cover
Contact Name
Sofyan Musyabiq Wijaya
Contact Email
obiqwijaya@gmail.com
Phone
+6281559678993
Journal Mail Official
jkunila@gmail.com
Editorial Address
Jl Prof.Dr.Soemantri Brojonegoro No 1 , Bandar Lampung, Lampung
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
JK Unila (Jurnal Kedokteran Universitas Lampung)
Published by Universitas Lampung
ISSN : 25273612     EISSN : 26146991     DOI : 10.23960/jku
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung (JK Unila) is a journal of scientific publications published every six months using a peer review system for article selection. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung (JK Unila) can receive original research articles relevant to medicine and health, meta-analysis , case reports and medical science update.
Articles 260 Documents
Perbedaan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tahap Profesi yang Menjalani Stase Minor dengan Tugas Tambahan Jaga dan Tidak Jaga di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Dwita Oktaria; Merry Indah Sari; Nurul Annisa Azmy
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 3, No 1 (2019): JK Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v3i1.2213

Abstract

Stres merupakan interaksi individu dengan lingkungan yang terdapat proses penyesuaian di dalamnya, seperti tuntutan pekerjaan maupun tekanan yang tidak selaras dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Mahasiswa tahap profesi mendapat tugas tambahan jaga dapat menyebabkan stres karena adanya tekanan tersebut. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat stres pada mahasiswa tahap profesi yang menjalani stase minor dengan tugas tambahan jaga dan tidak jaga di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada 63 mahasiswa tahap profesi yang menjalani stase minor dengan tugas tambahan jaga dan 63 tidak jaga. Teknik pengambilan sampel yang digunakan simple random sampling. Penelitian ini menggunakan instrument kuesioner MSSQ. Data dianalisis dengan Independent Sample T-test. Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan tingkat stres yang signifikan antara mahasiswa tahap profesi yang menjalani stase minor dengan tugas tambahan jaga dan tidak jaga di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dimana nilai kemaknaan untuk tingkat stres p=0,011 (p<0,05). Rerata skor mahasiswa tahap profesi yang menjalani stase minor dengan tugas tambahan jaga sebesar 1,80 lebih tinggi dibandingkan yang tidak jaga sebesar 1,47. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres yang signifikan antara mahasiswa tahap profesi yang menjalani stase minor dengan tugas tambahan jaga dan tidak jaga.Kata kunci: minor, MSSQ, stres, tahap profesi
Peran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) dalam Pencegahan dan Penyelesaian Malpraktek Kedokteran Asep Sukohar; Novita Carolia
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 2 (2016): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i2.1642

Abstract

Dokter dalam menjalankan profesinya harus menjunjung tinggi profesionalisme yang mencakup knowledge, skill dan behaviour yang harus diimplementasikan pada saat menjalankan tugasnya. Profesionalisme mencegah dokter dari masalah etik, disiplin dan hukum yang timbul akibat pekerjaan tersebut. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) menyidangkan pelanggaran etika dan dapat menyidangkan pelanggaran disiplin profesi dokter di wilayah yang belum terdapat Majelis Kehormatan Disiplin Indonesia (MKDI). Proses persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan terpisah dari prosespersidangan gugatan perdata atau tuntutan pidana oleh karena domain dan jurisdiksinya berbeda. Dokter terduga pelanggar standar profesi (kasus kelalaian medik) dapat diperiksa oleh MKEK, dapat pula diperiksa di pengadilan tanpa adanya keharusan saling berhubungan di antara keduanya. Dokter yang telah divonis melanggar etika oleh MKEK belumtentu dinyatakan bersalah oleh pengadilan, demikian pula sebaliknya. Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dan anggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau perorangan sebagai penuntut. Persidangan MKEK secara formil berbeda dengan persidangan hukum acara pidana ataupun perdata, namun demikian tetap berupaya melakukan pembuktian mendekati ketentuan-ketentuan pembuktian yang lazim.Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak dapat dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam bentuk permintaan keterangan ahli. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat untuk sepaham dengan putusan MKEK. Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atauPengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang bersangkutan. Khusus untuk Surat Ijin Praktek (SIP), eksekusinya diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter teradu menerima keterangan telah menjalankan putusan. [JK Unila. 2016; 1(2)]Kata kunci: MKEK, pencegahan dan penyelesaian malpraktek
Potensi Terapi Moringa oleifera (Kelor) pada Penyakit Degeneratif Khairun Nisa Berawi; Riyan Wahyudo; Annisa Adietya Pratama
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 3, No 1 (2019): JK Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v3i1.2229

