cover
Contact Name
Bayu Koen Anggoro
Contact Email
Publisher@um.ac.id
Phone
+6282124960909
Journal Mail Official
admin.jolla@um.ac.id
Editorial Address
Jl. Semarang no. 5 Malang
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA)
ISSN : 27970736     EISSN : 27974480     DOI : https://doi.org/10.17977/um064
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts is a double-blind peer-reviewed journal published monthly (pISSN 2797-0736 eISSN 2797-4480). This journal publishes scientific articles on language, literature, library information management, and arts. It publishes empirical and theoretical studies in the form of original research and case studies from various perspectives. Articles can be written in English, Indonesian, and other foreign languages.
Articles 275 Documents
Tingkatan Makna Verba Prostitusi dalam Wacana Iklan Prostitusi Modern Cicik Tri Jayanti
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.551 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i42021p437-449

Abstract

Abstract: The meaning of prostitution is generally attached to sexual services around paid intercourse. However, the meaning of prostitution has expanded based on data about modern prostitution advertisements through Twitter social media. This research is a qualitative descriptive study that uses modern prostitution advertising discourse as data sourced from social media Twitter. Data collection was carried out from February 2 to March 15, 2021. After the data is collected, five steps are carried out, namely: (1) recording the verb prostitution, (2) writing down the abbreviation for the verb prostitution, (3) providing meaning, (4) finding the differentiating factor in the field of meaning, and (5) giving the level of the verb prostitution. Through matrix data analysis, 44 prostitution verbs have been graded based on eight different meaning factors, namely (1) Incall, (2) outcall, (3) Talking, (4) Laughing, (5) Relaxing, (6) Caring, (7) Ditemenin curhat, (8) Curhat, (9) Talk cutiepie, (10) Bacain dongeng sebelum tidur, (11) Deeptalk, (12) Healing, (13) Touching, (14) Nokiss, (15) Nosex, (16) Mutualisme, (17) Mutualan, (18) Pacar Kontrak, (19) GFE, (20) Professional cuddler, (21) Cuddle only, (22) hug, (23) Cuddle, (24) Pelukan, (25) Cuddling, (26) Cuddlecare, (27) Deephug, (28) Cudlle care, (29) Cc, (30) Sekadar dusel, (31) Sleeping, (32) Kissing, (33) FK, (34) foreplay, (35) HJ, (36) BJ, (37) Lc, (38) Love care, (39) LC berfantasi, (40) VCS, (41) SL, (42) HS, (43) Morning sex, dan (44) LT. The level of meaning is based on the order from the lightest meaning to the one with the most complex level of prostitution. Keywords: prostitution verbs, differentiators of meaning, levels of meaning, advertising discourse, modern prostitution advertisements. Abstrak: Makna prostitusi pada umumnya dilekatkan dengan layanan seksual seputar hubungan badan yang berbayar. Akan tetapi, makna prostitusi ternyata meluas berdasarkan data wacana iklan prostitusi modern melalui media sosial twitter. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif yang menjadikan wacana iklan prostitusi modern sebagai data yang bersumber dari media sosial twitter. Pengambilan data dilakukan sejak 2 Februari hingga 15 Maret 2021. Setelah data dihimpun, dilaksanakan lima Langkah, yakni: (1) mencatat verba prostitusi, (2) menuliskan kepanjangan dari singkatan verba prostitusi, (3) memberikan pemaknaan, (4) menemukan faktor pembeda medan makna, dan (5) memberi tingkatan verba prostitusi. Melalui analisis data matrix, diperoleh 44 verba prostitusi yang telah digradasi berdasarkan delapan faktor pembeda makna, yakni (1) saluran, (2) lisan, (3) sentuhan, (4) interaksi, (5) pelukan, (6) rebahan, (7) bibir, dan (8) seksual. Adapun 44 verba prostitusi meliputi (1) Incall, (2) outcall, (3) Talking, (4) Laughing, (5) Relaxing, (6) Caring, (7) Ditemenin curhat, (8) Curhat, (9) Talk cutiepie, (10) Bacain dongeng sebelum tidur, (11) Deeptalk, (12) Healing, (13) Touching, (14) Nokiss, (15) Nosex, (16) Mutualisme, (17) Mutualan, (18) Pacar Kontrak, (19) GFE, (20) Professional cuddler, (21) Cuddle only, (22) hug, (23) Cuddle, (24) Pelukan, (25) Cuddling, (26) Cuddlecare, (27) Deephug, (28) Cudlle care, (29) Cc, (30) Sekadar dusel, (31) Sleeping, (32) Kissing, (33) FK, (34) foreplay, (35) HJ, (36) BJ, (37) Lc, (38) Love care, (39) LC berfantasi, (40) VCS, (41) SL, (42) HS, (43) Morning sex, dan (44) LT. Sementara kedelapan faktor pembeda makna mencakup (1) saluran, (2) lisan, (3) sentuhan, (4) interaksi, (5) pelukan, (6) rebahan, (7) bibir, dan (8) seksual. Tingkatan makna tersebut berdasarkan urutan dari makna yang paling ringan hingga yang memiliki tingkat prostitusi paling kompleks. Kata kunci: verba prostitusi, pembeda makna, tingkatan makna, wacana iklan, iklan prostitusi modern
Old English Power Structure in the Warlike Nature in Riddles no. 3, no, 29, no. 50 from the Exeter Book Herditya Wahyu Widodo
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.055 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i42021p427-436

