cover
Contact Name
I Nyoman Santiawan
Contact Email
inyomansantiawan@gmail.com
Phone
+6281229463400
Journal Mail Official
inyomansantiawan@gmail.com
Editorial Address
Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah Dukuh Macanan Baru, Morangan, Mojayan, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57414 Telepon: (0272) 3352795
Location
Kab. klaten,
Jawa tengah
INDONESIA
Widya Aksara: Jurnal Agmaa Hindu
ISSN : 2085272X     EISSN : 26589832     DOI : -
Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu merupakan Jurnal Sosial, Budaya dan Agama Hindu yang menerbitkan hasil penelitian atau pemikiran tentang studi agama dan studi sosial dan budaya menggunakan perspektif interdisipliner. Lingkup Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu adalah: Studi agama Hindu seperti Fisafat, Etika dan Upacara Studi sosial dan budaya seperti sosiologi masyarakat Hindu Sumber pengajaran terkait: studi agama, pemikiran Hindu, filsafat Hindu, studi pendidikan agama Hindu, studi penerangan agama dan kajian budaya
Articles 160 Documents
PERAN PASRAMAN ASTIKA SIDHI DALAM MENUMBUHKAN SRADHA DAN BHAKTI GENERASI MUDA HINDU DI KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH Edi Sutrisno; Dewi Ayu Wisnu Wardani
Widya Aksara Vol 25 No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting, bangsa besar pasti memiliki sistem pendidikan yang baik. Begitu pula dengan pendidikan agama, pemerintah sudah mengatur pendidikan agama dan pendidikan keagamaan dalam PP No 55 Tahun 2007 dan PMA No 56 Tahun 2014. Pasraman Astika Sidhi merupakan pasraman pemersatu dari pasraman-pasraman yang ada di daerah dan selalu diminati oleh generasi muda Hindu yang ada di Kabupaten Klaten. Pelaksanaan pasraman Astika Sidhi dilaksanakan di aula gedung pitamaha dan STHD Klaten Jawa Tengah untuk peserta kategori anak dan ditempat yang berbeda-beda setiap tahunnya untuk peserta kategori dewasa dan umum. Peran pasraman Astika Sidhi adalah turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mendukung dan menerapkan PP No 55 tahun 2007 dan PMA No 56 tahun 2014, mencetak generasi muda Hindu yang memiliki jiwa kepemimpinan berkualitas, memberikan wadah untuk ajang berkumpul generasi muda Hindu di Klaten Jawa Tengah, dan sebagai ikon tahunan generasi muda Hindu di Klaten Jawa Tengah. Dampak positif dari kegiatan pasraman Astika Sidhi yaitu, membentuk kaderisasi pengurus organisasi PGHD, mewujudkan kerukunan generasi muda Hindu di Klaten, dan memotivasi generasi muda Hindu di Klaten. Harapan kedepan seluruh elemen agama Hindu di Indonesia pada umumnya dan elemen Hindu di Klaten Jawa Tengah pada khususnya untuk memaksimalkan pengelolaan pasraman mingguan di masing-masing daerah bahkan bisa menjadi pasraman formal, sehingga kita mampu bersaing dengan pendidikan keagamaan dari agama lain. .
