cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsies@unisba.ac.id
Phone
+6281214569091
Journal Mail Official
bcsies@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
ISSN : -     EISSN : 28282132     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsies.v2i2
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science (BCSIES) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Teknik Industri dengan ruang lingkup, NASA-TLX, Alat Kualitas, Analisis SWOT, Analytical Hierarchy Process, Arsitektur Sistem Informasi Layanan Administrasi, Basis Data, Cetak biru Pelayanan, Failure Mode And Effect (FMEA), Fault Tree Analysis (FTA), First Come First Served, Framework for the Application of Systems Thinking (FAST), Hay Method, Human Resource Scorecard, Kuesioner 7 waste, Model tingkat aspirasi Quality Function Deployment (QFD), Model-driven development Six sigma, Multichannel Single Phase, NASA-TLX, Notasi kendall, Pelayanan, Pergudangan, Persediaan Sistem informasi, PIECES, Proses antrian, QFD (Quality Function Deployment) Lean manufacturing, Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), Root Cause Analysys, Seven Tools, Sistem Antrian, Sistem Informasi, Strategi Pengembangan Model Driven, Stripping Obat Kualitas, Take Home Pay, Traffic Light System, TRIZ Kualitas, Work Sampling. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 247 Documents
Pengukuran Risiko Kerja menggunakan Assessment Of Repetitive Task (Art) pada Stasiun Kerja Rotary di PT. Goenoeng Poetri Lestari Yoga Pratama Suwandi; Nur Rahman As'ad; Yanti Sri Rejeki
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsies.v4i1.10026

Abstract

Abstract. Musculosceletal Disorders (MSDs) are a common problem that often arises in workers who do repetitive work. PT. Goenoeng Poetri Lestari is a wood industry, which produces Veneer, Plywood and Blockboard. The process of making veneer requires the operator to move it from the top of the conveyor to the pallet which is located at ankle level. This can result in dangerous work risks if carried out over a long period of time. The research method used is a quantitative method, with data collection through direct observation in the field. The measurement method used is Assessment of Repetitive Task (ART). ART is used to measure work risk for each operator for each work element. Work risk assessment using ART was carried out for both work elements. The work elements are taking the veneer and lowering the veneer. The work element of taking veneers for four operators received a score of 29 (high work risk). The work element of lowering the veneer received a score of 30 (high work risk) for the four operators. Abstrak. Musculosceletal Disorder (MSDs) menjadi permasalahan umum yang seringkali timbul pada pekerja yang melakukan pekerjaannya secara berulang. PT. Goenoeng Poetri Lestari merupakan industry kayu, yang memproduksi Veneer, Plywood, dan Blockboard. Proses pembuatan veneer mengharuskan operator untuk melakukan pemindahan dari atas konveyor ke atas palet yang terletak sejajar dengan mata kaki. Hal tersebut dapat mengakibatkan risiko kerja yang berbahaya apabila dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif, dengan pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung ke lapangan. Metode pengukuran yang digunakan yaitu Assessment Of Repetitive Task (ART). ART digunakan untuk mengukur risiko kerja pada setiap operator untuk masing-masing elemen kerja. Penilaian risiko kerja menggunakan ART dilakukan untuk kedua elemen kerja. Elemen kerja tersebut yaitu mengambil veneer dan menurunkan veneer. Elemen kerja mengambil veneer untuk empat orang operator mendapatkan skor sebesar 29 (risiko kerja tinggi). Elemen kerja menurunkan veneer mendapatkan skor 30 (risiko kerja tinggi) untuk keempat orang operator.
Usulan Penjadwalan dengan menggunakan Algoritma Non delay untuk Mengurangi Makespan Di CV.X 10070218125, Muhammad Fikri; Endang Prasetyaningsih; Reni Amaranti
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsies.v4i1.10042