Abstract

Abstract: This study focuses on Old English nature-themed riddle texts from the Exeter Book, analyzing the natural imageries that are significant in investigating how the literary content of Old English riddles, as accepted forms of poetry, reveals the Anglo-Saxon culture of their original authors. I focus on the power structure in Anglo-Saxon society revealed in the riddles, by analyzing the topic of warlike nature in them, focusing on the riddles no. 3, “Storm”, no. 29 “Sun and Moon,” and no. 50, “Fire.” Natural experience described in these riddles is rendered by the Anglo-Saxons to reflect power hierarchy between male and female, servant and master, and human with God. The Anglo-Saxon riddles identify and assign the potent warlike attributes and actions of nature, and assign them to the more powerful factions (God, Master, Male) over the weaker factions (Humans, Servants, Female). This is done by the authors as an acceptable cultural interpretation of these natural phenomena, put in the riddles to make it possible for the riddles’ intended Anglo-Saxon audience as clues to arrive at a culturally agreeable answer. Keywords: old English, old English riddles, natural imagery, old English poetry, war imagery Abstrak: Studi ini berfokus pada teks teka-teki (Riddles) Inggris Kuno (Old English) bertema alam dari the Exeter Book, dengan menganalisa imaji alam yang signifikan, untuk mengetahui bagaimana teka-teki Inggris Kuno, sebagai salah satu karya sastra berbentuk puisi, mengungkapkan budaya Anglo-Saxon dari penulis aslinya. Saya berfokus pada struktur kekuasaan (power structure) dalam masyarakat Anglo-Saxon yang terungkap dalam teks teka-teki, dengan menganalisis topik sifat suka perang di pada teka-teki no. 3, "Badai", no. 29 “Matahari dan Bulan,” dan no. 50, "Api." Pengalaman hidup mengenai alam digambarkan dalam teka-teki ini oleh para penulis Anglo-Saxon dengan mencerminkan hierarki kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, hamba dan tuan, dan manusia dengan Tuhan. Teka-teki Anglo-Saxon mengidentifikasi dan menetapkan atribut dan tindakan alam yang suka berperang (warlike) kepada faksi yang lebih kuat (Dewa, Tuan, Laki-Laki) di atas faksi yang lebih lemah (Manusia, Pelayan, Wanita). Hal ini dilakukan oleh para penulis sebagai interpretasi budaya atas fenomena alam yang mereka lihat, dan dimasukkan ke dalam teka-teki untuk memungkinkan pembaca Anglo-Saxon sebagai petunjuk untuk sampai pada jawaban yang dapat diterima secara budaya. Kata kunci: old English, Inggris kuno, teka-teki Inggris kuno, imaji alam, puisi Inggris kuno, imaji perang
Intensitas Komunikasi Berbahasa Mandarin Mahasiswa dengan Dosen Lokal dan Native Amira Eza Febrian Putri
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (987.923 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i42021p462-473