KONSEP MONOTHEISME BHAGAWAD GITA PANDANGAN SAD DARSANA Gatot Wibowo; Suranto
Widya Aksara Vol 25 No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Obyek materialnya adalah konsep monotheisme dalam teks Bhagawadgita dan Ramayana, sedangkan obyek formalnya Sad Darsana. Sebagai penelitihan kepustakaan (teks), penelitian ini menggunakan metode ; Deskriptif, Interprestasi, Dialegtis, Koherensi Intern, dan Idealisasi. Kemudian dari kesatuan metode tersebut di analisis berdasarkan teori Intertekstualitas dan Hermeneutik. Melalui cara tersebut, maka pilar benang merah analisis atas konsep monotheisme dapat dijelaskan secara lebih dalam. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan pokoknya tentang konsep monotheisme menurut pandangan Sad Darsana, secara filosofis definitive dan etimologis barat dan timur dalam konsep Hinduisme. Analisis data konsep ini memberikan pemetaan bagaimana dasar pemahaman berpikir penganut Veda dalam menyatakan dan menghubungkan dirinya ketika dinamika Hinduisme itu sendiri realitasnya tak terelakkan berkembang dan menjiwai dalam Desa, Kala, dan Patra. Pandangan ketuhanan Hinduisme seyogyanya dirujukan kepada suatu sistem Vedik yang jelas ketika stratifikasi tingkat keilmuannya menjadi dinamis. Aspek komparatifnya bagi topik utama penelitian ini lebih merujuk kepada bagaimana melihat aspek ketuhanan tertinggi monotheisme teks Bhagavadgita dan Ramayana melalui pemahaman sistem filsafat Hindu
PERAN PEMIMPIN HINDU DALAM MEMIMPIN MASYARAKAT HINDU Titin Sutarti
Widya Aksara Vol 25 No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemimpin adalah pengayom, mengayomi dan melindungi rakyat yang berada dalam kekuasaannya. Membentuk generasi yang kuat, militant, dan memiliki kemampuan untuk memimpin, serta terciptanya suasana kehidupan masyarakat Hindu yang dinamis, kondusif, dan konstruktif dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban sesuai dengan cita-cita luhur ajaran kitab suci, merupakan tugas pokok, kewajiban, dan fungsi kepemimpinan Hindu kini dan mendatang. Merupakan suatu kewajiban dari seorang pemimpin yang telah mendapatkan pengesahan untuk melindungi dan menata sehingga seluruh kehidupan menjadi baik. Kehidupan masyarakat Hindu yang modern, ialah sebuah kehidupan yang dinamis dan konstruktif. Pemimpin merupakan seseorang yang menggunakan kemampuannya, sikapnya, nalurinya, dan kepribadiannya untuk menciptakan suatu keadaan, sehingga orang lain yang dipimpinnya dapat saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan tugasnya setiap pemimpin memiliki ciri khas gaya atau karakteristik yang berbeda dari satu dengan yang lain dikarenakan sifat kepribadian tiap pemimpin berbeda. Kehidupan pada aspek Jagadhita dapat terpenuhi tanpa sedikitpun mengesampingkan aspek rokhaniahnya (moksa). Taraf hidup harkat dan martabat serta keberadaban kehidupan umat Hindu semakin terangkat, sehingga menjadikan masyarakat Hindu memiliki daya tawar bahkan bisa menjadi agen perubahan kearah yang lebih baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seorang pemimpin harus mampu menumbuh-suburkan dalam diri para anggota dan teman-teman pengurus, kemauan untuk melakukan berbagai penyesuaian yang diperlukan. Artinya preferensi pribadi harus diabdikan / disumbangkan kepada kepentingan dan tuntutan organisasi / lembaga, yang diterjemahkan oleh pemimpin ke dalam strategi, kebijakan, berbagai keputusan, dan praktek-praktek operasional.
NILAI NILAI PENDIDIKAN ETIKA PADA RELIEF CANDI SOJIWAN Mino; Putu Budiadnya
Widya Aksara Vol 25 No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Relief Candi Sojiwan. Fokus permasalahan yang menjadi pokok bahasan ini adalah: Nilai Pendidikan Etika Relief Candi Sojiwan. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai narasumber, sumber tertulis dan foto guna memperoleh data yang diperlukan. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi pustaka, dan pendokumentasian. Proses analisis data dengan melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dari Studi Bentuk dan Makna Relief Candi Sojiwan adalah : (1) bentuk relief candi Sojiwan keseluruhannya berjumlah 14 relief terbuat dari batu andesit berwarna abu-abu, berbentuk balok dalam bentuk panil-panil berukuran 30 cm x 30 cm dan 30 cm x 50 cm yang dihias dengan ukiran datar bermotif manusia dan binatang yang disusun sedemikian rupa di dinding candi pada bagian kaki candi sehingga membentuk relief utuh, dalam satu adegan relief berjumlah 6 hingga 9 balok batu. (2) adegan relief Candi Sojiwan dipetik dari cerita fabel Pancatantra dan Jataka yaitu cerita tentang kehidupan dalam agama budha. Adegan relief bercitarasa penuh dengan unsur spiritualitas, mengandung ajaran moral yang masih relepan sampai sekarang