Abstract

Transisi epidemiologi di Indonesia menyebabkan perubahan pola penyakit yang menyebabkan peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit tidak menular yang disebabkan penurunan fungsi organ tubuh akibat proses penuaan atau proses lain termasuk peradangan kronis. Moringa oleifera atau lebih dikenal Kelor, adalah tanaman yang banyak tumbuh di Benua Asia dan Afrika termasuk di negara Indonesia. Moringa oleifera merupakan tanaman herbal yang digunakan karena bermanfaat bagi kesehatan, karena mengandung berbagai komponen bioaktif, termasuk vitamin, asam fenolik, flavonoid, isotiosianat, tanin, dan saponin, dalam jumlah yang signifikan di berbagai bagian tanaman. Moringa oleifera banyak digunakan oleh masyarakat dan berbagai hasil penelitian membuktikan bermanfaat untuk berbagai masalah kesehatan, seperti hiperkolesterolemia, tekanan darah tinggi, hiperglikemia, resistensi insulin, penyakit hati nonalkohol, kanker dan peradangan. Pada penderita diabetes melitus (DM) kandungan ekstrak daun Moringa oleifera memiliki efek antihiperglikemik, antinflamasi sehingga menurunkan kadar gula darah dan kadar HbA1C yang merupakan indikator keberhasilan pengobatan DM. Kandungan flavonoid pada tanaman Moringa oleifera berperan sebagai antioksidan yang potensial sebagai anti peradangan dan anti kanker. Kesimpulan, Moringa oleifera dapat menjadi terapi komplementer berbahan tanaman herbal untuk gangguan degeneratif termasuk diabetes melitus dan kanker. Kata Kunci : antihiperglikemik, kelor, Moringa oleifera, penyakit degeneratif
Cover JK Unila Admin JKUnila
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 1 (2016): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i1.1658

Abstract

Cover JK Unila
Hubungan Derajat Miopia Dengan Kejadian Degenerasi Lattice Nuraniar Bariq Kinayoh; Nur Khoma Fatmawati; Sulistiawati Sulistiawati
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 3 (2017): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i3.1669

Abstract

Degenerasi lattice merupakan degenerasi retina perifer yang terjadi akibat peregangan pada retina dan koroid sehingga terjadi penurunan sirkulasi darah serta penipisan pada retina, terutama retina perifer. Degenerasi lattice lebih sering terjadi pada mata miopia daripada mata non-miopia. Mata miopia yang disertai dengan lesi degenerasi lattice merupakan faktorrisiko penting dalam terjadinya ablasio retina yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan kebutaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presentase derajat miopia yang mengalami degenerasi lattice dan mengetahui hubungan antara derajat miopia dengan kejadian degenerasi lattice. Metode penelitian ini menggunakan penelitian observasionalanalitik dengan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan di klinik mata SMEC Samarinda dari bulan April - Juni 2016 dengan responden penelitian sebanyak 66 mata miopia dari 35 pasien berusia 20-40 tahun. Miopia terbagi menjadi derajat ringan (< 3 D), derajat sedang (3-6 D), dan derajat berat (> 6 D). Seluruh responden penelitian dilakukan pemeriksaan koreksi refraksi dan pemeriksaan oftalmoskopi indirek oleh dokter spesialis mata. Penelitian ini didapatkan kejadian degenerasi lattice pada mata miopia sebesar 36,4% (24 mata dari 66 mata). Degenerasi lattice pada mata miopia derajat ringan ditemukan sebesar 15,6% (5 mata dari 32 mata). Pada mata miopia derajat sedang sebesar 47,6% (10 mata dari 21 mata ), dan sebesar 69,2% (9 mata dari 13 mata) degenerasi lattice pada miopia derajat berat. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara derajat miopia dan kejadian degenerasi lattice dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Dapat disimpulkanbahwa terdapat hubungan antara derajat miopia dengan degenerasi lattice.Kata Kunci : Degenerasi Lattice, Miopia.
Gambaran Pemeriksaan Serologi IgM dan IgG Dengue dengan Limfosit Plasma Biru pada Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUD Pesawaran Lampung Karima, Nisa Karima
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 3, No 2 (2019): JK Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v3i2.2580