Abstract

Abstract. CV. X is a manufacturing company engaged in the production of molding and die casting, as well as machining services. The company produces two main types of products: molding and die casting. CV. X implements make-to-order (MTO) and engineering-to-order (ETO) market response systems. Currently, the company uses a first-come-first-served (FCFS) scheduling system to determine the production sequence. This system causes delays in product completion. This study proposes a non-delay algorithm as a solution to improve production scheduling efficiency. This algorithm ensures that no machine is idle when there is an operation that requires it. Simulation results show that the non-delay algorithm can reduce waiting time and mean flowtime, which ultimately reduces makespan. Compared to the FCFS system, makespan can be reduced by up to 8% from 24,468 minutes to 22,560 minutes. This study also proposes a procedure for creating schedules with a non-delay algorithm to help companies minimize delays in product completion. Abstrak. CV. X merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan moulding dan Die Casting, dan jasa machining. Terdapat 2 jenis produk yang dihasilkan CV. X yaitu produk Moulding dan Die Casting. Perusahaan menerapkan respon pasar make to order (MTO) dan engineering to order (ETO). Perusahaan dalam menentukan penjadwalan produksin menggunakan prioritas first come first serve (FCFS) atau pesanan yang masuk terlebih dahulu akan dijadwalkan paling awal untuk dilakukan produksi. Dilihat dari kondisi saat ini, permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yaitu terjadinya keterlambatan dalam menyelesaikan produksi. Hal ini disebabkan karena perusahaan dalam menentukan penjadwalan produksi menggunakan prioritas first come first serve (FCFS). Algoritma Non delay dipilih menjadi usulan perbaikan dalam melakukan penjadwalan. Penjadwalan Algoritma Non delay ini tidak membiarkan satupun mesin menganggur jika pada saat yang sama terdapat operasi yang memerlukan mesin tersebut. Setelah dilakukan dengan penjadwalan ini waktu tunggu dan mean flowtime berkurang sehingga makespan dapat dikurangi. Berdasarkan penjadwalan dengan menggunakan metode usulan makespan dapat dikurangi sebesar 8% dari 24.468 menit menjadi 22.560 menit. Pada bagian akhir penelitian ini diusulkan prosedur membuat jadwal dengan Algoritma Non delay agar perusahaan dapat mengurangi makespan sehingga kemungkinan terlambat dalam menyelesaikan produk dapat berkurang.
Pengukuran Risiko Kerja pada Aktivitas Penanganan Material Secara Manual menggunakan Metode Key Indicator Method (KIM) dan Risk Assessment Of Pushing And Pulling (RAPP) Yossy Putri Al Ghani; Yanti Sri Rejeki
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsies.v4i1.10120

Abstract

Abstract. Manual material handling activities are considered to have the potential to cause accidents or work risks, because in this activity there will be direct contact between the load and the human body. Based on manual material handling activities carried out by CV. Tasifa Jaya which produces various kinds of meatballs, there is manual handling that does not comply with recommendations such as repeated lifting of loads exceeding the lifting limit, namely more than 10 kg to 20 kg. This research aims to determine the work risks at kneading work stations, including the work element of lifting the meat container to the kneading machine and lifting the flour container to the kneading machine which is measured using the Key Indicator Method (KIM) method, as well as the work element of pulling the dough container to the molding workstation which is measured using the Risk Assessment of Pushing and Pulling (RAPP) method. The measurement results for the work element of lifting the meat container to the kneading machine and lifting the flour container to the kneading machine were at level 2 or slightly increased intensity, while for work element of pulling the dough container to the molding workstation has 1 level of low risk, 6 levels of medium risk and 1 level of high risk. Abstrak. Aktivitas penanganan material secara manual dinilai dapat berpotensi menyebabkan kecelakaan atau risiko kerja, karena pada aktivitas ini akan terjadi kontak langsung antara beban dan tubuh manusia. Berdasarkan aktivitas penanganan material secara manual yang dilakukan oleh CV. Tasifa Jaya yang memproduksi berbagai macam bakso, terdapat penanganan material secara manual yang tidak sesuai standar rekomendasi seperti pengangkatan beban secara berulang melebihi batas angkat yaitu lebih dari 10 kg hingga 20 kg. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko kerja pada stasiun kerja pengadonan, diantaranya terhadap elemen kerja mengangkat wadah daging ke mesin pengadonan dan mengangkat wadah tepung ke mesin pengadonan yang pengukurannya menggunakan metode Key Indicator Method (KIM), serta elemen kerja menarik wadah hasil adonan ke stasiun kerja pencetakan yang pengukurannya menggunakan metode Risk Assessment of Pushing and Pulling (RAPP). Adapun hasil pengukuran elemen kerja mengangkat wadah daging ke mesin pengadonan dan mengangkat wadah tepung ke mesin pengadonan yaitu pada level 2 atau intensitas agak meningkat, sedangkan untuk elemen kerja menarik wadah hasil adonan ke stasiun kerja pencetakan yaitu 1 tingkat risiko rendah, 6 tingkat risiko sedang dan 1 tingkat risiko tinggi.
Optimasi Lini Produksi dengan Penerapan Theory Of Constraint pada Produk Dropper dan Tutup Dropper di PT. Gradien Thalita Rafa Al-zasyira. SAS; Endang Prasetyaningsih
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsies.v4i1.10165

