pada pasien tuberkulosis paru, dahak yang melewati tenggorokan sering mengandung debris mikroskopis yang dapat mengganggu kualitas pewarnaan. Penggunaan bleach sebagai dekontaminan dinilai mampu meminimalkan gangguan tersebut dengan membersihkan lapang pandang mikroskopis. Tujuan: membandingkan skor BTA pada pewarnaan Ziehl Neelsen konvensional dan dengan penambahan bleach 0,5%. Metode: eksperimental yang dilakukan di UPTD Puskesmas Gonenggati Donggala pada Januari -April 2025. Sampel pada penelitian ini adalah sputum dari pasien dengan suspek TB paru di UPTD Puskesmas Gonenggati Donggala sebanyak 67 sampel. Pemeriksaan BTA dilakukan dengan metode pengecatan Ziehl Nelseen. Hasil: hasil pemeriksaan BTA dengan metode Ziehl Nelseen konvensional didapatkan skor negatif (83,6%), scanty (0 %), positif 1 (10,4%), positif 2 (3,0%) dan positif 3 (3,0%). Sementara itu hasil pemeriksaan BTA dengan metode Ziehl Nelseen dengan penambahan bleach 0,5% didapatkan skor negatif (82,6%), scanty (1,5%), positif 1 (10,4%), positif 2 (3,0%) dan positif 3 (3,0%). Hasil uji beda dengan Wilcoxon Range Test didapatkan hasil nilai p > 0,665. Kesimpulkan: bahwa tidak ada perbedaan hasil skor basil tahan asam pada pewarnaan Ziehl Nelseen konvensional dengan Ziehl Nelseen dengan penambahan bleach 0,5%.
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN MALARIA METODE RDT DENGAN PENGGUNAAN MIKROPIPET DAN PIPET TETES DALAM PENUANGAN SPESIMEN Sakti, Saputro Panca; Abadi, Moh. Fairuz; Bintari, Ni Wayan Desi
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 10 No 2 (2025): Jurnal Analis Laboratorium Medik
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v10i2.6338

Abstract

Latar belakang: Malaria merupakan penyakit menular yang tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia, sehingga dibutuhkan metode diagnosis yang cepat dan akurat. Rapid Diagnostic Test (RDT) banyak digunakan sebagai metode deteksi, namun keakuratannya dapat dipengaruhi oleh alat yang digunakan dalam penanganan spesimen darah, seperti mikropipet dan pipet tetes. Tujuan: membandingkan hasil pemeriksaan malaria metode RDT menggunakan kedua alat tersebut. Penelitian pra-eksperimental ini dilakukan di Puskesmas Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan, dengan 30 spesimen darah pasien bergejala klinis malaria yang dipilih melalui purposive sampling. Metode: Analisis data menggunakan uji Chi-Square untuk mengidentifikasi perbedaan hasil antara penggunaan mikropipet dan pipet tetes. Hasil: analisis menunjukkan nilai p = 1,000 (p > 0,05), yang mengindikasikan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua metode. Meskipun demikian, penggunaan mikropipet cenderung menghasilkan tampilan garis merah muda pada strip RDT yang lebih jelas dan konsisten dibandingkan pipet tetes. Kesimpulan: pentingnya pemilihan alat yang tepat guna mendukung keakuratan interpretasi hasil pemeriksaan malaria.
PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE POINT OF CARE TESTING (POCT) DAN HEMATOLOGY ANALYZER DI PUSKESMAS X Al Ghassani, Esty Badzlina; Anwar, Chairil; Hadi, Wahid Syamsul
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 10 No 2 (2025): Jurnal Analis Laboratorium Medik
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v10i2.6341

Abstract

Latar belakang: Laboratorium merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang sangat penting untuk membantu dokter sebagai penunjang diagnosis. Pemeriksaan hemoglobin (Hb) merupakan indikator penting masalah kesehatan. Metode POCT sering digunakan di fasilitas kesehatan primer karena kecepatan dan portabilitasnya, ideal untuk area pedesaan namun, POCT memiliki keterbatasan dalam jenis pemeriksaan serta akurasi dan presisi dibandingkan Hematology Analyzer yang merupakan gold standard Tujuan: mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode POCT dan Hematology Analyzer. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik menggunakan objek penelitian berupa eksperimen yang dilakukan di Puskesmas X pada bulam Juni 2025 dengan total sampel 44 Hasil: penelitian ini menjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dengan antara pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode POCT dan Hematology Analyzer dengan nilai sig 0.083 (<0,05) Kesimpulan: POCT dapat digunakan sebagai alternatif atau pengganti Hematology Analyzer dalam pemeriksaan kadar hemoglobin.
HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT DENGAN FREKUENSI DAN LAMA HEMODIALISA PADA GAGAL GINJAL KRONIS Liato, Priska Tri Utami; Hadi, Wahid Syamsul; Ratih, Woro Umi
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 10 No 2 (2025): Jurnal Analis Laboratorium Medik
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v10i2.6351

