cover
Contact Name
I Nyoman Santiawan
Contact Email
inyomansantiawan@gmail.com
Phone
+6281229463400
Journal Mail Official
inyomansantiawan@gmail.com
Editorial Address
Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah Dukuh Macanan Baru, Morangan, Mojayan, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57414 Telepon: (0272) 3352795
Location
Kab. klaten,
Jawa tengah
INDONESIA
Widya Aksara: Jurnal Agmaa Hindu
ISSN : 2085272X     EISSN : 26589832     DOI : -
Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu merupakan Jurnal Sosial, Budaya dan Agama Hindu yang menerbitkan hasil penelitian atau pemikiran tentang studi agama dan studi sosial dan budaya menggunakan perspektif interdisipliner. Lingkup Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu adalah: Studi agama Hindu seperti Fisafat, Etika dan Upacara Studi sosial dan budaya seperti sosiologi masyarakat Hindu Sumber pengajaran terkait: studi agama, pemikiran Hindu, filsafat Hindu, studi pendidikan agama Hindu, studi penerangan agama dan kajian budaya
Articles 160 Documents
AKTUALISASI DAN PENCIPTAAN GEGURITAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI PASRAMAN WISNU SAKTI DESA TAMBAKAN, KECAMATAN JOGONALAN, KABUPATEN KLATEN Supriyadi; Dewi Ayu Wisnu Wardani; Sujaelanto
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pura Wisnu Sakti secara historis memiliki kebudayaan geguritan yang kini sudah jarang digunakan. Padahal, geguritan memiliki fungsi sebagai media transformasi pengetahuan ataupun pendidikan moral kepada anak yang dibacakan. Hal ini menjadi menarik untuk diaktualisasikan kembali. Selain itu, penciptaan menjadi lebih menarik karena pelestarian dan pengaktualisasiannya menjadi lebih efektif. Dalam penciptaannya tentu mempertimbangkan berbagai faktor: daya tangkap anak, penyesuaian zaman, serta penanaman nilai-nilai agama. Dari latar belakang yang hadir, terumuskan dua pertanyaan yang harus dipecahkan, yakni: 1) Kenapa aktualisasi dan penciptaan geguritan dilakukan?, 2) Bagaimana aktualisasi dan penciptaan geguritan dilakukan? Dalam penelitian yang dilakukan, metode partisipatoris menjadi metode yang dirasa paling ideal, karena posisi dari peneliti merupakan insider dari objek penelitian. Selain itu, penelitian yang dilakukan merupakan penelitian terapan, sehingga metode ini sangat mendukung dalam pelaksanaannya. Dalam penelitian yang dilakukan, teori yang digunakan adalah teori konstruktivisme, teori revitalisasi, dan teori penciptaan. Dari penelitian yang sudah dilakukan, terdapat kesimpulan bahwa ada empat faktor yang melandasi aktualisasi dan penciptaan geguritan patut untuk dilakukan: 1) Faktor latar belakang, 2) Faktor Pelestarian, 3) Faktor Geguritan, 4) Faktor Pasraman. Pengaktualisasian dan penciptaan geguritan berhasil dilakukan, meskipun belum sepenuhnya maksimal. Meskipun begitu, penelitian terapan memang tidak secara instan dapat terselesaikan, karena harus melalui proses yang panjang. Tahapan-tahapan dari proses pengaktualisasian dan penciptaan mengacu pada teori-teori yang digunakan. Hasil yang didapatkan menyatakan bahwa teori-teori tersebut terbukti mampu untukdiaplikasikan.
