cover
Contact Name
Fatwa Nurul Hakim
Contact Email
hakiimfatwa@gmail.com
Phone
+6282134205810
Journal Mail Official
mipksb2p3ks@gmail.com
Editorial Address
Jalan Kesejahteraan Sosial No. 1 Sonosewu, Kasihan Bantul DIY
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial
ISSN : 20884265     EISSN : 25279750     DOI : -
Core Subject : Social,
Hasil penelitian maupun studi literatur bidang kesejahteraan sosial meliputi Penanganan fakir miskin, rehabilitasi sosial, perlindungan dan jaminan sosial serta pemberdayaan sosial
Articles 136 Documents
Eksistensi dan Streotip Etnis Tionghoa dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Amelia Suryaningtyas; Retnaningdyah Weningtyastuti
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 42 No 3 (2018): Volume 42 Nomor 3 Desember 2018
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/mipks.v42i3.2232

Abstract

Penelitian ini berfokus pada kehidupan sosial etnis Tionghoa atau masyarakat kita sering menyebut mereka dengan Cina.  Etnis Tionghoa dari jaman dahulu dikenal sebagai etnis yang kaya dan terhormat (stereotype).  Pada masa Orde Baru semakin eksklusif keberadaan mereka, sehingga menumbuhkan kecemburuan-kecemburuan sosial di dalam hidup bermasyarakat. Hal tersebut berdampak pada eksistensi mereka yang belum begitu dianggap sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana eksistensi dan stereotip etnis tionghoa dalam kehidupan sosial masyarakat?. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana eksistensi dan stereotip yang ada terhadap etnis Tionghoa dalam kehidupan sosial masyarakat.  Tulisan ini menggunakan metode penelitian sekunder, yaitu penelitian yang memanfaatkan data sekunder, data yang sudah ada. Data sekunder itu dapat berupa data hasil penelitian, dapt pula berupa data dokumenter administratif kelembagaan.  Diharapkan dengan diketahuinya eksistensi dan stereotip tersebut, dapat membuat perbedaan dalam bermasyarakat tidak menimbulkan konflik-konflik. 
Pemberdayaan Keluarga Melaui Family Care Unit Akhmad Purnama
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 42 No 3 (2018): Volume 42 Nomor 3 Desember 2018
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/mipks.v42i3.2233

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi implementasi model pemberdayaan keluarga melalui Family Care Unit  (FCU) di Kabupaten  Bintan dan untuk melihat peningkatan kesejahteraan keluarga setelah memperoleh intervensi FCU. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Lokasi Penelitian adalah Kabupaten Bintan Provinsi Riau Kepulauan ditentukan secara purposive. Subjek penelitian terdiri dari pelaksana program, terdiri atas pengurus FCU berjumlah 33 orang, keluarga pioner berjumlah lima orang, dan penerima manfaat yaitu keluarga plasma berjumlah 22 orang seluruhnya berjumlah 60 orang. Pengumpulan data mengunakan  a) Angket b) Wawancara c) Pemanfaatan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan program Family Care Unit di Desa Toapaya Selatan Kabupaten Bintan sudah berjalan cukup baik. FCU Bina Sejahtera di Desa Toapaya Selatan sudah memenuhi syarat sebagai suatu lembaga, yaitu sudah berijin, memiliki kantor sekertariat, papan nama, struktur kepengurusan, dan mempunyai program kegiatan. Kegiatan yang dilakukan oleh FCU Bina Sejahtera sudah sesuai dengan panduan penyelenggaraan program .  Lembaga  bermitra dengan lembaga lain ada di desa dalam pelaksanaan FCU. Program Family Care Unit sudah dirasakan manfaatnya bagi keluarga plasma,  yaitu mereka sudah terbantu dalam mengatasi masalah keluarga dan meningkatnya kesejahteraan keluarga. Adanya perubahan pandangan terhadap cara mengatasi masalah , perubahan dalam memenuhi kebutuhan keluarga, peningkatan keterlibatan dalam hubungan sosial kemasyarakatan dan kemudahan mereka mengakses pelayanan sosial. Rekomendasi yang diberikan adalah 1) untuk meningkatkan sosialisasi, melalui penyelenggaraan workshop, penyebaran pamflet, dan  pertemuan yang diadakan di masyarakat. 2) Peningkatan kapasitas melalui bimtek terkait pengelolaan FCU dan penyuluhan sosial. 3) Peningkatan  fasilitas sarana dan prasarana  untuk kegiatan FCU melalui sharing dana dari Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi, Dinas Sosial Kabupaten/Kota. 4) Peningkatan komunikasi secara berjenjang dari Kementerian Sosial ke Dinas Sosial Provinsi, Dinas  Sosial Kabupaten/Kota dan pengelola FCU serta keluarga pioner kepada keluarga plasma sehingga memudahkan solusi dari masalah yang dihadapi. 5) Peningkatan koordinasi dengan  dilakukan oleh Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi dan kabupaten/kota. 6) Kegiatan FCU yang sinergi dengan kegiatan yang ada dengan melakukan pendampingan rencana anggaran yang dilakukan di desa melalui musrembangdes
Budaya Lokal Sebagai Wujud Kesetiakawanan Sosial Masyarakat Andayani Listyawati; Lidya Nugrahaningsih Ayal
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 42 No 3 (2018): Volume 42 Nomor 3 Desember 2018
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/mipks.v42i3.2234