Abstract

Abstract. This research was conducted at PT. Gradien in production divisions that are producing products dropper along with the lid ordered by PT. Hasta Creasindo Utama. Problems that occur at PT. Gradien is unable to fulfill the requested order customer according to the agreed amount. This condition is caused by the production process experiencing limited capacity and time imbalances in the processes carried out so that work stations experience this bottleneck, namely the sorting work station. Bottleneck happens because the available capacity cannot meet the required capacity, so the load exceeds 100%. Improvements are made by applying the Theory of constraint, which goes through several stages, namely identification constraint, exploitation constraint,subordination non-constraint, and elevation constraint. Improvement results were obtained after going through the stages of the Theory of Constraint, increasing the working day, which was 11 days to 24 days, and adding one operator to each shift at the sorting workstation. The improvement resulted in the available capacity increasing from 30,240 minutes to 60,480 minutes and the load decreasing from 194.04% to 97.02% so that the sorting workstation became nonbottleneck. So, orders can be fulfilled according to the quantity requested by the customer. Apart from that, there has been an increase in throughput, which was initially IDR 19,560,060 and became IDR 30,880,000. This improvement is carried out so that the production line becomes optimal, the production process can run smoothly and without problems, work in process, and obtain throughput the maximum. Abstrak. Penelitian ini dilakukan di PT. Gradien pada divisi produksi yang sedang memproduksi produk dropper beserta tutup dropper yang dipesan oleh PT. HCU. Permasalahan yang terjadi pada PT. Gradien yaitu tidak dapat memenuhi pesanan yang diminta customer sesuai dengan jumlah yang telah disepakati. Kondisi tersebut disebabkan oleh proses produksi yang mengalami keterbatasan kapasitas dan ketidakseimbangan waktu pada proses yang dilakukan, menyebabkan adanya stasiun kerja yang mengalami bottleneck yaitu stasiun kerja sortir. Hal ini terjadi karena kapasitas yang tersedia tidak dapat memenuhi kapasitas yang dibutuhkan, sehingga beban yang dimiliki melebihi 100%. Perbaikan dilakukan dengan menerapakan Theory of Constraint yang melalui beberapa tahapan yaitu identifikasi constraint, eksploitasi constraint, subordinasi non-constraint, dan elevasi constraint. Hasil perbaikan yang diperoleh setelah melalui tahapan Theory of Constraint, yaitu menambah hari kerja yang semula 11 hari menjadi 24 hari dan menambah 1 orang operator pada setiap shift di stasiun kerja sortir. Hal ini mengakibatkan kapasitas tersedia bertambah yang semula 30.240 menit menjadi 60.480 menit dan beban menurun dari 194,04% menjadi 97,02%, sehingga stasiun kerja sortir menjadi non-bottleneck. Maka, pesanan dapat terpenuhi sesuai dengan jumlah yang diminta oleh customer. Selain itu, adanya peningkatan throughput yang semula sebesar Rp.19.560.060 menjadi Rp.30.880.000. Perbaikan ini dilakukan agar lini produksi menjadi optimal, proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tidak mengakibatkan work in process atau penumpukan serta dapat memperoleh throughput yang maksimal.
Perancangan Sistem Penilaian Kinerja Karyawan berdasarkan Kompetensi dengan Metode Analytic Network Process dan Rating Scale Iqbal Garibaldi Latief; A. Harits Nu’man; Asep Nana Rukmana
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsies.v4i1.10214

