cover
Contact Name
Sudikno
Contact Email
onkidus@gmail.com
Phone
+6281316350502
Journal Mail Official
redaksipgm@yahoo.com
Editorial Address
Grand Centro Bintaro Blok B2, Jl. Raya Kodam Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan 12320 Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research)
ISSN : 01259717     EISSN : 23388358     DOI : https://doi.org/10.36457
Core Subject : Health, Social,
Focus and Scope Penelitian Gizi dan Makanan is a journal developed to disseminate and discuss the scientific literature and other research on the development of health in the field of food and nutrition. This journal is intended as a medium for communication among stake holders on health research such asresearchers, educators, students, practitioners of Health Office, Department of Health, Public Health Service center, as well as the general public who have an interest in the matter. The journal is trying to meet the growing need to study health. Vision: Becoming a notable national journal in the field of food and nutritions towards a reputable international journal. Mission: Providing scientific communication media in food and nutritions research in order to advance science andtechnology in related fields. Organizes scholarly journal publishing in health research with an attempt to achieve a high impact factorin the development of science and technology.
Articles 597 Documents
NILAI BATAS BERAT LAHIR SEBAGAI PREDIKTOR KEJADIAN STUNTING PADA ANAK UMUR 6-23 BULAN DI INDONESIA Dwi Sisca Kumala Putri; Nur Handayani Utami
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 38 No. 1 (2015)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v38i1.4425.79-85

Abstract

ABSTRACTStunting reflected nutrition inadequacy in long-term period. Birthweight is one of the predictor of stunting. The objective of the study was to determine cut-off point of birthweight as a predictor of stunting in children aged 6-23 months in Indonesia and to assess the association of birthweight with stunting adjusted by confounders. The samples of this analysis were 6333 children aged 6-23 months, taken from Baseline Health Research 2013. The dependent variable was stunting. The independent variables was birthweight and the confounders werebirth length, age, sex, infectious diseases, mother’s and father’s education, mother’s and father’s occupation, economic status, mother’s stature, and place of living. Cut-off point of birthweight was determined by Relative Operating Characteristic Curve analysis. Odds Ratio and 95 percent confident interval was calculated by logistic regression. The result showed that birthweight 3150 grams or less could predict stunting in children aged 6-23 months (Se 56,2% and Sp 52,8%). Children with birth weight 3150 grams or less were 1,24 more likely to become stunting than children with birth weight 3150 grams or above. It is concluded althoughbirthweight was significantly associated with stunting but birthweight was not a strong predictor of stunting in Indonesia.Keywords: birth weight, stunting, toddlerABSTRAKKondisi stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu yang lama (kronis). Berat lahir merupakan salah satu prediktor kejadian stunting pada balita. Tulisan ini bertujuan untuk menentukan nilai batas berat lahir sebagai prediktor kejadian stunting pada anak umur 6-23 bulan yang lahir cukup bulan di Indonesia serta menilai hubungan antara berat lahir dan stunting setelah dikontrol variabel perancu. Sampelpada analisis ini ialah data sekunder 6333 anak 6-23 bulan yang lahir cukup bulan sampel Riset Kesehatan Dasar 2013. Variabel dependen ialah stunting dan variabel independen ialah berat lahir. Variabel perancu ialahpanjang lahir, jenis kelamin, umur, penyakit infeksi, pendidikan ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, status ekonomi, tinggi badan ibu, dan tempat tinggal. Nilai batas berat lahir ditentukan dengan analisis kurva Relative Operating Characteristic. Odds Ratio dan 95% Confident Intervals diperoleh dengan analisis regresi logistik. Hasil analisis menunjukkan berat lahir 3150 gram atau kurang dapat memprediksi kejadian stunting (Se 56,2% dan Sp 52,8%). Anak dengan berat lahir 3150 gram atau memiliki odds 1,24 kali untuk menjadi stunting dibandingkan dengan anak dengan berat lahir 3150 gram atau lebih. Dengan hasil ini disimpulkan bahwa walaupun berat lahir berhubungan signifikan dengan kejadian stunting, tetapi merupakan faktor prediktor yang lemah terhadap terjadinya stunting pada anak umur 6-23 bulan di Indonesia. [Penel Gizi Makan 2015, 38(1):79-85]Kata kunci: berat lahir, stunting, baduta
DISABILITAS PADA LANJUT USIA MENURUT STATUS GIZI, ANEMIA DAN KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI Sri Muljati; Agus Triwinarto; Yudi Kristanto
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4012.87-100