Abstract

Abstract: The ability to communicate in Mandarin Chinese is one of the important indicators of learning outcomes. Therefore, in addition to the learning process, communication outside the classroom should ideally also use Mandarin Chinese. This study aims to find out the intensity of speaking in Mandarin among students of Mandarin Language Education study program of Universitas Negeri Malang with local and native lecturers as well as its challenges and underlying factors. This research is descriptive quantitative with the subject of students of Mandarin Language Education study program class of 2018 offfering A and B. The Data collection is done using questionnaires. The results showed that 72.1% of students rarely use Mandarin in communicating with local lecturers. 76.7% of students prefer to ask local lecturers rather than natives. A total of 66.8% of students still use Indonesian when communicating with local lecturers, and 44.2% use mixed Indonesian and Mandarin none of whom speak Mandarin in its entirety. The results of the survey showed that this was because students found it difficult to communicate using Mandarin, students felt afraid or hesitant in using Mandarin, and students felt less confident in their Chinese language skills. Keywords: intensity, communication, Mandarin Abstrak: Kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Mandarin menjadi salah satu indikator penting ketercapaian hasil belajar. Untuk itu, selain pada saat proses pembelajaran, komunikasi di luar kelas idealnya juga harus menggunakan bahasa Mandarin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas komunikasi berbahasa Mandarin mahasiswa program studi pendidikan bahasa Mandarin Universitas Negeri Malang dengan dosen lokal dan native serta faktor hambatan yang mempengaruhinya. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif dengan subjek mahasiswa program studi pendidikan bahasa Mandarin angkatan 2018 offering A dan B. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Hasil penelitian menunjukkan 72,1% mahasiswa jarang menggunakan bahasa Mandarin dalam berkomunikasi dengan dosen lokal. 76,7% mahasiswa lebih memilih bertanya pada dosen lokal daripada native. Sebanyak 66,8% mahasiswa masih menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan dosen lokal, dan 44,2% menggunakan bahasa campuran Indonesia dan Mandarin, tidak ada yang menggunakan bahasa Mandarin secara utuh. Hasil angket menunjukkan hal ini disebabkan mahasiswa merasa kesulitan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Mandarin, mahasiswa merasa takut atau ragu dalam menggunakan bahasa Mandarin, dan mahasiswa merasa kurang yakin dengan kemampuan berbahasa Mandarin yang dimiliki. Kata kunci: intensitas, komunikasi, bahasa Mandarin
Etnofotografi Kesenian Wayang Krucil Fariza Wahyu Arizal
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (982.749 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i42021p474-491

Abstract

Abstract: This ethnophotography book of Wayang Krucil Malang is an idea about the importance of information, documentation and one of the efforts to protect and maintain art and culture in Malang Raya. Currently Wayang Krucil in Gondowangi Village is in a poor condition, not many people care about this art, except for only a few artists. Concern from the government is also felt to be very lacking, when in fact this Krucil Puppet can be used as an artistic and cultural asset in Malang Raya. In this design, photography is used as a method to analyze a culture in everyday life. The focus of the design of this book is more on the visual aspect using photography as the medium. The selection of photography is considered capable of displaying the reality of the social situation in it. Photos recorded on the camera can display a variety of information and materials about ethnography. Ethnophotography comes from the amalgamation of ethnography and photography in anthropological studies. With the design of this book, it is hoped that it will be able to provide information to the public about the art of Wayang Krucil and can foster a sense of love, ownership and preservation of existing cultural arts. Keywords: etnophotography, art, wayang krucil Abstrak: Buku etnofotografi Wayang Krucil Malang-an ini adalah gagasan tentang pentingnya informasi, dokumentasi serta salah satu upaya untuk melindungi dan menjaga seni dan budaya di Malang Raya. Saat ini Wayang Krucil di Desa Gondowangi dalam kondisi yang cukup memprihatinkan, tidak banyak orang yang peduli dengan kesenian ini, kecuali hanya beberapa seniman saja. Kepedulian dari pihak pemerintahan juga dirasa masih sangat kurang, padahal sebenarnya Wayang Krucil ini dapat dijadikan aset seni dan budaya di Malang Raya. Dalam perancangan ini fotografi digunakan sebagai metode untuk menganalisis sebuah kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari. Perancangan buku ini dititik beratkan pada segi visual yang menggunakan foto sebagai medianya. Pemilihan Fotografi dianggap mampu menampilkan realitas situasi sosial didalamnya. Foto yang terekam dalam kamera dapat menampilkan beragam informasi serta materi tentang etnografi. Etnofotografi adalah penggabungan antara etnografi dan fotografi dalam studi antropologi. Dengan adanya perancangan buku ini agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kesenian Wayang Krucil serta dapat menumbuhkan rasa kecintaan terhadap kesenian dan budaya yang ada. Kata kunci: etnofotografi, kesenian, wayang krucil
Pengembangan Souvenir Berbasis Augmented Reality pada Tempat Wisata Kampung Tridi Malang Denik Ristya Rini; Ima Kusumawati Hidayat; Dimas Rifqi Novica
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (922.576 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i42021p492-504