Abstract

Nilai kesetiakawanan social hakikatnya dapat dijadikan sebagai modal social yang diarahkan untuk menciptakan ketahanan social di masyarakat dalam upaya mencegah potensi konflik sosial. Esensi nilai terimplikasi dalam budaya local, dimana disetiap daerah mempunyai karakteristik tersendiri. Berkait perihal tersebut kajian yang bersifat deskriptif ini mengungkap tentang budaya lokal sebagai wujud kesetiakawanan social masyarakat, sehingga rumusan masalah adalah apa saja budaya lokal yang merupakan wujud kesetiakawanan sosial masyarakat.  Tujuan yang diperoleh adalah diketahui apa saja budaya lokal yang merupakan wujud kesetiakawanan masyarakat, sementara manfaat yang diperoleh dari kajian ini dapat dipergunakan sebagai rekomendasi kepada Kementerian Sosial cq Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan Sosial, dan Restorasi Sosial  serta instansi terkait lainnya dalam melestarikan budaya lokal sebagai wujud kesetiakawanan sosial di setiap daerah. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, pengamatan, dan telaah dokumen dengan informan terdiri dari tokoh formal dan informal yang hasilnya selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Hasil kajian dapat disimpulkan bahwa setiap daerah pada hakikatnya mempunyai budaya lokal yang bervariasi dan mempunyai keunggulan karena mengandung unsur nilai kesetiakawanan sosial. Nilai tersebut termanifestasi dalam sikap hidup dan perilaku individu atau kelompok yang memiliki rasa kebersamaan dalam mengatasi masalah, rasa kebersamaan dalam menangung beban orang lain atau kelompok lain, dengan bentuk kemauan untuk berkorban waktu, memberikan sumbangan tenaga, pemikiran, biaya dan rela berkorban waktu, tenaga, pemikiran, biaya dan pengorban lain untuk mengatasi masalah bersama secara ikhlas tanpa pamrih. Rekomendasinya berbagai budaya local seyogyanya dilestarikan karena merupakan pengejawantahan dari nilai kesetiakawanan social yang menjadi pedoman dan mengandung tata nilai bagi warga dalam kehidupan social kemasyarakatan.
Kemandirian dan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Kabupaten Marangin Ani Mardiyati; Tri Gutomo
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 42 No 3 (2018): Volume 42 Nomor 3 Desember 2018
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/mipks.v42i3.2235