Abstract

Infeksi dengue merupakan penyakit yang penyebarannya sangat cepat di dunia. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya pada provinsi Lampung yang penyebarannya semakin luas dan cenderung meningkat sehingga berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Kunci keberhasilan penanganan pasien dengan infeksi dengue, salah satunya adalah melakukan pemeriksaan darah lengkap. Diagnosis infeksi Dengue dapat dilakukan secara tepat setelah melalui uji serologi di laboratorium, yaitu pemeriksaan immunoglobulin G (IgG) dan immunoglobulin M (IgM).   Dalam penegakan diagnosis infeksi dengue juga dapat dengan pemeriksaan Limfosit Plasma Biru (LPB). Pemeriksaan LPB merupakan cara yang sederhana, murah dapat dilakukan di Puskesmas. Pemeriksaan tersebut dapat membantu dignosis terutama di daerah dengan fasilitas laboratorium yang sederhana. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional laboratorik dengan desain cohort study.  Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu semua pasien dengan diagnosis klinis infeksi dengue di RSUD Pesawaran yang memenuhi kriteria penelitian pada bulan Mei sampai Agustus 2019. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil pada penelitian ini adalah LPB positif sebanyak 34,4% dan LPB positif 65,6%. Pada pasien yang ditemukan LPB, jumlah pasien yang mempunyai nilai IgG positif lebih banyak dua kali daripada nilai positif IgM.
Penatalaksanaan Holistik pada Wanita Obesitas dengan Hipertensi Grade II dan Osteoartritis Minerva Nadia Putri A.T; Diana Mayasari; Eka Cania B; Indriasari Nurul Putri
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 3 (2017): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i3.1721

Abstract

Prevalensi penderita hipertensi di Lampung mencapai 24,7% dari jumlah penduduk. Faktor resiko hipertensi salah satunya ialah obesitas. Selain hipertensi, penyakit degeneratif lain yang dapat timbul akibat obesitas adalah osteoartritis. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengontrol kedua penyakit degeneratif tersebut adalah menghilangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Analisis studi ini adalah laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis dari pasien dan anggota keluarganya), pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah untuk melengkapi data keluarga, data psikososial dan lingkungan. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif. Pasien memiliki derajat fungsional 2 dengan hipertensi grade II, osteoartritis danobesitas. Memiliki faktor resiko internal usia 54 tahun, IMT 37,2 (obesitas II), aktivitas tergolong ringan, gaya hidup kurang baik, kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya, memiliki faktor stressor dan memiliki pola pengobatan kuratif. Penatalaksanaan medikamentosa dan non medikamentosa dilakukan berdasarkan prinsip pelayanan kedokteran keluarga, serta edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang upaya mengubah gaya hidup, mengonsumsi obat dan kontrol secara teratur bagi pasien dan melakukan upaya pencegahan pada anggota keluarga yang berisiko. Kemudian, dilakukan evaluasi untuk menilai perubahan yang terjadi dari sebelum dilakukan intervensi. Pada evaluasi didapatkan penurunan tekanan darah namun tetap dalam kategori hipertensi grade II dan berkurangnya frekuensi nyeri pada kedua sendi lutut.Kata Kunci: Hipertensi, Obesitas, Osteoartritis, Pelayanan Kedokteran Keluarga
Hubungan Nilai HbA1c dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Asep Sukohar; Airlangga Damara; Risti Graharti
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 2, No 1 (2018): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v2i1.1900

Abstract

Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. World Health Organization memperkirakan prevalensi global penderita DM akan meningkat menjadi 366 juta orang pada tahun 2030. Keadaan hperglikemia berkepanjangan pada DM berkaitan dengan risiko komplikasi ke ginjal. Salah satu faktor yang berperan adalah penurunan nilai laju filtrasi glomerulus (LFG). Laju filtrasi glomerulus dapat diukur menggunakan kadar kreatinin serum dengan menggunakan persamaan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD).  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai HbA1c dengan LFG pada pasien DM tipe 2. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif cross-sectional terhadap 32 sampel rekam medik pasien DM tipe 2 dengan nilai HbA1c dan kreatinin serum diperiksa. Data yang diambil berupa data sekunder yaitu nilai HbA1c dan kreatinin serum pada rekam medik pasien. Variabel penelitian ini yaitu penderita DM serta nilai HbA1c dan nilai LFG. Rerata nilai HbA1c pada seluruh sampel yaitu 7,76% dan rerata nilai LFG adalah 32,19 ml/min/1,73m2. Hasil uji korelasi Pearson nilai HbA1c dan LFG yaitu 0,000 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara nilai HbA1c dan LFG pada pasien DM tipe 2 yang diteliti.Kata kunci: Diabetes melitus, HbA1c, kreatinin serum, laju filtrasi glomerulus.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Sukmajaya Tahun 2016 Ayu Wulandari; Sri Wahyuningsih; Ferdiana Yunita
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 2, No 2 (2018): Jk Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v2i2.1943