Abstract

Abstract. The performance assessment at CV The aim of this research is to identify employee performance assessment criteria or sub-criteria according to needs, make improvements to the employee performance assessment system, and design a more objective and transparent employee performance assessment system in accordance with company needs using the Analytic Network Process (ANP) method to obtain criteria weights. performance assessment according to company needs and an assessment scale was created to determine employee rewards using the Rating Scale method to facilitate the employee performance assessment process. The results of the weighting that has been carried out using the ANP method show that the weights of 6 employee performance assessment criteria and 12 required competency sub-criteria are obtained, namely: 1) Disciplinary criteria which have 2 sub-criteria have a weight of 0.2137; 2) Integrity criteria have a weight of 0.1372; 3) Leadership criteria which have 3 sub-criteria have a weight of 0.0634; 4) Collaboration criteria which have 2 sub-criteria have a weight of 0.2573; 5) The commitment criterion which has 2 sub-criteria has a weight of 0.2608; 6) The service orientation criterion has a weight of 0.0463. Based on the research results, a more objective employee performance appraisal system is proposed by adding 6 aspects of criteria and 12 sub-criteria where these criteria and sub-criteria have different weights according to needs. As well as giving treatment (rewards) to operators as feedback on the results of employee performance with a certain grade for certain treatment. Abstrak. Penilaian kinerja yang ada di CV X hingga saat ini hanya menilai berdasarkan kriteria disiplin dengan subkriteria hari kerja dan jam kerja karyawan saja dimana hal tersebut masih bersifat subjektif karena tidak terperinci dan belum adanya tingkat prioritas yang ada di dalam penilaian kinerja karyawan. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi kriteria atau subkriteria penilaian kinerja karyawan sesuai dengan kebutuhan, melakukan perbaikan terhadap sistem penilaian kinerja karyawan, serta merancang sistem penilaian kinerja karyawan yang lebih objektif dan transparan sesuai dengan kebutuhan perusahaan menggunakan metode Analytic Network Process (ANP) untuk mendapatkan bobot kriteria penilaian kinerja yang sesuai kebutuhan perusahaan serta dibuat skala penilaian untuk menentukan reward pekerja menggunakan metode Rating Scale agar memudahkan proses penilaian kinerja karyawan. Hasil pembobotan yang telah dilakukan menggunakan metode ANP didapatkan bobot dari 6 kriteria penilaian kinerja karyawan serta 12 subkriteria kompetensi yang dibutuhkan, yaitu: 1) Kriteria disiplin yang memiliki 2 subkriteria mempunyai bobot sebesar 0,2137; 2) Kriteria integritas memiliki bobot sebesar 0,1372; 3) Kriteria kepemimpinan yang memiliki 3 subkriteria mempunyai bobot sebesar 0,0634; 4) Kriteria kerjasama yang memiliki 2 subkriteria mempunyai bobot sebesar 0,2573; 5) Kriteria komitmen yang memiliki 2 subkriteria mempunyai bobot sebesar 0,2608; 6) Kriteria orientasi pelayanan memiliki bobot sebesar 0,0463. Bedasarkan hasil penelitian, maka diusulkan sistem penilaian kinerja karyawan yang lebih objektif dengan ditambahkannya 6 aspek kriteria 12 subkriteria dimana kriteria dan subkriteria tersebut memiliki bobot yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Serta diberikan pemberian perlakuan (reward) kepada operator sebagai umpan balik atas hasil dari kinerja karyawan dengan grade tertentu untuk perlakuan tertentu.
Identifikasi Keluhan Rasa Sakit pada Bagian Tubuh Pekerja Penimbangan dengan Menggunakan Nordic Body Map (NBM) Muhammad Irvan; Yanti Sri Rejeki
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsies.v4i1.10234