PENDIDIKAN KARAKTER REALISASI TRI HITA KARANA DAN NILAI PANCASILA DI PURA MANDIRA SETA BALUWARTI SURAKARTA Widhi Astuti; Nukning Sri Rahayu
Widya Aksara Vol 25 No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pura Mandara Seta Terletak di lingkungan Karaton Kasunanan Surakarta, secara kedaerahan termasuk Kalurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, tepatnnya dalam area Karaton Kasunanan Surakarta terletak di bagian timur laut. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas dan lebih rinci maka penelitian menggunakan metode analisis kualitatif, yang mengacu pengupasan pelaksanaan pendidikan karakter bagi yang belajar mengenai keagamaan di Pura Mandara Seta tersebut. Gambaran pelaksanaan pendidikan karakter melalui realisasi Tri Hita Karana dan Nilai Pancasila di Pura Mandira Seta ini seiring sejalan dengan perkembangan pemikiran bapak RW Hardjanta sebagai pendiri pura tersebut. Agar pelaksanaan pendidikan karakter ini terarah dibentuklah Yayasan Sanatana Dharma Majapahit dan Pancasila ( Sadhar – mapan ) dan didirikan Pura Mandira Seta untuk melaksanakan kegiatan. Fungsi pendidikan karakter tersebut membentuk manusia indonesia yang berkepribadian kuat mewarisi ajaran agama Hindu yang berkembang pada Jaman Majapahit dan dapat menerapkannya dalam negara Pancasila. Ajaran Tri Hita Karana dengan berpedoman Pustaka Suci Weda dan pustaka – pustaka suci Hindu yang ada di Indonesia, India dan negeri Belanda, sebagai acuan dalam pelaksanaanya. Pokok pemikiran bapak Hardjanta, mendidik umat Hindu untuk membangkitkan pelaksanaan diri mencapai kebahagiaan secara vertikal (batin) dan kebahagian horizontal ( lahir )sehingga dapat berguna bagi diri sendiri maupun masyarakat, bangsa dan negara serta alam seisinnya Substansi penelitian adalah pendidikan karakter, fungsi, makna melalui realisasi Tri Hita Karana dan Nilai Pancasila di Pura Mandira Seta Baluarti, Surakarta.
BENTUK DAN MAKNA UPACARA MANUSIA YADNYA MITONI DENGAN TRADISI JAWA Farida Setyaningsih
Widya Aksara Vol 25 No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam masyarakat manusia, yang senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan sesuai tempat waktu dan keadaan maka cara-cara yang ditempuh dalam menunjukkan rasa bhakti pada Hyang Widhi dan segala ciptaan-Nya maka perlu memahami acara Agama Hindu. Demikian juga untuk menjaga keharmonisan alam semesta inilah maka umat Hindu supaya betul-betul melaksanakan Tri hita karana sesuai dengan ajaran agama.Manusia dianugerahi pemikiran, perasaan,daya karsa dan usaha, oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitasnya sebagai manusia perlu kiranya meningkatkan pengetahuan tentang sradha bakti dan karmanya untuk mewujudkan tujuan beragama Hindu yaitu Moksartham Jagadita ya ca iti Dharma. Tidak lepas dari ajaran agama pelaksanaan upacara manusia yadnya upacara Mitoni dengan tradisi Jawa ini sudah sangat langka di masyarakat Jawa melaksanakan. Oleh karena itu penulis mengangkat judul Bentuk dan Makna Upacara Manusia Yadnya Mitoni dengan tradisi Jawa. Tujuannya supaya generasi penerus mengetahui dan memahami upacara Mitoni dengan tradisi Jawa yang benar dan lengkap. Mengetahui dan memahami bentuk sesaji/banten yang dibuat dan dihaturkan, serta mengetahui dan memahami makna sesaji/banten yang dibuat, diahturkan dan prosesi yang dilaksanakannya. Sehingga semua proses dari awal, pertengahan hingga akhir dari upacara mitoni dengan tradisi jawa ini masyarakat memahami. Macam-macam peralatan yang harus dipersiapkan yaitu: Satu meja yang ditutup dengan kain putih bersih. Di atasnya ditutup lagi dengan bangun tolak, kain sindur, kain lurik, Yuyu sekandang, mayang mekak atau letrek, daun dadap srep, daun