Abstract

Kanker serviks merupakan penyakit kanker terbesar kedua pada wanita dengan estimasi 445.000 kasus baru (84% kasus baru di dunia) dan penyebab 87% kematian pada wanita di Negara berkembang. Hal ini disebabkan karena perilaku wanita yang tidak melakukan deteksi kanker serviks secara rutin, salah satunya dengan metode IVA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemeriksaan IVA pada WUS di Puskesmas Sukmajaya tahun 2016. Jenis penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan desain potong lintang dan sebesar 146 responden ditetapkan sebagai sampel penelitian menggunakan teknik acak sederhana. Kuesioner digunakan untuk mengidentifikasi perilaku IVA sebagai variable dependen dan factor predisposisi (umur, status pernikahan, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, sikap, status pekerjaan, tingkat sosial-ekonomi), factor pemungkin (akses informasi, keterjangkauan jarak, keterjangkauan biaya) serta factor penguat (dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, dukungan kader kesehatan, penyuluhan) sebagai variable independen. Hasil analisis regresi logistic menunjukkan, faktor yang paling dominan menentukan perilaku IVA secara berurutan adalah tingkat pendidikan (OR=3,403), sedangkan factor lainnya sebagai factor protektif meliputi akses informasi (OR=0,272), dukungan petugas kesehatan (OR=0,163), sikap (OR=0,104) dan penghasilan WUS (OR=0,045). Hal tersebut menunjukkan perlunya peningkatan program promosi kesehatan berupa penyuluhan, sosialisasi dan konseling terutama untuk WUS yang berpendidikan tinggi.Kata kunci: IVA, pendidikan, perilaku, WUS
Analisis Imunoekspresi Emmprin pada Karsinoma Urotelial Infiltrating dan Non Infiltrating Agus Koesmawan; Sri Suryanti; Bethy S. Hernowo
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 3 (2017): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i3.2187

Abstract

Karsinoma urotelial adalah keganasan yang berasal dari epitel transisional vesika urinaria. Karsinoma ini merupakan jenis keganasan vesika urinaria paling sering sekitar 90% dari seluruh tumor primer pada organ ini. Pemberian terapi yang tepat merupakan hal penting dalam  menungkatkan harapan hidup pasien. Pemilihan terapi yang optimalsangat dipengaruhi oleh gradasi histopatologi. Penentuan diagnostik dan prognostik menjadi lebih akurat jika didukung dengan melihat peranan penanda molekuler Extracelullar Matrix Metalloproteinase Inducer (EMMPRIN) dalam menentukan adanya invasi pada karsinoma urotelial. Penelitian ini merupakan penelitian studi observasional analitik dengan desain crossectional. Analisis katagorik tidak berpasangan terhadap 40 kasus karsinoma urotelial di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung, yangterdiri dari 20 kasus karsinoma urotelial infiltrating dan 20 kasus karsinoma urotelial non infiltrating. Seluruh sampel yang terkumpul diperiksa imunohistokimia EMMPRIN di Laboratorium Patologi Anatomi RSHS Bandung. Penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan distribusi proporsi skor EMMPRIN pada kelompok karsinoma infiltrating dannon infiltrating diperoleh informasi nilai P=0,000 (<0,005).Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan hasil kesimpulan nahwa imunoekspresi EMMPRIN pada karsinoma infiltrating lebih tinggi dibandingkan karsinoma non infiltrating yang berarti signifikan atau bermakna secara statistik.Kata kunci : EMMPRIN,Karsinoma urotelial infiltrating, karsinoma urotelial non infiltrating

Page 4 of 26 | Total Record : 260