Abstract

Abstract. Work postures are said to be unergonomic, namely, if the spine is too bent, excessive reach and equipment do not match anthropometric measurements can result in a mismatch between workers, equipment, and the work environment. CV. Tasifa Jaya is a company engaged in the production of frozen food, namely meatballs. Based on initial interviews, weighing workers complained of pain in several parts of the body, especially in the neck, shoulders, upper back, lower back, buttocks, or thighs. The complaints can slow down the production process in the company and result in longer production time. This research uses a qualitative method. The measurement method uses the Nordic Body Map (NBM). NBM is used to identify complaints of pain felt in the worker's body. The results of the distribution of the NBM questionnaire on the neck and buttocks/thighs were rated 3, indicating a low-risk level, requiring rest with a longer duration of time to relieve pain. The upper back, lower back, and shoulders have a pain rating of 5, which has a moderate risk level and requires further treatment to relieve pain. when viewed from the work facilities used today, it will certainly be dangerous and allow the pain to continue to increase with the length of time working. One solution that can be done to reduce MSD complaints is to improve the work facilities used, to suit the conditions of workers. Improving work facilities plays an important role in increasing work comfort and productivity and reducing MSDs complaints. In addition to using ergonomic equipment, MSDs complaints can also be avoided by taking regular breaks and stretching to reduce stress on muscles and joints. Abstrak. Postur kerja dikatakan tidak ergonomis yaitu jika tulang bagian belakang terlalu membungkuk, jangkauan berlebih dan peralatan tidak sesuai dengan ukuran antropometri dapat mengakibatkan terjadinya ketidaksesuaian antara pekerja, peralatan, serta lingkungan kerja. CV. Tasifa Jaya adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi makanan frozen food yaitu bakso. Berdasarkan wawancara awal pekerja bagian penimbangan mengeluhkan sakit pada beberapa bagian tubuh terutama pada bagian leher, bahu, punggung atas, punggung bawah, bokong atau paha. Keluhan yang dirasakan dapat memperhambat proses produksi di perusahaan dan mengakibatkan waktu produksi menjadi lebih lama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode pengukuran menggunakan Nordic Body Map (NBM). NBM digunakan untuk mengidentifikasi keluhan rasa sakit yang dirasakan pada tubuh pekerja. Hasil penyebaran kuesioner NBM pada bagian leher dan bokong/paha dinilai 3, menunjukkan level risiko rendah, diperlukan istirahat dengan durasi waktu yang lebih lama untuk menghilangkan rasa sakit. Punggung atas, punggung bawah dan bahu memiliki penilaian rasa sakit mencapai 5, dimana memiliki level risiko sedang dan diperlukan penanganan lebih lanjut untuk menghilangkan rasa sakit. jika dilihat dari fasilitas kerja yang digunakan saat ini, tentunya akan berbahaya dan memungkinkan rasa sakit akan terus bertambah seiring lamanya waktu berkerja. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan MSDs yaitu melakukan perbaikan fasilitas kerja yang digunakan, agar sesuai dengan kondisi pekerja. Perbaikan fasilitas kerja berperan penting untuk meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja serta sebagai upaya untuk mengurangi keluhan MSDs. Selain menggunakan peralatan ergonomis, keluhan MSDs juga dapat dihindari dengan melakukan istirahat dan peregangan secara teratur untuk mengurangi tegangan pada otot dan sendi.
Perancangan Jam Kerja berdasarkan Beban Kerja Full Time Equivalent dan NASA–TLX pada Stasiun Kerja Printing PT. XYZ Putra Asyifa Nurriza; Nur Rahman As’ad; Eri Achiraeniwati
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsies.v4i1.10262