kluwih, daun alang-alang. Bahan bahan tersebut untuk lambaran waktu siraman,Bokor di isi air tujuh mata air, dan kembang setaman untuk siraman,Batok (tempurung) sebagai gayung siraman (ciduk),Boreh untuk mengosok badan pengganti sabun, Kendi dipergunakan untuk memandikan paling akhir, Dua anduk kecil untuk menyeka dan mengeringkan badan setelah siraman, Dua setengah meter kain mori dipergunakan setelah selesai siraman, Sebutir telur ayam kampung dibungkus plastik, Dua cengkir gading yang digambari Kamajaya dan Kamaratih atau Arjuna dan Dewi Wara Sembodro, Dua meter lawe atau janur kuning, Baju dalam dan nampan untuk tempat kebaya dan tujuh nyamping, dan stagen diatur rapi, Perlengkapan Kejawen kakung dengan satu pasang kain truntum. Calon ayah dan ibu berpakain komplet kejawen, calon ibu dengan rambut terurai dan tanpa perhiasan. Upacara mitoni tak terlepas dari beragam sesaji sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta. Bawah ini merupakan sesaji yang dihaturkan dalam upacara mitoni sebagai berikut: Tujuh Macam Bubur, termasuk bubur Procot, Tumpeng Kuat, yang bermakna bayi yang akan dilahirkan nanti sehat dan kuat, (Tumpeng dengan Urab-urab tanpa cabe, telur ayam rebus dan lauk yang dihias), Jajan Pasar, syaratnya harus beli di pasar (Kue, buah, makanan kecil), Rujak buah-buahan tujuh macam, dihidangkan sebaik-baiknya supaya rujaknya enak, bermakna anak yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga, Dawet, supaya menyegarkan, Keleman, semacam umbi-umbian, sebanyak tujuh macam.
DIGITISASI LONTAR MUSEUM NASKAH LONTAR DESA ADAT DUKUH PENABAN, KECAMATAN KARANGASEM, KABUPATEN KARANGASEM, BALI Ketut Gura Arta Laras
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan digitisasi lontar Musium Naskah Lontar Desa Adat Dukuh Penaban, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali untuk penyelamatan transkrip dan naskah lontar yang merupakan salah satu bentuk usaha pelestarian naskah lontar mengingat kondisi lontar yang ada sangat memprihatinkan, sehingga perlu dilestarikan dengan membutuhkan penanganan khusus. Lontar adalah sebuah naskah kuno yang ditulis di atas daun lontar yang tulisannya menggunakan aksara dan bahasa Kawi Jawa Kuno atau Bali. Keberadaan lontar di Karangasem dan di Bali pada umumnya masih cukup banyak bahkan tak jarang lontar dijadikan benda yang disakralkan. Musium Naskah Lontar Desa Adat Dukuh Penaban memiliki hampir 700 cakep dan ribuan salinan isi naskah lontar yang memuat tentang naskah pengobatan, silsilah atau sejarah, arsitektur, kepemimpinan, kuliner, permainan, pertanian, dan karya sastra. Metode yang digunakan dalam digitisasi lontar adalah metode pengalihmediaan naskah lontar ke dalam bentuk digital dengan menggunakan metode partisipatoris. Metode ini dilakukan oleh para pengelola museum dengan materi pelatihan penguasaan kamera, pencahayaan, operasional meja reprograf, dan penyuntingan file digital untuk kebutuhan museum serta pembuatan e-book. Kata Kunci : Museum, Lontar, Digitisasi, Partisipatoris, dan Pelestarian
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS III DI SDN KESATRIAN 1 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN RESITASI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2019/2020 Rubi Supriyanto
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah dalam penelitian ini adalah strategi Guru pendidikan Agama Hindu dalam meningkatkan kedisiplinan siswa Kelas III di SDN Kesatrian 1 Kecamatan Blimbing Malang. Pembelajaran dengan berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kedisiplinan siswa yang ditandai dengan peningkatan Kedisiplinan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (46,66%), siklus II (60%), siklus III (93,33%). Penerapan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan Kedisiplinan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh Guru pendidikan Agama hindu. yang dilihat dari strateginya meliputi memberikan Tugas test, lks dengan melihat kedisiplinan siswa dalam mengerjakan serta mengumpulkan. sosialisasi kedisiplinan, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi yang digunakan Guru Pendidikan Agama Hindu dalam meningkatkan kedisiplinan siswa Kelas III di SDN Kesatrian 1 Kecamatan Blimbing Malang.