Abstract

Abstract: Malang City is the second largest city in East Java Province after Surabaya. The existence of a large city is certainly followed by a dense population. This causes not all residents can live properly. Some of them live in slums in the Watershed (DAS). Facing these problems, the Government of Malang is promoting a program to turn slums into thematic tourist villages. This program is carried out to change the social culture of the community and improve the community's economy. One of the thematic tourist villages in Malang is Kampung Tridi. The village offers a tourism concept with photo spots on a 3D mural wall. Based on observations, Kampung Tridi has been visited by many tourists, but it does not have souvenirs with high selling value. This research intends to develop souvenirs in the form of 3D screen printing t-shirts to improve the local economy. The souvenirs are developed based on the ADDIE (Analysis, Design, Developed, Implementation, Evaluation) development model. The results of the product development are welcomed by the local community as well as tourists. This is seen from the high enthusiasm when this souvenir was launched. Keywords: Tridi village, souvenir, augmented reality Abstrak: Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Kota Surabaya pada urutan pertama. Adanya kota yang besar tentu diikuti dengan danya penduduk yang padat. Hal ini menyebabkan tidak semua penduduk dapat bermukim secara layak. Beberapa diantaranya menghuni perkampungan kumuh di Daerah Aliran Sungai (DAS). Menghadapi permasalahan tersebut pemerintah Kota Malang menggalakkan program mengubah kampung kumuh menjadi kampung wisata tematik. Program ini dilakukan untuk mengubah sosial budaya masyarakat dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satu kampung wisata tematik di Malang adalah kampung Tridi. Kampung Tridi menawarkan konsep wisata dengan spot –spot foto pada dinding mural 3 Dimensi. Berdasarkan observasi Kampung Tridi telah banyak dikunjungi oleh wisatawan, namun Kampung Tridi belum memiliki souvenir yang bernilai jual tinggi. Penelitian ini bermaksud mengembangan souvenir berupa kaos sablon 3 Dimensi untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar. Souvenir dikembangan berdasarkan model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Developed, Implementation, Evaluation) model. Hasil dari produk pengembangan disambut baik oleh masyarakat sekita dan juga wisatawan. Hal ini dibuktikan dengan adanya antusiasme yang tinggi pada saat souvenir ini diluncurkan. Kata kunci: kampung Tridi, souvenir, augmented reality
Aspek Desain yang Mempengaruhi Minat Baca Pembaca Komik Islam Indonesia Dhara Alim Cendekia; Hafiz Aziz Ahmad; Alvanov Zpalanzani
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1199.985 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i42021p505-523