Abstract

ABSTRACTIt is estimated that Indonesian elderly population will increase to 10.14 percent of the total population in year of 2020 and 16.19 percent in 2030. The consequence of elderly (60 years old or above) will add more burden to government on health care program for this group. As the population grows older, the risk of disability and burden of desease in the population is increasing, therefore government should allocate more fund for health care. The objective this study is to assess association between nutritional status and anemia on elderly after controlled by age, sex, education, occupation, by multiple logistic regression test. The result showed that based on six models, elderly group age ≥70 years old had twice risk, elderly with malnutrition had 1.3 to 1.5 times risk, while the anemic elderly had 1.3-1.6 times risk to have physical disabilities of cognitive domain, mobility domain, personal care, friendship care, daily activities as well as participation. On the other hand, obese elderly had risk of 1,4 to experience disability in mobility domain. One of ways to prevent disability of elderly group is through improvement of nutritional status focusing on controlling of anemia, underweight and obesity.Keyword: disability, anemia, underweight, elderly ageABSTRAKSalah satu tantangan kependudukan di Indonesia yaitu meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang pada tahun 2010 berjumlah 18,037 juta jiwa (7,59%). Diperkirakan pada tahun 2020 menjadi 10,14 persen dan pada tahun 2030 mencapai 16,19 persen dari total penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk lansia mengakibatkan meningkatnya kebutuhan program kesehatan bagi lanjut usia. Konsekuensi tingginya prevalensi berbagai penyakit yang menjadi determinan terhadap disabilitas pada lansia dan masih tingginya prevalensi masalah gangguan gizi pada lansia memerlukan biaya tinggi untuk pemeliharaan kesehatan. Tulisan ini mengkaji hubungan antara status gizi, anemi terhadap disabilitas pada lansia setelah dikontrol oleh faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan melalui pemodelan dengan uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa berdasarkan enam pemodelan yang dihasilkan, lansia yang berusia ≥70 tahun memiliki risiko dua kali, lansia dengan status gizi kurus memiliki resiko 1,3 hingga 1,5 kali, lansia dengan anemia memiliki risiko 1,3 hingga 1,6 kali untuk mengalami disabilitas baik terhadap domain kognitif, mobilitas, perawatan diri, memelihara persahabatan, mengerjakan pekerjaan sehari-hari maupun partisipasi. Sedangkan lanjut usia dengan status gizi obesitas memiliki risiko 1,4 kali untuk mengalami disabilitas dalam domain mobilitas. Maka salah satu upaya untuk mencegah disabilitas pada lansia dapat dilakukan melalui perbaikan gizi pada lansia dengan prioritas mengatasi anemia, kurang gizi (underweight) dan obesitas. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 87-100]Kata kunci: disabilitas, anemi, kurang gizi (underweight), lanjut usia (lansia)
RIWAYAT KONSUMSI MAKANAN PENDERITA STROK YANG MASUK RUMAH SAKIT Basuki Budiman; M. Karyana; Sri Muljati
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4013.101-108