TUHAN DALAM PERSPEKTIF ÅšIVATATVA Gatot Wibowo
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Freedom prema causa all of life dalam agama Hindu di Indonesia selalu menitik beratkan “Ekam sat wiprah bahuda wadanti”, artinya “Hanya satu Ida Saŋ Hyaŋ Vidhi Vasa, namun manuṣa bijaksana menyebutkan dengan banyak nama. Eksistensi terbesar agama Hindu lebih banyak bercorak Sivaistik, hal ini terbukti dengan adanya peninggalan-peninggalan ritus-ritus bersejarah yang membuktikan bahwa pemujaan tersebut menggambarkan Vaṁsanucarita Baṭṭāra Śiva ngawekas dalam śūsatra tattwa yang dapat dipedomani sebagai konsep angleluhuri untuk masyarakat Indonesia dan India khususnya. Karena Tuḥan Śiva Pākṣa bersifat vyapi vyapaka nirwikara dalam atribut pluralis Pantheīśṁ dalam Veda. Karena eksistensi sejamannya, sistem ketuhanan Śiva di indonesia dengan India akan membawa perubahan besar terhadap dampak perkembangan zaman upaniṣad untuk generasi kaum ilmuwan di masa yang akan datang. Ini dapat terlihat tentang tatanan ritus dan metode menghubungkan diri dengan Tuhan dengan merekonstruksi dan mendesain Bhakti Mārga, Kārma Mārga, Jñāna Mārga, Raja Mārga dan penuh kehati-hatian di Vibhūti Mārga dalam kitab terbarunya Bhāgavadgīta.
PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Setyaningsih; Farida Setyaningsih
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi semua aspek kehidupan. Perkembangannya tidak hanya didominasi oleh laki-laki tetapi juga oleh perempuan. Wanita dianggap sebagai pemakai penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan pria adalah penemu. Laki-laki, secara eksplisit, berperan dalam proses sains dan teknologi. Namun, ahli ilmu pengetahuan mengajukan temuan yang menunjukkan identitas perempuan terhadap teknologi. Diperkirakan oleh mereka yang peduli dengan isu perempuan akan semakin banyak perempuan yang terlibat dalam proses penemuan di bidang iptek. Pencapaian perempuan ini tidak dapat dihindari karena mereka telah berkontribusi banyak pada pembangunan di wilayah tersebut baik diterima secara publik atau tidak.
ANALISIS STRUKTUR NARATIF DAN AJARAN TATTWA DALAM CERITA KI GEDE BASUR ANTARA ASMARA DAN ILMU HITAM Ni Kadek Ayu Paramanandani
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: struktur naratif dan ajaran tattwa dalam Cerita Ki GedeBasur Antara Asmara dan Ilmu Hitam. Berdasarkan hasilpenelitian maka ditemukan bahwa: 1) struktur naratif dalam Cerita Ki Gede Basur Antara Asmara dan Ilmu Hitam, yaitu: (1) sinopsis, menceritakan tentang pembalasan dendam antara Ki Gede Basur dengan Ni Garu melalui adu kawisesan yaitu ilmu hitam yang berakhir dengan kematian Ki Gede Basur; (2)temanya adalah balas dendam; (3) latar/setting meliputi latar tempat, latar suasana, latar sosial dan waktu; (4) alur yang digunakan adalah Alur maju atau progresif; (5) tokoh meliputi, tokoh antagonis dan sekaligus tokoh sentralnya adalah Ki Gede Basur, tokoh skunder (antagonis) adalah Ni Garu dan (protagonis) Pekak Balian Sadhu; (6)penokohan: penokohan Ki GedeBasur (digambarkan dengan watak angker atau seram, dan suara yang besar, ia angkuh dan juga pemarah ketika apa yang diinginkan tidak tercapai.); penokohan Ni Garu(digambarkan memiliki watak yang suka dipuji, burukrupa dan seorang bajang wayah, pendendam dan menguasaiilmuhitam yang tinggi), penokohan Pekak Balian Sadhu (memilikiwatak yang penyabar, baikhati, sukamenolong dan bijaksana), (7) amanat (perbuatan memaksakan kehendak dan membalas perbuatan buruk dari orang lain adalah perbuatan yang tidak baik, Tidak usah gusar dan terlalu khawatir akan hidup karena semua sudah ada yang mengatur sesuai karma. 2)ajaran tattwa dalam Cerita Ki Gede Basur Antara Asmara dan Ilmu Hitam, yaitu: (1) Widhi Tattwa (2) Karmaphala Tattwa (3) PunarbhawaTattwa. Kata-kata kunci: Ajaran Tattwa, Cerita Ki Gede Basur Antara Asmara dan Ilmu Hitam.