Abstract

Latar belakang: Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal dengan karakteristik progresif dan tidak dapat sembuh  kembali. Penyakit ini menyebabkan berkurangnya produksi eritropoetin yang berdampak pada menurunnya hemoglobin dan hematokrit. Tujuan: mengetahui hubungan antara hemoglobin dan hematokrit dengan frekuensi terapi dan lama hemodialisa pasien gagal ginjal kronis. Metode: kuantitatif korelasional dan pendekatan cross-sectional. Jenis data sekunder dengan total sampel 198 sampel. Data berupa hemoglobin dan hematokrit, frekuensi terapi dan lama hemodialisa. Analisis  statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji rank spearman.   Hasil: rata-rata hemoglobin laki-laki yaitu 9.57 g/dL sedangkan perempuan yaitu 9.56 g/dL, rata-rata hematokrit yaitu 27, 6%. Sebanyak 97.5% pasien dengan  frekuensi  hemodialisa  2 kali seminggu. Lama hemodialisa  >24 bulan didapatkan pada  46.0% pasien.  Hasil analis uji korelasi rank spearman menunjukkan  p = 0.832 (p > 0,05) dengan nilai (R) 0.015 antara hemoglobin dengan lama hemodialisa, nilai p=0.826 (p > 0,05)  dengan nilai (R) 0.016 antara hemoglobin dengan frekuensi terapi, nilai p=0.909 (p > 0,05)  dengan nilai (R) -0.008 antara hematokrit dengan lama hemodialisa, nilai p=0.869 (p > 0,05)  dengan nilai (R) 0.012 antara hematokrit dengan frekuensi. Kesimpulan: tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hemoglobin dengan frekuensi terapi dan lama hemodialisa serta tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hematokrit dengan frekuensi terapi dan lama hemodialisa.
PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN PEMERIKSAAN LANGSUNG DAN PENUNDAAN 96 JAM PADA SUHU 20-25°C METODE HEMATOLOGY ANALYZER Bustam, Lusiana; Anwar, Chairil; Hadi, Wahid Syamsul
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 10 No 2 (2025): Jurnal Analis Laboratorium Medik
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v10i2.6358

Abstract

Latar belakang: Anemia merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai di Indonesia dan menjadi fokus perhatian utama dalam layanan kesehatan, karena anemia dapat mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas masyarakat sehingga pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting untuk diagnosis dan pemantauan terapi. Tujuan: untuk menganalisis perbedaan kadar hemoglobin yang terukur antara pemeriksaan langsung dan pemeriksaan setelah penundaan selama 96 jam pada suhu ruang 20–25°C menggunakan metode hematology analyzer di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo. Metode:  digunakan, yaitu true eksperimen dengan pendekatan pre-post test only control group pada 31 sampel darah vena yang dikumpulkan secara purposive sampling, kemudian diperiksa kadar hemoglobin secara langsung dan setelah penyimpanan selama 96 jam pada suhu 20-25°C. Hasil: diperoleh nilai rata-rata kadar hemoglobin pada pemeriksaan langsung sebesar 13,8 g/dL dan meningkat menjadi 13,9 g/dL setelah penundaan. Analisis statistik paired t-test menunjukkan terdapat perbedaan signifikan secara statistik antara kedua pemeriksaan (p = 0,006), meskipun perubahan tersebut kecil secara klinis. Faktor jenis kelamin dan usia juga memengaruhi kadar hemoglobin, dimana laki-laki dan kelompok usia dewasa memiliki kadar lebih tinggi dibandingkan perempuan dan anak-anak. Kesimpulan: bahwa terdapat perbedaan signifikan terhadap penyimpanan sampel darah EDTA pada suhu 20-25°C selama 96 jam meskipun kadar hemoglobin yang diperoleh relatif stabil, namun pemeriksaan hemoglobin sebaiknya tetap dilakukan sesegera mungkin untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.