Abstract

Abstract. PT. XYZ is a manufacturing company engaged in making food product packaging and beverage labels. Based on the results of observations, product defect problems were found at 15% at printing work stations. These defects were caused by color combination work and errors in the finished product inspection process carried out by the operator. This condition is caused by long working hours, namely 12 hours, the work demands precision and concentration in the color combination simulation process and manual inspection of finished products. This job requires physical ability and mental ability so that it can increase the risk of musculoskeletal injuries, increase mental and emotional stress, cause muscle tension and posture disorders. The aim of this research is to design working hours that are adjusted to the workload received by workers to ensure occupational safety and health. The method used to identify mental load is NASA -TLX and Full Time Equivalent (FTE) to determine the amount of physical labor. Research was conducted on 2 operators and 4 helpers, the results showed that the mental workload classification for both operators and helpers was high, ranging from 50 - 79. Measuring workload using FTE showed the operator index value was 1.4 (overload), while the helper index value was below 1 (UnderloadI). The proposed improvement is carried out by designing working hours from 12 hours to 8 hours and from 2 shifts to 3 shifts with the transfer of one helper to shift 3. Based on the improvement, working hours become 8 hours with 3 shifts resulting in a normal physical load with an FTE index value of 1.13 for operators and 1.04 for helpers. Abstrak. PT. XYZ adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang pembuatan kemasan produk makanan dan label minuman. Berdasarkan hasil observasi ditemukan permasalahan kecacatan produk sebesar 15% pada stasiun kerja printing. Kecacatan tersebut diakibatkan oleh pekerjaan pengkombinasian warna dan kesalahan proses pemeriksaan produk jadi yang dilakukan oleh operator. Kondisi tersebut disebabkan oleh jam kerja yang panjang yaitu 12 jam, pekerjaan menuntut ketelitian dan konsentrasi dalam proses simulasi pengkombinasian warna dan pemeriksaan produk jadi secara manual. Pekerjaan ini memerlukan kemampuan fisik dan kemampuan mental sehingga dapat meningkatkan risiko cedera musculoskeletal, meningkatkan stres mental dan emosional, menyebabkan ketegangan otot dan gangguan postur. Tujuan penelitian ini adalah perancangan jam kerja yang disesuaikan dengan beban pekerjaan yang diterima oleh pekerja untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi beban mental adalah NASA -TLX dan Full Time Equivalent (FTE) untuk menentukan jumlah tenaga kerja secara fisik. Penelitian dilakukan terhadap 2 operator dan 4 helper, hasil menunjukkan klasifikasi beban kerja mental baik operator maupun helper tinggi berkisar antara 50 – 79. Pengukuran beban kerja dengan menggunakan FTE menunjukkan nilai index operator adalah 1,4 (overload), sedangkan nilai index helper dibawah 1 (UnderloadI). Usulan perbaikan dilakukan dengan merancang jam kerja dari 12 jam menjadi 8 jam serta dari 2 shift menjai 3 shift dengan pemindahan satu helper kedalam shift 3. Berdasarkan perbaikan jam kerja menjadi 8 jam dengan 3 shift menghasilkan beban fisik yang normal dengan nilai index FTE 1,13 untuk operator dan 1,04 untuk helper.
Perbaikan Kinerja Pengadaan Material Perusahaan dengan Mengggunakan Pendekatan Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan Lean Supply Chain Alif Abi Hanif; Rakhmat Ceha; Chaznin R. Muhammad
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsies.v4i1.10288