Abstract

ABSTRACTStroke is one of main contributing diseases to global death as well as in Indonesia. One of risk factors for stroke is food pattern while the post stroke food pattern affect on later survival. This study provided the food pattern of hospitalized stroke patient. Data were derived from Indonesia stroke registry 2011-2012 which covered 3999 patients from 17 main hospitals in Sumatera, Java, Bali and West Nusa Tenggara. Diagnosis of stroke followed ICD_X. A number 3401 out of 3999 patients were analyzed for the food pattern with complete data. Patients were interviewed for their food consumption using food frequency questionnaire (FFQ) method and then the result scored in five groups’ i.e. every day was scored by 30.4; if consumed 4-6 days in a week was scored 21.7; and 2-3 days and 1-3 in a week were scored by 8,70 and 2,40 respectively. Scored 1 for food consumption 1-2 or never consumed at all in last 3 months. Different pattern of frequency distribution of food consumption adjusted by gender failed to detect the different food pattern, but when the pattern adjusted by ethnic and food group and ever happened in previous stroke, the differences were found. Hemorrhagic stroke patients especially 65 years or over whom consumed high sweetened, salty, fatty and high content cholesterol more frequent than ischemic one. An in-depth study should be conducted to confirm the result.Keywords : food frequency, stroke registry, food patternABSTRAKStrok merupakan penyumbang kematian utama di dunia dan juga di Indonesia. Pola konsumsi makanan dipercaya sebagai faktor risiko terjadinya strok. Pola makanan pasca strok berpengaruh terhadap kemunculan strok berikutnya. Makalah ini menyajikan riwayat pola konsumsi makanan penderita strok yang masuk rumah sakit. Data penderita strok diperoleh dari registri strok tahun 2011-2012 dari 17 rumah sakit Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Sebanyak 3999 penderita didiagnosis mengikuti definisi strok ICD_X, namun sebanyak 3401 yang mempunyai data konsumsi makanan. Pola konsumsi diperoleh dengan wawancara dan menggunakan metode food frequency questionnaires (FFQ). Makanan dikelompokkan dalam sembilan jenis kelompok bahan makanan. Frekuensi makan dalam sebulan disandi 30,4 jika jenis makanan tertentu dikonsumsi setiap hari. Selanjutnya 21,7 jika 4-6 hari/minggu; 8,70 jika 2-3 hari/minggu; 2,40 jika 1-3 hari/minggu; 1 jika 1-2 hari/3 bulan atau tidak pernah. Distribusi konsumsi dianalisis menurut jenis kelamin, etnis, umur dan jenis strok. Pola distribusi frekuensi konsumsi sembilan kelompok makanan menurut gender ditemukan tidak berbeda, Namun menurut etnis, jenis dan riwayat strok berulang ditemukan berbeda. Penderita strok hemoragik terutama yang berusia 65 tahun atau lebih mengonsumsi lebih sering makanan dan minuman manis, asin, berlemak dan makanan mengandung kolesterol tinggi daripada penderita strok iskemik. Penelitian lebih mendalam diperlukan untuk konfirmasi pola makanan ini. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 101-108]Kata kunci: frekuensi makan, registri strok, pola konsumsi
HUBUNGAN PANJANG BADAN LAHIR TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12 BULAN Fitrah Ernawati; Sri Muljati; Made Dewi S; Amalia Safitri
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4014.109-118

Abstract

ABSTRACTGrowth retardation such as stunting among children under five years old in Indonesia was serious. Stunting have negative effects on mental development especially in children under five years old. We conducted a 24 months follow up study at 10 primary health care (Puskesmas) in Bogor District. Subjects of the study were children in their gestational stage which were followed up for 12 months after birth. The indicator of stunting was measured by Z-score of height for age (HAZ), while child development was assesed using Bailey’s test III. Spearman correlation is used in data analysis. The result of the study showed that 9.5 percent children were born with low birth weight (birth weight < 2500 gr) and stunted ( body length < 48 cm). There was an association between birth length and motoric as well as socio-emotional development since birth (0 month old) (rho=0,33; p=0,004 for motoric, and rho=0,244 ,p=0,036 for socio-emotion). On the other hand, significant correlation between birth length and linguistic development only showed up at one month old (rho=0,29, p=0,031 ), and the correlation with cognitive development showed up at two month old (rho=0,031,p=0,0011). The linguistic abilities of a stunted child were lower than that of a normal child. The duration of breast feeding also had a role in the development of these children. Length of child at birth has an effect on child development.Keywords: birth length, birth weight, child developmentABSTRAKPendek (stunting) adalah gangguan pertumbuhan pada anak balita di Indonesia yang perlu mendapat perhatian serius. Salah satu dampaknya adalah stunting, terutama pada anak usia kurang dua tahun yang mengakibatkan penurunan tingkat kecerdasan. Artikel ini menggunakan data penelitian yang dilakukan di 10 puskesmas di Kabupaten Bogor, selama 48 bulan dengan disain follow up study. Partisipan dalam penelitian ini adalah bayi yang diikuti mulai dari dalam kandungan sampai bayi berusia 12 bulan. Data yang diolah adalah data panjang badan, umur dan tingkat perkembangan. Data stunting didapatkan berdasarkan z-skor tinggi badan terhadap umur, sedangkan data perkembangan anak didapatkan mengguankan Bailey’s Test III. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 9,5 persen bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan 22 persen stunting. Nilai z-skor panjang badan terhadap umur pada bayi baru lahir berkolerasi dengan perkembangan motorik dan sosial emosi sejak bayi berumur nol bulan, yaitu rho=0,33; p=0,004 untuk motorik dan rho=0,244 dengan p=0,036 untuk sosial emosi. Sedangkan korelasi terhadap perkembangan bahasa baru tampak pada saat bayi berumur satu bulan yaitu rho=0,29 dengan p=0,031 dan korelasi terhadap perkembangan kognitif terjadi pada usia dua bulan rho=0,318 dengan p=0,011. Pada anak lahir stunting median perkembangan bahasa lebih rendah dibandingkan kelompok yang normal. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 109-118]Kata kunci : stunting, status gizi, perkembangan anak
STATUS GIZI IBU SEBELUM HAMIL SEBAGAI PREDIKSI BERAT DAN PANJANG BAYI LAHIR DI KECAMATAN BOGOR TENGAH, KOTA BOGOR: STUDI KOHOR PROSPEKTIF TUMBUH KEMBANG ANAK TAHUN 2012 - 2013 Anies Irawati; Salimar Salimar
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4015.119-128