Abstract

Abstract: Reading interest is something that comic artists strive for through comic elements. This study aims to find design aspects that influence the reading interest of readers. This research method uses a sequential mix-method consisting of 2 stages that were preliminary research (qualitative) and primary research (quantitative). This research was in Bandung with ten respondents aged 16-20 years in the preliminary research and 50 people in the primary research. First, preliminary research determines the stimuli and independent variables using ranking and content-analysis methods. The preliminary research results found that the independent variables assumed to affect reading interest were cover, character, storytelling, and story content. Then, the four variables in the primary research were measured using a Likert scale and proven the affected using multiple regression analysis. The results show how storytelling (59%), story content (11%), and cover (10%) influencing reading interest. The storytelling has the most significance because it always accompanies the reader dan gives the comfortable. However, the character variable does not affect reading interest because the characters in Islamic comics change according to the story's needs and are less highlighted than the story. Keywords: Islamic comics, reading interest, multiple regression Abstrak: Minat baca atau keinginan pembaca untuk membaca komik sampai selesai merupakan hal yang diupayakan komikus melalui elemen-elemen komik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menemukan aspek desain yang berperan dalam mempengaruhi minat baca pembaca. Metode penelitian ini menggunakan mix-method secara sekuensial yang terdiri dari 2 tahap studi awal (kualitatif) dan studi lanjutan (kuantitatif). Penelitian ini dilakukan di Bandung dengan responden berumur 16-20 tahun berjumlah 10 orang pada studi awal, dan 50 orang pada studi lanjutan. Studi awal dilakukan untuk menentukan stimuli dan variabel independen dengan menggunakan metode rangking dan conten-analysis. Dari hasil studi awal, ditemukan variabel independen yang diasumsikan berpengaruh terhadap minat baca, yaitu cover, karakter, cara bercerita, dan isi cerita. Keempat variabel tersebut dibuktikan menggunakan analisis regresi berganda yang diukur menggunakan skala Likert pada studi lanjutan. Hasil analisis studi lanjutan menunjukkan cara bercerita (59%), isi cerita (11%), dan cover (10%) dalam mempengaruhi minat baca. Cara bercerita berpengaruh paling besar dibanding isi cerita dan cover karena selalu mengiringi pembaca dan mempengahui kenyamanan. Namun, variabel karakter tidak berpengaruh terhadap minat baca, karena karakter dalam komik Islam berganti-ganti sesuai kebutuhan cerita dan kurang ditonjolkan dibanding cerita. Kata kunci: komik Islam, minat baca, regresi berganda
Corpies: Bisnis Kreatif Pemanfaatan Sampah Kaleng dan Kertas Menggunakan Teknik Lukis Sebagai Usaha Meningkatkan Nilai Benda Bekas Pakai Joni Agung Sudarmanto
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1219.871 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i42021p524-541

Abstract

Abstract: In this modern era, handmade products are increasingly popular because people have begun to appreciate art. SMEs have many ways to grow with many government facilities and exhibitions that support handmade products. This is a positive sign for domestic products to be more prominent. Products that raise social issues also get more attention from the public, one of which is environmental issues. Behind the consumptive culture of humans, there are problems that they create, one of the most visible is the amount of waste. To overcome this problem, innovations were created to process consumption waste into usable products that have more economic value than just being recycled. "Corpies" business target is to process waste into reusable objects. This business focuses on producing products with painting techniques that are also become its trademark. The products produced include painting cans, stools, painting cutting boards, painting totebag, painting shoes. The method used in creating this business is in accordance with the business development timeline which consists of 9 flows starting from the collection of raw materials, the cleaning process of raw materials, to the documentation and marketing process of the product. This business also engage the participation of the surrounding community in its production so that it is expected to create a positive impact for the community, one of which is creating a new culture, such as collecting used cans, so that they can be reused and produced into high-value products. Keywords: creative business, trash cans and paper, painting techniques, corpies Abstrak: Di era modern, produk buatan tangan semakin digemari karena masyarakat sudah mulai menghargai karya seni. UKM memiliki banyak cara berkembang dengan banyaknya fasilitas dari pemerintah dan pameran yang mendukung produk buatan tangan. Ini menjadi pertanda positif bagi produk dalam negeri untuk semakin menonjol. Produk yang mengangkat isu sosial juga mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat, salah satunya isu lingkungan. Dibalik budaya konsumtif manusia, terdapat masalah yang mereka ciptakan, salah satunya adalah menumpuknya sampah. Untuk mengatasi masalah tersebut, diciptakan inovasi untuk mengolah sampah hasil konsumsi menjadi produk layak pakai yang lebih bernilai ekonomi daripada sekedar didaur ulang. Target bisnis “Corpies” adalah mengolah sampah menjadi benda yang dapat dipakai kembali. Bisnis ini fokus memproduksi produk dengan teknik lukis yang menjadi ciri khasnya. Produk yang diproduksi diantaranya adalah kaleng lukis, stool, talenan lukis, tote bag lukis, sepatu lukis. Metode yang digunakan dalam menciptakan bisnis ini sesuai dengan alur pengembangan bisnis yang terdiri dari 9 alur yang dimulai dari pengumpulan bahan baku, pembersihan bahan baku, hingga proses dokumentasi dan pemasaran. Bisnis ini turut mengajak partisipasi masyarakat sekitar dalam produksinya sehingga diharapkan dapat menciptakan dampak positif bagi komunitas, salah satunya adalah menciptakan budaya baru mengumpulkan kaleng bekas untuk digunakan kembali dan diproduksi menjadi produk bernilai jual tinggi. Kata kunci: bisnis kreatif, sampah kaleng dan kertas, teknik lukis, corpies
Perancangan Sistem Informasi PONDASI: Peta Online Budaya Indonesia sebagai Model Media Pembelajaran Interaktif Lagu Daerah Muhammad Nurwiseso Wibisono
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1902.127 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i42021p542-559

