cover
Contact Name
Rudy Budiatmaja
Contact Email
rudyatmaja12398@gmail.com
Phone
+6285928918217
Journal Mail Official
rudyatmaja12398@gmail.com
Editorial Address
https://e-journal.usd.ac.id/index.php/Divinitas/about/editorialTeam
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual
ISSN : 29885434     EISSN : 29882311     DOI : 10.24071
Divinitas: Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual develops contextual Philosophical and Theological discourses in dialogue with sociological, anthropological, comparative religion, religious studies, historical, cultural and psychological perspectives and takes the diversity of Asian societies and cultures as its context. The journal is open to undergraduated student, graduated student and scholars from all religious backgrounds.
Articles 64 Documents
Kekerasan Perguruan Bela Diri di Dili, Timor Leste: “Politik Identitas Kaum Kapitalis dan Memicu Pergeseran Identitas” Paing, Reneldus Maryono; Lelono, Martinus Joko
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual Vol 1, No 2 (2023): Divinitas July
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/div.v1i2.6710

Abstract

Alteration and shift in society can affect the identity of every person and a group. One of the effect of the alteration that appears is in martial art sector in Dili, Timor Leste. Poverty, the low percentage of human resources and unemployment becomes the main problem. In addition, sly tricks that are rolled by the capitalism and elite politics also drag them into identity politics. This case causes massive violation among general society and the society that moves in martial art and this turns out into identity shift. This reality invites Church of Timor Leste to take part in preventing this case by creatingit as the media of mission and pastoral.AbstrakPerubahan dan pergeseran sosial masyarakat mempengaruhi identitas setiap manusia dan kelompok. Salah satunya tampak dalam perguruan bela diri di Dili, Timor Leste. Kemiskinan, rendahnya sumber daya manusia dan pengangguran menjadi penyebabnya. Selain itu, ada permainan dari para kaum kapital yang membawa mereka pada politik identitas sehingga menimbulkan kekerasan dan pergeseran identitas tersebut. Realitas ini mengundang Gereja Timor Leste untuk mengambil peran dalam mengatasi persoalan dengan menjadikan ini sebagai medan misi dan pastoral.
Pedro Arrupe Pribadi yang Bergantung pada Inisiatif Allah Christie, Jakobus Aditya
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual Vol 1, No 1 (2023): Divinitas January
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/div.v1i1.6586

Abstract

Sukacita adalah sesuatu yang dirindukan dan diidamkan di tengah krisis pandemi Covid 19 yang melanda seluruh manusia di dunia. Apakah sukacita masih dapat dialami di tengah krisis yang membuat manusia putus asa ? Untuk menjawab pertanyaan ini kiranya Kisah hidup Pedro Arrupe SJ yang hidup dalam masa krisis Perang Dunia II, dapat dijadikan inspirasi bagaimana manusia tetap dapat merasakan sukacita di tengah krisis. Pedro Arrupe adalah contoh pribadi yang sungguh mampu bergantung pada Allah. Jatuh cinta kepada Allah adalah syarat mutlak dan eksistensial. Arrupe tahu bahwa jalan menuju Allah dan untuk meraih sukacita sejati hanyalah dengan kerendahan hati untuk dibimbing oleh Allah.
Pewahyuan Allah dalam Perspektif Dei Verbum dan Kitab Suci Triwayudi, Gregorius Sigit; Kristiyanto, Nikolas
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual Vol 1, No 2 (2023): Divinitas July
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/div.v1i2.6712