Abstract

ABSTRACTWeight and length at birth are the good indicators to evaluate the possibility of survival, growth, and chronic disease as adults. This analysis aims to assess the effect of maternal nutritional status as pre-pregnant and pregnant on birth weight and length of infants at risk of chronic disease in adulthood. The design of this study was a prospective cohort, starting from pre pregnancy, during pregnancy until infant birth. Data analysis used multiple logistic regression. The result showed that 6 percent of infants birth weight <2500 g and 26.4 percent of infants birth weight to chronic disease risk (<3000 g). Approximately 30.1 percent of infants stunted at birth (<48 cm) and 62.6 percent infants at birth length <50 cm (standard WHO 2006). Mean of height pre-pregnancy is 151.9±5.6 cm and mean of body mass index (BMI) pre-pregnancy is 20.6±3.1 kg/m2. Maternal BMI pre-pregnancy is a major risk factor for birth weight infants < 3000 g after controlled by maternal height, weight gain during pregnancy, maternal age, parity, diarrhea, energy and protein intake and sex of the baby. Maternal height is a major risk factor for infant birth length (<50 cm) after controlled by pre-pregnant maternal BMI, maternal age, parity, weight gain during pregnancy, diarrhea, energy and protein intake. Conclusions, maternal nutritional status is a risk factor for pre-pregnant weight and birth length.Keywords: infant, birth weight, body mass index, length, maternalABSTRAKBerat dan panjang saat lahir merupakan indikator yang baik untuk melihat kemungkinan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan penyakit kronis ketika dewasa. Analisis ini bertujuan menilai pengaruh status gizi ibu ketika pra hamil dan hamil terhadap berat dan panjang bayi lahir yang berisiko pada penyakit kronis ketika dewasa. Disain penelitian adalah kohor prospektif sejak ibu pra hamil sampai bayi lahir. Studi kohor ini dimulai sejak tahun 2012 dan direncanakan berlanjut sampai tahun 2030. Data yang dianalisis adalah data tahun 2012 – 2013 pada 220 ibu dan bayi. Analisis data menggunakan regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa sekitar 6 persen bayi lahir dengan berat <2500 g dan 26,4 persen bayi lahir dengan berat <3000 g. Sekitar 30,1 persen bayi lahir pendek (<48 cm) dan 62,6 persen bayi lahir dengan panjang lahir <50 cm (standard WHO 2006). Rerata TB pra hamil 151,9±5,6 cm dan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pra hamil 20,6±3,1 kg/m2. IMT ibu pra hamil merupakan faktor risiko utama berat bayi lahir <3000 g setelah dikontrol variabel tinggi badan ibu, pertambahan berat badan selama hamil, umur ibu, paritas, sakit diare, konsumsi energi dan protein serta jenis kelamin bayi. Tinggi badan ibu merupakan faktor risiko utama panjang lahir <50 cm setelah dikontrol variabel IMT ibu pra hamil, umur ibu, paritas, pertambahan berat badan selama hamil, sakit diare, konsumsi energi dan protein. Status gizi ibu pra-hamil merupakan faktor risiko berat dan panjang bayi lahir. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 119-128]Kata kunci: bayi, berat lahir, indeks massa tubuh, panjang lahir, wanita hamil
RISIKO PENDIDIKAN IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA ANAK 6-23 BULAN Atikah Rahayu; Laily Khairiyati
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4016.129-136