Abstract

Abstract: Technological advances in the industrial era 4.0 are currently proceeding rapidly in displaying the information needed by the community. One of the uses of technology commonly used by the community is geolocation-based services, where users can search for information based on the location of an object. These geolocation-based services, such as Google Maps, are used to find information on applications that provide tourist destinations, lodging, delivery of goods, and public transportation. The author designed a prototype called Indonesian Cultural Online Map (PONDASI) to respond to these trends. This prototype was designed by utilizing web-based online map technology to build an information system capable of storing and displaying visual-based information on Indonesian culture. PONDASI ​​is designed by utilizing the Google Maps API to display information on Regional Songs as one of the cultural products in Indonesia. The purpose of designing the PONDASI ​​application is to introduce folk songs to the public by utilizing map technology and creating a sound mapping system to store, process, and display information. The method used in this research is the Software Development Life Cycle (SDLC) method using the Waterfall model. The SDLC method is used in the analysis/requirements gathering, design, implementation, and testing processes. The results showed that the PONDASI ​​application could be used as an information system and learning media for Regional Songs in Indonesia with a user satisfaction level of 90% with a user age range of 18-23 years. Keywords: geolocation, interactive media, folk songs Abstrak: Kemajuan teknologi di era industri 4.0 saat ini kian pesat dalam menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu penggunaan teknologi yang sudah umum digunakan oleh masyarakat adalah layanan berbasis geolokasi. Pengguna layanan geolokasi dapat mencari informasi berdasarkan lokasi dari sebuah objek. Layanan berbasis geolokasi seperti Google Maps yang digunakan untuk mengetahui informasi pada aplikasi penyedia destinasi wisata, penginapan, pengiriman barang, dan transportasi umum. Untuk menanggapi tren teknologi tersebut, dirancang Peta Online Budaya Indonesia (PONDASI) dengan memanfaatkan teknologi peta online berbasis web untuk membangun sistem informasi yang mampu menyimpan dan menampilkan informasi kebudayaan Indonesia berbasis visual. PONDASI dirancang dengan memanfaatkan Google Maps API untuk menampilkan informasi Lagu Daerah sebagai salah satu hasil budaya di Indonesia. Tujuan dari perancangan aplikasi PONDASI adalah untuk memperkenalkan lagu daerah kepada masyarakat dengan memanfaatkan kebaruan teknologi serta membangun sistem pemetaan yang baik untuk menyimpan, mengolah, dan menampilkan informasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Software Development Life Cycle (SDLC) menggunakan model Waterfall. Metode SDLC digunakan pada proses analysis/requirement gathering, design, implementation, dan testing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi PONDASI dapat digunakan sebagai sistem informasi dan media pembelajaran Lagu Daerah di Indonesia dengan tingkat kepuasan pengguna sebesar 90% dengan kisaran usia pengguna 18-23 tahun. Kata kunci: geolokasi, media interaktif, peta budaya, lagu daerah
Analisis Visual Desain Cover Novel-novel Karya Boy Candra Franciscus Xaverius Langga; Sumarwahyudi; Abdul Rahman Prasetyo
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.585 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i42021p560-572