DAMPAK MEDIA YOUTUBE DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN KREATIFITAS BAGI KAUM MILENIAL Titin Sutarti; Widhi Astuti
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Era digital ini bisa dikatakan hampir tidak ada kaum muda milenial yang tidak mengenal YouTube. Bila kita pandang dari segi kontruktifnya maka YouTube mampu membawa dan mengedukasi pengguna untuk menuju sesuatu yang bersifat membangun dan berorientasi pada kebaikan dan kebahagiaan banyak orang tanpa meninggalkan nilai, norma dan etika serta asas kemanusiaan. Dalam proses belajar mengajar, dengan kemajuan tekhnologi ini menuntut guru dan siswa melakukan inovasi dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Media merupakan alat bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran agar siswa mampu memperoleh pengetahuan. Teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media pembelajaran, yakni sarana yang menjembatani hubungan antara siswa, guru dan sumber belajar. Salah satunya adalah menggunakan media YouTube, dalam proses belajar mengajar ini penyampaian konsep materi, siswa atau pengguna video dapat melihat dan mendengarkan video guru dalam berceramah dan memberikan contoh pemahaman seperti halnya ketika siswa sedang menyimak pembelajaran langsung di dalam kelas. Manfaat media YouTube dalam proses pembelajaran adalah dapat menyampaikan materi pembelajaran, memberikan ilustrasi materi, tutotial terhadap materi praktek, tampilan yang menarik akan memotivasi semangat belajar, menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan, menyelesaikan masalah pada persoalan materi pelajaran, mendapatkan informasi yang beranekaragam dan berguna dalam pembelajaran. Bagi pengajar media social YouTube selain sebagai media untuk menyampaikan ilmu di sisi lain juga bisa digunakan untuk menimba ilmu atau sumber referensi materi yang lebih mendukung dan inovatif modern terhadap materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. YouTube sebagai media sosial memiliki kontribusi dalam menumbuhkan kreatifitas seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Kreativitas sebagai wujud ekpesi diri manusia terhadap segala kebutuhan dan gagasanya dalam memenuhinya dapat terwujud dalam beberapa macam bentuk antara lain kreativitas dalam bentuk ide kreativitas dalam bentuk produk kreativitas dalam bentuk gagasan kreativitas dalam merubah bentuk dan memperbaiki produk
DIALOG LINTAS IMAN SEBAGAI UPAYA MEMPERKUAT MODERASI BERAGAMA I Nyoman Santiawan; I Nyoman Warta
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dialog lintas iman/ agama merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang memiliki latarbelakan kepercayaan dan agama yang berbeda. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang terkenal dengan julukan City Of Tolerance. Namun akhir-akhir ini masih saja ditemukan tidakan yang tidak mencerminkan julukan tersebut. Kondisi seperti itu menunjukan jauh dari sikap moderasi beragama. sehingga para tokoh agama yang didukung oleh pemerintah berupaya untuk menangkal dan mengatisipasi peristiwa radikal dan intoleransi di Daerah Istimewa Yogyakarta salah satunya adalah dengan mengadakan dialog lintas iman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, pengumpulan data menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara untuk mendapatkan data yang benar-benar valid. Hasil penelitian ini menunjukan. Dialog lintas iman sangat berkontribusi dalam memperkuat moderasi beragama. Indikatornya adalah: 1. Dialog lintas iman sebagai wadah memperkaya pengetahuan lintas agama. 2. Dialog lintas iman sebagai wadah mempererat pesaudaraan antar lintas agama. 3. Dialog Lintas iman sebagai wadah pemahaman budaya. Dari tiga indicator diatas maka, kesimpulan dari penelitian ini adalah dialog lintas iman sangat efektif untuk memperkuat moderasi beragama. Karena dalam dialog, kebanyakan yang hadir adalah tokoh lintas iman. Sehingga ini sangan berpengaruh pada kehidupan beragama di masing-masing agama.