Abstract

Program pemberdayaan sosial  pada Komunitas Adat Terpencil merupakan program Kementerian Sosial untuk membangun kemandirian dan keberdayaan. Tulisan ini bertujuan melihat dampak positif program pemberdayaan pada Suku Anak Dalam (SAD) yang merupakan Komunitas Adat Terpencil. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif untuk menggambarkan proses pemberdayaan dalam konteks budaya masyarakat Suku Anak Dalam. Informan sebanyak 10 orang  terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, Dinas Sosial, Pendamping KAT, Suku Anak Dalam. Unsur-unsur yang diberdayakan mengenai pemukiman, kependudukan, kehidupan beragama, kesehatan, pendidikan, dan mata pencaharian. Program pemberdayaan dimulai dengan pendekatan dan studi kelayakan. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan unsur-unsur yang diberdayakan mengalami dampak positif. Komunitas Adat Terpencil yang semula hidup berpindah-pindah, melalui pendekatan mau direlokasi tempat tinggalnya. Tempat tinggal yang baru difasilitasi sarana dan prasarana seperti tempat ibadah berkaitan dengan pemberdayaan keagamaan atau religi, sarana lingkungan /Mandi Cuci Kakus,  agar hidup lebih bersih dan berkaitan dengan kesehatan. Setelah direlokasi, mereka dicatat sebagai penduduk secara administrative. Pengerasan jalan yang semula tanah memudahkan akses layanan dasar, dengan tujuan akhir mereka dapat berdaya. Dari segi mata pencaharian, disamping masih melakukan berburu dan mencari daun dan ubi untuk makan, mereka dilatih untuk bertanam di sekitar hunian. Mereka mulai mengenal berdagang, yaitu menjual hasil buruan untuk mencukupi kebutuhan lainnya. Perlu kehati-hatian dalam melakukan pendekatan pada masyarakat yang masih menjunjung nilai budaya yang tinggi, agar tujuan pemerdayaan tercapai dan mereka tidak merasa terganggu. Perlu keterpaduan dalam melakukan program pemberdayaan pada masyarakat SAD dari pihak pemerintah daerah, pusat dan para relawan yang mendampingi SAD dalam meningkatkan kesejahteraan serta
Layanan Sosial Keluarga bagi Wanita Berperan Ganda dalam Mencegah Konflik Ikawati Ikawati
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 42 No 3 (2018): Volume 42 Nomor 3 Desember 2018
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/mipks.v42i3.2226

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh layanan sosial keluarga bagi wanita yang berperan ganda dalam mencegah konflik. Lokasi penelitian, ditentukan di Kota Yogyakarta. Sasaran subyek 30 wanita, ditentukan secara purposive. Sasaran Objek adalah pengaruh  layanan sosial keluarga terhadap konflik peran ganda wanita. Alat pengumpulan data adalah angket, sedangkan teknik analisis data digunakan analisis regresi. Hasil analisis data menunjukkan ada pengaruh layanan sosial keluarga terhadap konflik peran ganda wanita. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari besarnya sumbangan relatif dan sumbangan efektifnya. Sumbangan relatif dapat dilhat dari layanan sosial keluarga melalui dukungan penilaian (1,581 persen), dukungan emosi (3,049 persen), dukungan instrumental (21,222 persen) dan dukungan informasi (74,148 persen). Sumbangan efektifnya sebesar 51,657 persen, artinya masih ada faktor lain (variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini),  yaitu sebesar 48,343 persen yang mempengaruhi konflik peran ganda wanita selain variabel layanan sosial keluarga. Berdasarkan temuan hasil penelitian,  maka direkomendasikan kepada Kementerian Sosial melalui Direktorat Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga, dan Kelembagaan Masyarakat dalam mencegah terjadinya konflik peran ganda wanita dalam mengembangkan karirnya, melalui penguatan layanan sosial keluarga salah satunya dukungan penilaian, dukungan emosi, dukungan instrumental dan dukungan informasi.
Masyarakat Petani dan Penumbuhan Nilai Kesetiakawanan Sosial Melalui Seni Gejog Lesung Warto warto; Suryani suryani
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 42 No 3 (2018): Volume 42 Nomor 3 Desember 2018
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/mipks.v42i3.2236