Abstract

The Catholic Church has much understanding of the sources of their faith in God. One of them is revelation, it was believed that come  from God Himself. It contains communication between God and human. The understanding of revelation as a means of communicating the presence of God and all his righteousness aims to enable human to have faith in Him. The process of responding to God's revelation is called the process by which human has faith. Therefore, faith and revelation are inseparable from each other. Revelation makes people believe in God and faith makes people able to accept God in their lives. Revelation that is peculiar to the Catholic Church is very different from revelations according to common and other religious views. These revelations are delivered through Scripture, both in the Old Testament and in the New Testament, each of which has the same emphasis on revelation in different ways. Today one of the tasks of the Church is to participate in continuing God's revelation in daily life in various ways, certainly in today's all-digital world. Revelation in this digital world is often referred to as digital revelation.  God's revelation remains present in every age through His presence in the Church, which makes more and more people believe in Him.AbstrakGereja Katolik memiliki pemahaman yang mendalam tentang sumber-sumber iman mereka kepada Allah. Salah satunya adalah wahyu, yang diyakini berasal langsung dari Allah sendiri. Wahyu ini mengandung komunikasi antara Allah dan manusia. Pemahaman tentang wahyu sebagai sarana untuk menyampaikan kehadiran Allah dan segala keadilan-Nya bertujuan untuk memampukan manusia memiliki iman kepada-Nya. Proses merespons wahyu Allah disebut sebagai proses di mana manusia memperoleh iman. Oleh karena itu, iman dan wahyu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Wahyu membuat orang percaya kepada Allah, dan iman membuat orang mampu menerima Allah dalam hidup mereka. Wahyu yang khas bagi Gereja Katolik sangat berbeda dengan wahyu menurut pandangan umum dan agama lain. Wahyu-wahyu ini disampaikan melalui Kitab Suci, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, masing-masing dengan penekanan yang sama pada wahyu namun dengan cara yang berbeda. Hari ini, salah satu tugas Gereja adalah berpartisipasi dalam melanjutkan wahyu Allah dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai cara, terutama di dunia digital saat ini. Wahyu dalam dunia digital ini sering disebut sebagai wahyu digital. Wahyu Allah tetap hadir di setiap zaman melalui kehadiran-Nya dalam Gereja, yang membuat semakin banyak orang percaya kepada-Nya.
Teologi Migrasi: Subjek Perjumpaan Teologi bagi Kaum Migran di Indonesia Wibisono, Christian Fritz
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual Vol 1, No 1 (2023): Divinitas January
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/div.v1i1.6132

Abstract

AbstrakKaum migran seringkali menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan dalam pelbagai diskusi-diskusi tertentu. Kaum migran dengan segala ironi yang ada menjadi sebuah topik tersendiri untuk dijamah dan dirangkul dengan berbagai konteks yang ada. Salah satu media utama dalam merangkul kaum migran adalah teologi. Dalam hal ini, teologi diharapkan mampu merangkul kaum migran dengan segala keprihatinan yang mereka miliki. Teologi diharapkan tidak hanya sebatas pada perspektif teoritis saja tetapi juga mampu menyentuh harkat, martabat, situasi, perasaan kaum migran. Timbul suatu pertanyaan! Bagaimana bentuk teologi yang dapat merangkul kaum migran? Tulisan ini akan mencoba merumuskan sintesis tentang bentuk teologi yang dapat merangkul kaum migran dan menjawab sebuah pertanyaan dilematis tentang perlunya paradigma teologi ini di penjuru Nusantara.
Hagar, Batu yang Dibuang tetapi Dipilih oleh Allah Doki, Meylianus Rahayu
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual Vol 1, No 2 (2023): Divinitas July
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/div.v1i2.6748