MENJADI GURU PENDIDIKAN DASAR YANG UNGGUL DAN BERIDEOLOGI PANCASILA Sugiman
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Guru unggul adalah guru yang bisa menguasai 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Peran guru unggul sangat diharapkan serta berpengaruh besar dalam peningkatan kualitas pendidikan. Dengan begitu nanti akan ada output yang muncul sebuah peradapan besar berupa generasi unggul yang akhirnya lahir embrio yang bernama harapan berupa sebuah cita cita besar yaitu Indonesia unggul. guru pendidikan dasar yang unggul tidak cukup hanya memiliki 4 kompetensi, tatapi juga guru pendidikan dasar harus berperan aktif baik dalam kegiatan internal sekolah maupun eksternal sekolah. Selain itu, guru pendidikan dasar juga harus aktif dalam pertemuan ilmiah dan aktif menulis artikel untuk menambah dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. Guru Unggul yang berideologikan Pancasila tidak cukup hanya menguasai empat kompetensi dan pemahaman tentang pancasila, sebagai Guru Pendidikan Dasar wajib mengaktualisasikan nilai-nilai semua butir Pancasila baik dalam lingkungan sekolah, masyarakat maupun keluarga dan menjadi pelopor maupun inisiator membudayakan nilai-nilai pancasila desetiap disiplin ilmu untuk pengembangan pendidikan di masa mendatang yang berkarakter dan berideologi Pancasila.
AGAMA HINDU PELESTARI BUDAYA LOKAL Putu Budiadnya; Sujaelanto
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perwujudan dari rasa syukur ini dilakukan Umat Hindu dalam sebuah penyelenggaraan upacara atau odalan yang umumnya dikenal dengan pelaksanaan yadnya atau korban suci. Bebantenan di Bali merupakan ciri khas yang unik dengan mengaitkan daya cipta yang religius serta mengandung budaya seni dan adat yang bercirikan pada Desa-Kala-Patra (tempat, waktu dan keadaan tradisi masyarakat pendukungnya). Budaya merupakan segala hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Segala bentuk cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi adalah hal – hal yang muncul karena budi dan akal manusia. Budaya merupakan pola hidup menyeluruh yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Ada tiga kerangka dasar dalam pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama Hindu, antara lain: 1). Tattwa (pengetahuan tentang filsafat), 2). Etika, (pengetahuan tentang sopan santun, tata krama) 3). Upacara atau ritual (pengetahuan tentang yajna) Ketiga kerangka dasar tersebut tidak berdiri sendiri tetapi merupakan suatu kesatuan yang harus dimiliki. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut : Bagaimana hubungan agama Hindu dan Budaya lokal?, Bagaimana Agama Hindu Melestarikan budaya lokal? Terdapat hubungan yang sangat erat dan selaras antara budaya dan agama Hindu dimana menjiwai budaya yang ada. Baik itu dalam bentuk dharma gita, seni tari, seni tabuh, upacara keagamaan, pakaian adat, maupun bangunan suci. Semua itu merupakan bentuk usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bernafaskan ajaran – ajaran Weda.Jenis – jenis budaya yang ada dalam agama Hindu antara lain : Dharma Gita, Seni Tari, Seni Tabuh, Upacara Keagamaan, Pakaian Adat, dan Bangunan Suci. Dari setiap budaya yang telah di paparkan tadi di atas dapat dibuktikan adanya unsur kehinduan yang menjiwai masing – masing budaya sebagai bentuk ekspresi dari pengamalan ajaran agama Hindu
PERSEMBAHYANGAN PAGERWESI DI PURA WIJAYA KUSUMA DESA BANARAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO (PERSPEKTIF TRI KERANGKA DASAR AGAMA HINDU) Putu Budiadnya; I Komang Prayogi