Abstract

Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana masyarakat petani dalam menumbuhkan nilai kesetiakawanan sosial melalui kesenian gejog lesung. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif untuk mengungkap makna subjektif secara mendalam fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat petani dalam menumbuhkan nilai kesetiakawanan sosial melalui kesenian gejog lesung. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bantul dengan setting lokasi Kecamatan Pajangan. Sumber data dipilih secara purposive, yakni informan yang memiliki wawasan memadai tentang kesenian tradisional gejog lesung dan mampu menginformasikan secara jelas mengenai peralatan dan perkembangan seni gejog lesung serta nilai kesetiakawanan yang ditumbuhkan masyarakat petani melalui kesenian tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan lapangan, dan studi dokumentasi. Analisis data secara kualitatif untuk mendeskripsikan secara narasi tentang makna di balik fenomena dari obyek yang dikaji. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa masyarakat petani senantiasa menumbuhkan nilai-nilai kesetiakawanan sosial melalui kesenian gejog lesung. Nilai kesetiakawanan sosial yang ditumbuhkan meliputi nilai gotong royong, kepedulian sosial, tolong menolong, rela berkorban, kebersamaan, dan nilai tenggang rasa. Direkomendasikan agar pemerintah melalui Kementerian Sosial cq Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, serta berbagai lembaga berkompeten bersinergi merumuskan kebijakan penumbuhan nilai kesetiakawanan sosial melalui pencanangan program yang menyelaraskan antara kegiatan yang dilakukan dengan keberadaan kesenian tradisional seperti seni gejog lesung.
Bertahan Hidup di Bawah Bayang-Bayang Bencana Kemampuan Kampung Siaga Bencana (KSB) dalam Penanganan Korban Bencana Alam Sunit Agus Tri Cahyono
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 42 No 1 (2018): Volume 42 Nomor 1 April 2018
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/mipks.v42i1.2252

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan masyarakat yang tergabung KSB dalam merespons dan melakukan penanganan korban bencana alam. Mengidentifikasi sejumlah faktor penentu kemampuan KSB dalam merespon dan melakukan tindakan penanganan korban bencana alam. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di Desa Sukomulyo dan Bendosari, Kabupaten Malang. Informan dalam penelitian adalah pengurus/anggota KSB.Teknik pengumpulan data menggunakan wawaancara, observasi, dan telaah dokumen. Data penelitian yang telah dikumpulkan dari informan dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif sebagaimana dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dibalik kemampuan respon dan tindakan yang baik dalam mengelola logistik, penanganan korban  bencana, dan membangun kemitraan dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada setiap fase. Ditemukan sejumlah keterbatasan yang berkait dengan diklat kebencanaan, kelengkapan logistik, sarana dan prasarana (peralatan) komunikasi dan transportasi untuk penyaluran bantuan, serta pendampingan sosial-psikologis (trauma healing) bagi korban bencana.  Sejumlah faktor penentu yang berperan terhadap kemampuan KSB Sukosari dalam merespon dan mengambil tindakan penanganan korban bencana alam antara lain: pemahaman anggota KSB tentang bencana dan manajemen bencana, partisipasi masyarakat, dan dukungan operasional termasuk penyediaan sarana-prasarana fisik gardu sosial dan lumbung sosial, sangat membantu keberlangsungan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana. Pelibatan kelompok rentan dan berkebutuhan khusus pada setiap fase bencana, peningkatan kapasitas SDM  pada materi pra dan pasca bencana, dan trauma healing, serta dukungan operasional logistik, sarana dan prasarana (komunikasi dan transportasi) penanggulangan bencana alam yang layak bagi KSB, merupakan rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini.
PERBEDAAN MOTIVASI HIDUP MANDIRI ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISIYAH YOGYAKARTA DENGAN ANAK ASUH DI LUAR PANTI murdiyanto murdiyanto
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 44 No 2 (2020): Volume 44 Nomor 2 Agustus 2020
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/mipks.v44i2.2122