Abstract

Abstract. PT IMP is a company engaged in the production of metal frames located in Cikarang and is committed to producing the best quality products with national standards, in the right amount and time. In fact, there are still some obstacles in the material procurement process such as difficulties in selecting suppliers that match the criteria, delays in the arrival of raw materials which result in obstruction of the production process and product distribution until the ToP cannot be met. An evaluation of the company's ongoing material procurement performance is needed. This research measures the company's performance using the Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model, which divides supply chain activities into five core processes, namely plan, source, make, deliver and return. Each process consists of 3 levels. The mapped SCOR model consists of 5 core processes at level 1, 17 performance matrices at level 2, and 25 KPIs at level 3. SCOR model performance weighting is carried out using supporting methods, namely the Analytical Hierarchy Process (AHP) method and normalization. The overall SCOR performance value measurement result is 61.51. Based on the company's performance indicator monitoring system, the performance value currently achieved is in the average category, because it is in the value range of 50-70. Therefore, improvements need to be made to improve the current material procurement performance value. Proposed improvements are made in the form of proposed strategies based on 25 KPIs that affect the achievement of material procurement performance values. The proposed improvement strategy is designed based on Lean Supply Chain principles, through the application of Gemba Kaizen which consists of 14 proposed strategies. Abstrak. PT. IMP merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi rangka metal yang berada di Cikarang dan berkomitmen untuk menghasilkan produk dengan kualitas terbaik berstandar nasional, dalam jumlah dan waktu yang tepat. Kenyataannya masih terjadi beberapa kendala pada proses pengadaan materialnya seperti kesulitan dalam memilih supplier yang sesuai dengan kriteria, keterlambatan datangnya bahan baku yang berakibat terhambatnya proses produksi dan distribusi produk sampai dengan ToP yang tidak dapat terpenuhi. Diperlukan evaluasi kinerja pengadaan material perusahaan yang sedang berjalan. Penelitian ini mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR), yang membagi aktivitas rantai pasok kedalam lima proses inti, yaitu plan, source, make, delivery dan return. Masing-masing proses terdiri atas 3 level. Model SCOR yang dipetakan terdiri dari 5 proses inti pada level 1, 17 matriks kinerja pada level 2, dan 25 KPI pada level 3. Pembobotan kinerja model SCOR dilakukan menggunkan metode pendukung, yaitu metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan normalisasi. Hasil pengukuran nilai kinerja SCOR secara keseluruhan adalah 61,51. Berdasarkan sistem monitoring indikator kinerja perusahaan, nilai kinerja yang dicapai saat ini berada pada kategori rata-rata, karena berada pada rentang nilai 50-70. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan nilai kinerja pengadaan material saat ini. Usulan perbaikan dibuat dalam bentuk usulan strategi berdasarkan 25 KPI yang berpengaruh terhadap pencapaian nilai kinerja pengadaan material. Usulan strategi perbaikan dirancang berdasarkan prinsip Lean Supply Chain, melalui penerapan Gemba Kaizen yang terdiri dari 14 usulan strategi.
Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia menggunakan Metode Human Resources Scorecard Ahmad Faisal Hamid; Aviasti; Dewi Shofi M
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsies.v4i1.10300

Abstract

Abstract. Human Resource Scorecard is a Human Resources performance measurement system that links people, strategy and company performance to form a competitive and superior company. There are four perspectives in measuring the Human Resource Scorecard, namely financial, customer, internal business process and learn and growth perspectives. The stages of this research are first, identifying KPIs based on the company's business strategy, second, designing an objective strategy to define the value creation process or clarity of organizational strategy, determining steps for implementing the strategy. Third, namely weighting KPIs using pairwise comparisons, the weighting stage is carried out using Expert Choice 11 software. Fourth, a scoring system is carried out using the higher is better, lower is better method. The five scoring system results obtained were categorized into Traffic Light Systems. The results of the research were 16 KPIs divided into 5 financial KPIs, 3 customer KPIs, 5 internal bussiners process KPIs, and 3 learning and growth KPIs. The results of the company's overall employee performance in calculating the weight score for each perspective are 67.86%,. The results of measuring 16 KPIs, 3 KPIs are in the red category, 6 KPIs are in the yellow category and 7 KPIs are in the green category. Factors that cause problems are decreased employee work motivation, lack of coordination between elements in the company, evaluation of employee performance. Abstrak. Human Resource Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja sumber daya manusia yang mengaitkan manusia, strategi dan kinerja perusahaan guna membentuk perusahaan yang berdaya saing dan unggul. Ada empat perspektif dalam pengukuran Human Resource Scorecard yaitu perspektif financial, customer, internal bussines process dan learn and growth. Tahapan penelitian ini yaitu pertama mengidentifikasi KPI berdasarkan strategis bisnis perusahaan, kedua yaitu merancang strategi objektif untuk mendefinisikan proses penciptaan nilai atau kejelasan strategi organisasi menetapkan langkah-langkah untuk pelaksanaan strategi. Ketiga, melakukan pembobotan KPI memakai perbandingan berpasangan, tahapan pembobotan memakai software Expert Choice 11. Keempat, dilakukan scoring system dengan metode higher is better, lower is better. Kelima, hasil scoring system yang diperoleh dilakukan pengategorian Traffic Light System. Hasil penelitian sebanyak 16 KPI terbagi dalam 5 KPI financial, 3 KPI customer, 5 KPI internal bussiners process, dan 3 KPI learning and growth. Hasil kinerja karyawan perusahaan secara keseluruhan pada perhitungan skor bobot pada setiap perspektif yaitu 67,86%. Hasil pengukuran 16 KPI sebanyak 3 KPI masuk ke dalam kategori warna merah, 6 KPI masuk kategori warna kuning dan 7 KPI dengan kategori warna hijau. Faktor yang menyebabkan permasalahan yaitu menurunnya motivasi kerja karyawan, kurangnya koordinasi antar elemen di perusahaan, evaluasi terhadap kinerja karyawan.
Peningkatan Kualitas untuk Mengurangi Kecacatan Kemasan Produk menggunakan Metode Six Sigma di PT. XY Melky Maynaky; Iyan Bachtiar
Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Industrial Engineering Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsies.v4i1.10339