Abstract

Women often get unfair treatment either by their own people or by men. But women have the strength to face all that. In this paper, the character raised is Hagar. He is a foreigner who enters and lives in the culture of the Israelites. She became a helper, wife and mother to Ishmael, Abraham's son. In her life story, her role as wife and mother for Ishmael did not make her rank rise. Instead, he was still treated as a slave by Sarai. This conflict between him and Sarai became a very important story in the history of the Israelites and the surrounding nations. This paper will provide a reflection on the role of God in their conflict. Even though he suffered God still remember Him. In fact, she was appointed as the mother of other nations.AbstrakWanita seringkali mendapatkan perlakuan tidak adil baik itu oleh kaumnya sendiri maupun oleh kaum lelaki. Namun wanita memiliki kekuatan untuk menghadapi semuanya itu. Dalam tulisan ini, tokoh yang diangkat adalah Hagar. Ia adalah orang asing yang masuk dan hidup dalam budaya bangsa Israel. Ia menjadi pembantu, istri sekaligus ibu bagi Ismael, anak Abraham. Dalam kisah hidupnya, peranannya sebagai istri dan ibu bagi Ismael tidak membuat derajatnya menjadi naik. Ia malahan tetap diperlakukan sebagai budak oleh Sarai. Konflik antara dirinya dan Sarai inilah yang menjadi cerita yang sangat penting dalam sejarah bangsa Israel dan bangsa sekitarnya. Tulisan ini akan memberikan refleksi tentang peranan Tuhan dalam pertikaian mereka. Walaupun ia menderita Tuhan tetap mengingat-Nya. Malahan ia diangkat menjadi ibu bagi bangsa lainnya.
D. T. Suzuki – ‘Misionaris’ Zen di Barat Mantiri, Andreas Aryono
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual Vol 1, No 1 (2023): Divinitas January
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/div.v1i1.6588

Abstract

Pemikiran Timur selalu diperdebatkan oleh para pemikir Barat terkait dapat atau tidaknya pemikiran Timur dikatakan sebagai filsafat. Dalam filsafat Barat, instrumen utama yang dijadikan alat untuk menyikapi realitas dan kebenaran adalah nalar yang bersumber dari akal pikiran dan indera. Pencarian yang radikal, luas dan sistematis dari filsafat Barat memakai akal pikiran dan pengamatan empiris. Sebaliknya, pemikiran Timur lebih mengutamakan penggunaan intuitif yakni hati atau rasa-perasaan karena di dalamnya memiliki unsur-unsur agama, tradisi-budaya, mistik dan kosmis yang kadang dianggap tidak rasional. Perbedaan mendasar tersebut tidak jarang menimbulkan dikotomi yang tak jarang sulit dipertemukan
Filsafat Ilmu: Moral dan Ilmu Nasution, Silvia Fauziah; Suherman, Wawan Sundawan; Nasrulloh, Ahmad; Nugroho, Sigit
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual Vol 1, No 1 (2023): Divinitas January
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/div.v1i1.5529

Abstract

Kaitan ilmu dan moral merupakan kontroversi yang tak pernah kunjung padam. Gejala ini menyebabkan kekacauan dan salah tafsir mengenai hakekat keilmuan serta kecurigaan dan ketidakpercayaan terhadap ilmuwan. Kontroversi yang berkepanjangan itu disebabkan oleh kaitan ilmu dan moral dibahas dari segi yang terlalu umum, dan bukan dari unsur-unsur yang membentuknya. Materi penelitian  berdasarkan penelitian pustaka, maka data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif dari berbagai sumber pustaka yang diolah dengan metode reflektif, dilengkapi dengan metode ’verstehen’.
Filsafat Taoisme Nefrindo, Oktavianus; Koli, Yovendi Mali
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual Vol 1, No 2 (2023): Divinitas July
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/div.v1i2.6814