MENUMBUHKEMBANGKAN MINAT DAN BAKAT GENERASI HINDU DALAM MEWUJUDKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI ERA INDUSTRI 4.0 Untung Suhardi; I Ketut Angga Irawan; I Ketut Ulianta; Wisnu Oka Wirawan
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kehidupan di desa Linggoasri dihuni oleh masyarakat yang heterogen, dimana umat Hindu dan Muslim hidup secara berdampingan. Namun, pada kenyataannya generasi muda seringkali mengalami tekanan dan pengaruh negatif dari lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh setempat banyak anak – anak remaja yang mulai menunjukkan kenakalan seperti mabuk, merokok, dan tidak mau melanjutkan sekolah. Metode yang digunakan dengan melalui wawancara dan kegiatan penyuluhan. Hasil pengabdian kepada masyarakat ini bahwa membangun generasi hindu yang berkualitas dilakukan penyuluhan tentang generasi muda hindu berkualitas kepada siswa pasraman Desa Linggoasri. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 29 Juni sampai dengan 1 Juli 2018 bertempat di Desa Linggoasri dan diikuti oleh 80 siswa dan 3 guru. Materi penyuluhan yang diberikan mencakup: (1) Fenomena remaja masa kini, (2) Cara meningkatkan kualitas remaja, (3) Peranan remaja sebagai generasi muda Hindu. Berdasarkan hasil evaluasi pasca penyuluhan didapatkan bahwa peserta mampu mengulang kembali materi yang diberikan dan tau upaya yang harus mereka lakukan untuk menjadi generasi muda Hindu yang berkualitas.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI PERANG KETUPAT DESA KAPAL KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI Made Dwiana Mustawan
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama Hindu memiliki tiga kerangka dasar yaitu Tattwa, Susila, Upacara. Upacara atau ritual agama merupakan kerangka dasar yang ketiga Agama Hindu. Ritual agama ini di Bali nampak mendominasi kegiatan keagamaan dalam bentuk persembahyangan atau pemujaan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh manifestasinya atau perwujudannya sebagai Dewa atau Bhatara. Selain itu masyarakat Hindu di Bali banyak diwarisi tradisi-tradisi yang sangat unik oleh nenek moyang kita terdahulu. Seperti salah satunya yang terdapat di Desa Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung yang diberi nama Perang Ketupat. Adapun masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) proses pelaksanaan tradisi perang ketupat tersebut, (2) fungsi pelaksanaan tradisi perang ketupat tersebut, (3) nilai pendidikan yang terkandung didalamnya. Permasalahan ini dikaji dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik, teori fungsional struktural, teori pendidikan humanistik. Dalam memperoleh data dipakai metode observasi, wawancara, dokumentasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan tradisi perang ketupat dilakukan setiap satu tahun sekali, yaitu pada sasih kapat sampai sasih kalima. kedua kelompok ini saling melempari kelompok yang lain dengan tipat dan bantal dengan jarak yang ditentukan dengan harapan kedua panganan ini berbenturan diatas yang melambangkan telah bertemunya kedua energi feminim dan maskulin kemudian jatuh ketanah yang esensinya pertemuan kedua energi tersebut memberikan kesuburan bagi tanah dan kemakmuran bagi masyarakat Desa Kapal. Tradisi perang ketupat memiliki fungsi religius yaitu sebagai alat untuk menumbuhkan keyakinan terhadap Tuhan, fungsi sosial yaitu meningkatkan solidaritas sosial dan kebersamaan antar warga, fungsi budaya yaitu mempertahankan solidaritas sosial dan rasa kebersamaan antar warga, fungsi budaya yaitu mempertahankan budaya agama sehingga meningkatkan sradha dan bhakti, fungsi upacara yaitu agar masyarakat memiliki sikap iklas, taqwa yang mendasari dalam praktek upacara yang dilakukan, dan fungsi pendidikan yaitu untuk mendidik umat yang tergabung dalam proses pelaksanaan upacara secara langsung atau tidak langsung merupakan proses pendewasaan untuk mewujudkan manusia yang lebih manusiawi. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam tradisi perang ketupat yaitu nilai pendidikan tattwa yang memiliki nilai yadnya yang tinggi. Nilai pendidikan susila yaitu generasi muda yang terlibat dalam pelaksanaan diajarkan untuk selalu mengajarkan kepada masyarkat khususnya generasi penerus untuk selalu gotong royong. dan tradisi ini memiliki nilai pendidikan ritual yang mendidik masyarakat melestarikan tradisi peran ketupat yang merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

Page 7 of 16 | Total Record : 160