Widya Aksara Vol 27 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v27i1.173

Abstract

Agama Hindu merupakan agama yang tertua di dunia, ajaran-ajaranya bersumber pada kitab suci Veda yang merupakan wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Bila seseorang secara mantap mengikuti semua ajaran agama yang bersumber pada sabda suci Tuhan Yang Maha Esa itu, maka akan diperoleh ketentraman dan kebahagiaan hidup yang sejati yang disebut “Moksratam jagadhita ya ca iti dharma”(Titib, 2003 :2). Tri Kerangka Dasar Agama Hindu merupakan tiga konsep yang mendasari ajaran Agama Hindu tersebut. Tattwa, Susila dan Ritual atau upacara merupakan satu kesatuan yang utuh yang harus dilaksanakan secara seimbang dalam melaksanakan suatu aktivitas agama Hindu. Karena ketiga aspek ini saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Kalau salah satu dari ketiga aspek tersebut tidak dilaksanakan dengan baik, maka tujuan dari agama Hindu yaitu “Moksartam jagadhita ya ca iti dharma” tidak akan tercapai dengan sempurna. Sehingga dalam setiap melaksanakan aktivitas agama Hindu terutama dalam hal yadnya atau persembahan suci tentu tidak pernah lepas dari konsep Tri Kerangka Dasar Agama Hindu (Sudharta, 2007 : 5) Secara realita yang ada disekitar khususnya di Desa Banaran, pelaksanaan persembahyangan Pagerwesi kalau dilihat sepintas tidak diragukan lagi mengenai hal ritual atau upacaranya. Tetapi dalam hal Etika dan Tattwa atau filsafatnya kurang dipahami dan terkadang dikesampingkan. Sebagian besar umat Hindu Desa Banaran didalam melaksanakan ritual atau upacara persembahyangan pagerwesi belum memahami secara benar bagaimanakah cara beretika dengan baik dan semua hal tersebut berdasarkan tattwa yang mana. Hal inilah yang menjadi kebiasaan kurang baik oleh Umat Hindu Desa Banaran khususnya dalam melaksanakan suatu aktivitas keagamaan.
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI IMPLEMENTASI KETERPADUAN PEMBELAJARAN Setyaningsih
Widya Aksara Vol 27 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v27i1.174

Abstract

UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui Pendidikan Karakter bangsa. Dalam pemberian Pendidikan Karakter bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa Pendidikan Karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, Pendidikan Karakter bangsa diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu, PKn, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, Pendidikan Karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter haruslah melalui berbagai proses diataranya melalui strategi implementasi pendidikan karakter, langkah-langkah pendidikan karakter, tahap-tahap pembentukan karakter, pembentukan karakter melalui pembudayaan. Dimana strategi implementasi pendidikan karakter meliputi pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran, Internalisasi nilai positif yang di tanamkan oleh semua warga, Pembiasaan dan latihan, Pemberian contoh dan teladan, Penciptaan suasana berkarakter di sekolah dan Pembudayaan. Langkah-langkah pendidikan karakter meliputi lima langkah yang harus dilakasanakan secara tepat dan konsisten. Tahap-tahap pembentukan karakter meliputi lima tahap atau proses dari melihat-mengamati-meniru-mengingat-menyimpan kemudian mengeluarkan perilaku. Pembentukan karakter melalui pembudayaan yang dapat dilakukan dengan penciptaan budaya karakter yang bersifat vertikal dan horizontal.

Page 8 of 16 | Total Record : 160