Abstract

Taoist philosophy cannot be confused with other Eastern philosophical traditions. It is anti-system and has unique elements. Metaphysically, Taoism is monistic, with everything coming from the Dao or Tao. Ontologically, everything exists because it participates in the Tao, and its essence is within the Tao itself. Axiologically, Taoism values individual happiness achieved by harmonizing with the laws of nature. Ethically, Taoism sees the universe as originating from the Tao, and to return to the Tao, one must harmonize oneself with the rhythm of nature. Epistemologically, Taoism approaches truth with negativity, as the Tao cannot be expressed in human language. Institutionalized Taoism as a religion betrays its historical context stemming from the withdrawal of the individual from institutionalized society. Moreover, the theme of Yin and Yang in Taoism is often misunderstood as a strict dualism, whereas it only exists on a phenomenal level. It is this complexity of Taoism that this paper seeks to highlight.AbstrakFilsafat Tao tidak boleh disamakan dengan tradisi filsafat Timur lainnya. Filsafat ini bersifat anti-sistem dan memiliki unsur-unsur yang unik. Secara metafisik, Taoisme bersifat monistik, di mana segala sesuatu berasal dari Dao atau Tao. Secara ontologis, segala sesuatu ada karena berpartisipasi dalam Tao, dan esensinya terdapat dalam Tao itu sendiri. Secara aksialogis, Taoisme mengutamakan kebahagiaan individu yang dicapai melalui harmonisasi dengan hukum alam. Secara etis, Taoisme memandang alam semesta sebagai berasal dari Tao, dan untuk kembali ke Tao, seseorang harus menyelaraskan diri dengan ritme alam. Epistemologis, Taoisme mendekati kebenaran dengan sikap negatif, karena Tao tidak dapat diungkapkan dalam bahasa manusia. Taoisme yang diinstitusionalkan sebagai agama mengkhianati konteks historisnya yang berasal dari penarikan diri individu dari masyarakat yang diinstitusionalkan. Selain itu, tema Yin dan Yang dalam Taoisme sering disalahartikan sebagai dualisme yang ketat, padahal ia hanya ada pada tingkat fenomenal. Kompleksitas Taoisme inilah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini.
Peran Roh Kudus dalam Kehidupan Gereja dan Orang Beriman di Tengah Pandemi CoVid-19 Sutrimo, Kristinus
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual Vol 1, No 1 (2023): Divinitas January
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/div.v1i1.6603

Abstract

Hidup manusia zaman ini diliputi berbagai kesulitan dan penderitaan. Pandemi Covid-19 yang menjadi wabah di seluruh dunia merupakan contoh penderitaan yang dialami umat manusia. Menghadapi berbagai kesulitan akibat pandemi Covid-19 sebagai orang beriman diundang untuk membawa pengalaman kesulitan tersebut pada suatu refleksi bahwa Allah tidak akan membiarkan umat-Nya berjuang sendirian. Di tengah kesulitan dan penderitaan hidupnya, orang beriman diajak untuk tetap mampu mengalami kehadiran dan pertolongan Allah. Banyak yang belum sadar bahwa di tengah kesulitan dan penderitaan karena pandemi Covid-19 lahir banyak kebaikan yang tampak dari meningkatnya sikap solidaritas antara sesama manusia. Jika dilihat dari kacamata iman, sikap solidaritas yang tampak dari tindakan saling berbagi, saling mengasihi dan saling menolong sesama yang kesulitan secara ekonomi merupakan rahmat dan berkat yang diberikan Allah.
Menilik Pembabatan Hutan Liar Di Kalimantan Timur: Sebuah Studi Komparasi Etika Kesadaran Moral Agustinus Dan Lawrence Kohlberg Koten, Emannuel Gebi
Divinitas Jurnal Filsafat dan Teologi Kontekstual Vol 1, No 1 (2023): Divinitas January
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/div.v1i1.6135

Abstract

Fokus karya tulis ini adalah telaah filosofis terhadap sebuah studi komparasi Etika Kesadaran Moral Agustinus dan Kohlberg. Telaah ini ingin memberikan penjelasan secara mendalam mengenai pembabatan hutan liar. Pembahasan karya tulis ini berangkat dari realita hidup manusia di zaman sekarang secara khusus di Kalimantan Timur yang memiliki tendensi eksploitasi berlebihan dalam mengelola alam. Realita tersebut menunjukkan tidak adanya etika ekologis.Berdasar pada etika kesadaran moral Agustinus dan Kohlberg, tulisan ini dimaksudkan untuk melihat tentang tindakan eksploitasi alam yang terjadi di Kalimantan Timur. Alasan analisis moral ini dipakai tidak lain adalah karena tindakan eksploitasi terhadap alam yang menguntungkan hanya sebagian pihak ternyata juga menjadi alarm bagi masa depan generasi manusia dan semua ciptaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam krisis ekologi, terkait pula mereka yang terpinggirkan dalam kehidupan sosial. Oleh karenanya, menjaga lingkungan juga berarti menjaga diri sendiri dan generasi setelah kita.