Abstract

Abstract: Novel is a work of fiction that is printed like a book and has a cover. Novel cover is one element that can increase the purchasing power of its readers. Therefore, the cover of the novel is designed in an attractive manner, including the novels by Boy Candra which become the identity of the author and the novel is also one of the reasons why these novels become best sellers. Some elements that can compose a cover design are illustration, colour, and typography. The research objective to be achieved is to determine the visual design of the cover of Boy Candra's novels, which includes several elements, namely illustrations, colours, and typography. This study uses a qualitative descriptive method using observation and documentation as its data collection instruments. The result of analysis showed that the cover design of Boy Candra’s novel made use of achromatic colour that looks simple, elegant, mysterious, and dark. In addition, the writing design on the cover uses a consistent type of typography, for example on the nameplate/logo, synopsis, masthead, and also headlines that use script and cursive fonts. Keywords: Visual Analysis, Illustration, Colour, Typography, Novel Cover Abstrak: Novel merupakan karya fiksi yang dicetak seprti sebuah buku dan memiliki cover. Cover novel merupakan salah satu elemen yang dapat meningkakan daya beli para pembacanya. Oleh karena itu, cover novel didesain secara menarik, termasuk novel-novel karya Boy Candra yang menjadi identitas pengarang dan novelnya pun menjadi salah satu alasan novel-novel tersebut menjadi best seller. Beberapa unsur yang dapat menyususn sebuah desain cover yaitu ilustrasi, warna,dan tipografi. Tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh adalah untuk mengetahui desain visual cover novel-novel Boy Candra, yang meliputi beberapa hal yaitu ilustrasi, warna, dan tipografi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan instrument penelitian obseervasi dan dokumentasi. Dengan menggunakan metode dan instrumen penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa desain cover warna yang digunakan pada cover adalah warna akromatik, terlihat simple, elegan, misterius, sedih. Selain itu, desain tulisan pada cover menggunaan jenis tipografi yang konsisten pada cover novel karya Boy Candra, contohnya pada nameplate/logo, sinopsis, masthead, dan juga headline yang menggunakan font script and cursive. Kata kunci: analisis visual, ilustrasi, warna, tipografi, cover novel
Optimalisasi Gerakan Literasi Sekolah dalam Persiapan Asesmen Nasional Lidya Amalia Rahmania
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.914 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i42021p450-461

Abstract

Abstract: There is a change in National Examination into National Assessment that gives a different challenge for the teachers and students. The instrument of National Assessment has three components: (1) Minimum Competency Assessment, (2) Character Survey, and (3) Academic Environment Survey. To aim the maximum marks on National Assessment, the students should have a high literacy skill. It could be achieved using the School Literacy Movement (GLS). The research used literature study using secondary data. The analysis used descriptive method systematically and critically. Conceptually, the School Literacy Movement (GLS) would be a great way to help the students improve their literacy skill and develop their critical minds. However, practically there are many schools that have difficulties in implementing the School Literacy Movement. There are three obstacles that hindering the implementation of School Literacy Movement: (1) Facilities and infrastructures, (2) Bureaucracy, and (3) Human Resources. Those obstacles could be solved with the change of the mindset to optimize the School Literacy Movement: (1) Motivation, (2) Instant Gratification, (3) Observation, (4) Novelty, (5) Analytical and Critical Thinking, and (6) Freedom of Choices. The change of mindset is needed to enhance the effectivity and efficiency of the School Literacy Movement so that the facilitators and the students could improve their literacy skill for National Assessment in the near future, and to improve the character of the people of Indonesia in the future. Keywords: School Literacy Movement, national assessment, GLS Optimalization Abstrak: Perubahan format Ujian Nasional menjadi Asesmen Nasional memberikan tantangan tersendiri terhadap para guru dan siswa. Instrumen AN memiliki 3 aspek: (1) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), (2) Survei Karakter, dan (3) Survei Lingkungan Belajar. Untuk mencapai nilai AKM yang maksimal, siswa harus memiliki tingkat literasi yang tinggi. Hal itu dapat dicapai dengan menggunakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Penelitian dilakukan dengan metode studi literatur menggunakan data sekunder. Proses analisis secara deskriptif dilakukan setelah data yang diperoleh, dikaji secara mendalam, dengan urutan yang sistematis, dan kritis. Secara konsep, GLS akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan literasi dan sikap kritis siswa. Akan tetapi, secara praktik masih banyak sekolah yang kesulitan untuk memaksimalkan GLS dengan baik. Beberapa jenis kendala yang dialami oleh sekolah yaitu: (1) Kendala sarana dan prasarana, (2) Kendala birokratis, dan (3) Kendala sumber daya manusia. Kendala-kendala tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa perubahan paradigma berpikir untuk optimalisasi GLS yang telah diusulkan, yaitu: (1) Motivasi, (2) Gratifikasi Instan, (3) Observasi, (4) Kebaruan, (5) Pembiasaan Sikap Analitis, dan (6) Pemberian Kebebasan. Dengan adanya perubahan paradigma berpikir ini diharapkan para fasilitator dan siswa dapat meningkatkan literasi dan karakternya agar berhasil menempuh AN dalam jangka pendek, dan menguatkan karakter moral bangsa dalam jangka panjang. Kata kunci: Gerakan Literasi Sekolah, asesmen nasional, optimalisasi GLS

Page 4 of 28 | Total Record : 275