Abstract

AbstrakPenelitian Perbedaan Motivasi Hidup Mandiri  Anak Asuh di Panti Asuhan Yatim Putri Aisiyah Yogyakarta dengan Anak Asuh di Luar Panti bertujuan untuk mengetah            ui perbedaan motivasi hidup mandiri pada anak asuh Yatim Putri Aisiyah antara yang tinggal di dalam panti dan di luar panti. Lokasi penelitian  ditentukan di Panti Asuhan Asuhan Yatim Putri Aisiyah Yogyakarta. Subjek penelitian  meliputi dua kelompok, yakni 30 responden anak asuh yang tinggal di dalam panti dan 30 responden tinggal di luar panti, serta pengelola/pengurus panti asuhan. Kedua subjek penelitian adalah anak asuh di Panti Asuhan Yatim Putri Aisiyah Yogyakarta, sehingga pemberian fasilitas  pelayanan keduanya relatif sama.   Pengambilan sampel ditentukan dengan teknik purposive random sampling, sedangkan  pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan telaah dokumen.  Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif persentatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan motivasi hidup mandiri antara anak asuh dalam panti dan anak asuh yang tinggal di luar panti, dimana anak asuh yang tinggal di luar panti lebih tinggi daripada yang tinggal dalam panti. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa motivasi hidup mandiri anak asuh yang tinggal di luar panti secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan anak asuh yang ada dalam panti. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui perilaku hidup hemat sehingga bisa menabung, semangat dalam menghadapi tantangan hidup, dan perasaan  diterima oleh keluarga lebih besar pada anak luar panti daripada anak dalam panti. Perbedaan terjadi disebabkan karena bentuk pola asuh yang diberikan tidak sama walaupun secara fasilitas sama. Tingginya motivasi hidup mandiri dapat tercipta berkat perjuangan yang gigih dari para pengelola dan pengasuh dalam membentuk dan merubah kepribadian anak agar dapat hidup secara mandiri. Atas dasar kesimpulan tersebut maka direkomendasikan bahwa pola asuh luar panti dapat dipakai sebagai model yang lebih efektif dalam mendorong dan memotivasi hidup mandiri anak.
Pemberdayaan Perempuan melalui Usaha Ekonomi Produktif Suryani Suryani; Andayani Listyawati
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 40 No 3 (2016): Volume 40 Nomor 3 Desember 2016
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/mipks.v40i3.2301

Abstract

Program penanganan kemiskinan bertujuan mengentaskan keluarga dari kemiskinan agar tercapai kesejahteraan. Salah satu untuk menangani kemiskinan adalah melalui pemberdayaan dengan cara mengembangkan kemampuan atau potensi. Pemberdayaan yang dimaksud adalah melalui peningkatan peran perempuan atau istri mendukung kegiatan ekonomi keluarga melalui usaha ekonomi produktif criping singkong dan pisang di Kecamatan Playen, Gunungkidul. Penelitian ini bertujuan mengetahui pemberdayaan perempuan melalui usaha ekonomi produktif untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pengumpulan data dilaksanakan melalui teknik wawancara dan telaah dokumen. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan (istri) mampu meningkatkan kesejahteraan dalam keluarga. Artinya melalui keterampilan usaha ekonomi produktif dapat menghasilkan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga terutama kebutuhan dasar. Rekomendasi ditujukan kepada Kementerian Sosial dan instansi terkait untuk selalu melakukan monitoring pada setiap kegiatan pemberdayaan perempuan sebagai salah satu strategi mengatasi masalah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial keluarga miskin.
Dampak Sosial dan Psikologi Korban Inses Soetji Andari
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 41 No 2 (2017): Volume 41 Nomor 2 Agustus 2017
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31105/mipks.v41i2.2268

Abstract

Inses merupakan salah satu bentuk kekerasan seksual  yang dialami anak dalam kehidupan rumah tangga.  Inses  adalah hubungan seksual pada pasangan yang memiliki hubungan darah, tetapi dalam kehidupan modern masyarakat pada umumnya masih menganggap sebagai hal yang tabu. Kondisi tersebut terjadi karena korban tidak bersedia melaporkan segera kejadian dengan berbagai alasan, sehingga dampak psikologis, sosial, maupun fisik semakin berat bagi pelaku. Temuan penelitian menunjukkan, korban inses mengalami trauma dan membutuhkan pendampingan dengan orang sangat dekat dan dipercaya untuk mengungkap kejadian yang dialami. Kondisi korban inses selanjutnya memerlukan orang yang mampu memberi motivasi dan dukungan moral agar dapat bangkit lagi menjalani kehidupan sosialnya. Faktor penyebab inses tidak berdiri sendiri atau tunggal tetapi  merupakan akumulasi berbagai permasalahan psikologis, sosial, sikap mental, moralitas, dan budaya patriarkhis pelaku. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dilakukan di Kota Batam mewakili Indonesia bagian barat yang banyak terjadi inses dan Kota Makassar mewakili Indonesia bagian timur yang sedikit sekali terdapat kejadian inses.

Page 6 of 14 | Total Record : 136