Abstract

Abstract. PT. XY is engaged in manufacturing the flexible packaging industry. Demand for packaging production has increased over time. This surge causes inappropriate/defective products to occur due to problems in the production process or errors made by machines and workers as well as an unsupportive environment. The aim is to find out, identify factors that cause defects in product packaging at PT. XY and provide improvements to factors causing defects in product packaging. The method used is Six Sigma with DMAIC stages which are integrated with several tools including the SIPOC diagram, CTQ Tree, Pareto diagram, DPMO, fishbone, FMEA, 5W+1H concept and Control Map. Based on the analysis of identifying problems that cause defects, there are several factors that cause Missprint defects, namely humans, machines, methods, materials and the environment. The control process efforts carried out by the company are in the form of a standardization process for the results of the improvements that have been proposed, so that the results of the improvements are always consistent so that they can achieve the 5.00-sigma target. resolve the problem of the type of Missprint defect first, if the type of Missprint defect has been repaired then the repair process continues to repair the next type of defect in accordance with the priorities that have been determined. Based on the results of the analysis that has been carried out, the objectives of this research can be achieved, including knowing the factors that cause defects and suggestions for improvements that the company can make. Abstrak. PT. XY bergerak pembuatan industri kemasan flexible packaging. Permintaan produksi kemasan melonjak naik seiring berjalannya waktu. Lonjakan ini menyebabkan produk yang kurang sesuai/cacat terjadi karena dalam proses produksi yang mengalami kendala atupun kesalahan yang dilakukan oleh mesin dan pekerja serta lingkungan yang kurang mendukung. Tujuannya mengetahui, mengidentifikasi faktor yang menyebabkan kecacatan pada kemasan produk di PT. XY dan memberikan perbaikan terhadap faktor penyebab kecacatan pada kemasan produk. Metode yang digunakan adalah Six Sigma dengan tahapan DMAIC yang diintegrasikan dengan beberapa alat diantaranya adalah diagram SIPOC, CTQ Tree, diagram pareto, DPMO, fishbone, FMEA, konsep 5W+1H dan Peta Kendali. Berdasarkan analisis identifikasi masalah penyebab cacat terdapat beberapa faktor yang menyebabkan jenis kecacatan Missprint yaitu manusia, mesin, metode, material, dan lingkungan. Upaya proses control yang dilakukan perusahaan berupa proses standarisasi hasil perbaikan yang telah diusulkan, agar hasil perbaikan selalu berjalan konsisten sehingga dapat mencapai target 5,00-sigma. penyelesaikan masalah dari jenis kecacatan Missprint terlebih dahulu, apabila jenis kecacatan Missprint selesai diperbaiki maka proses perbaikan dilanjutkan ke perbaikan jenis cacat selanjutnya sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka tujuan dalam penelitian ini dapat dicapai diantaranya mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya cacat serta usulan perbaikan yang dapat perusahaan lakukan.