Abstract

ABSTRACTMalnutrition constributes to underlying cause of death of Indonesian underfives chilren. One of the consequences of malnutrition in long time period is growth failure that is stunting. Low education of mother is important risk factor for stunting. The aimed of study was to confirm wether maternal education for child stunting in Banjarbaru. Crossectional design was implied to and 51 children aged 6-23 months old were enrolled in study, which run for three months in the year 2013. Maternal education was calculated by year complete of schooling and stunting was by z-score of height for age. Statistical test for data analysis used chi-square test with 95% confidence interval (CI). Result showed that there a significant association (p<0.05) between maternal education and incidence of stunting in children 6-23 months of age. Mother with low education level had 5,1 fold risk to have child stunting. The study confirmed that maternal education had an important risk to child stunting aged 6-23 months old at least in the study site.Keywords: children 6-23 months of age, maternal education, stuntingABSTRAKKekurangan gizi menjadi salah satu penyebab kematian balita di Indonesia. Konsekuensi kurang zat gizi dalam jangka waktu lama adalah gagal tumbuh. Pendidikan ibu yang rendah merupakan factor risiko yang penting pada pertumbuhan anak. Tujuan penelitian adalah mengkaji risiko tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada anak berumur 6-23 bulan. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan besar sampel 51 anak berumur 6-23 bulan. Penelitian dilakukan selama 3 bulan di Cempaka, Banjarbaru tahun 2013. Tingkat pendidikan ibu ditentukan dengan pendidikan formal yang telah diselesaikan, stunting ditentukan dengan indikator z-score untuk panjang badan menurut umur. Data dianalisis dengan uji chi-square dengan confidance interval (CI) 95%. Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang bermakna (p<0.05) antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Banjar baru. Ibu dengan tingkat pendidikan rendah berisiko 5,1 kali lebih besar memiliki anak stunting. Pendidikan ibu mempunyai peranan penting dalam kejadian stunting anak umur 6-23 bulan di Cempaka, Banjarbaru. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 129-136]Kata kunci: bawah dua tahun, tingkat pendidikan ibu, stunting
POTENSI ANTIOKSIDAN BERBAGAI SEDIAAN BUAH SIRSAK [ANONNA MURICATA LINN Prasetyorini Prasetyorini; Moerfiah Moerfiah; Sri Wardatun; Zaldy Rusli
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4017.137-144

Abstract

ABSTRACTSoursop is a potential source of antioxidant due to high vitamin C and poliphenol content. Antioxidant activity of three different preparations i.e. fruit juice, 96% ethanol extract, and ethyl acetate extract. The antiocdidant were measured by using 1.1-diphenyl-2 pycrihidrazyl (DPPH) radical solution. In addition, vitamin C and polyphenol content of each preparation were also measured. Polyphenol content as measured in gram Gallic Acid Equivalent (GAE)/100 g). Showed the fruit juice, 96% ethanol extract and ethyl acetate extract were 0,473, 0,324, and 0,194, respectively. Vitamin C content (mg/100 g) of these three preparations were 36.24, 30.56, and 35.66, respectively. The antioxidant activities (ppm) determined by IC50 showed fruit juice, 96% ethanol extract and ethyl acetate extract were 282.61 ppm, 660.08 and 480.26, respectively. There was strong correlation between vitamin C content and antioxidant activity, and between polyphenol content and antioxidant activities. In conclusion, the use of fruit juice as antioxidant source was better than ethyl acetate and ethanol 96% extract.Keywords: antioxidant activity, soursop (Annona muricata Linn), poliphenol, vitamin CABSTRAKSirsak memiliki potensi sebagai sumber antioksidan karena kandungan vitamin C dan polifenol yang cukup tinggi. Aktivitas antioksidan dari tiga sediaan sirsak yaitu sari buah, ekstrak etanol 96% dan ekstrak etil asetat. Pengujian antioksidan dilakukan dengan senyawa radikal 1,1-diphenyl-2-pycrilhidrazyl (DPPH). Selain diuji potensi antioksidannya, masing-masing bentuk sediaan juga diukur kadar vitamin C dan kadar polifenolnya. Hasil penelitian menunjukkan kandungan polifenol yang dihitung dalam gram Setara Asam Galat (SAG)/100 g) sari buah, ekstrak etanol 96% dan ekstrak etil asetat berturut-turut adalah 0,473; 0,324 dan 0,194 dan kandungan vitamin C (mg/100 g) berturut-turut adalah 36,24; 30,56, dan 35,66. Aktivitas antioksidan (ppm) yang ditunjukkan oleh nilai IC50, untuk sari buah, ekstrak etanol 96% dan ekstrak etil asetat berturut-turut adalah sebesar 282,61; 660,08 dan 480,26. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara kandungan vitamin C dengan aktivitas antioksidan, dan kadar polifenol dengan aktivitas antioksidan. Pemanfaatan buah sirsak sebagai antioksidan lebih baik menggunakan sediaan sari buah daripada ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol 96%. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 137-144]Kata kunci: aktivitas antioksidan, buah sirsak (Annona muricata Linn), polifenol, vitamin C
KAJIAN CEMARAN LOGAM BERAT TIMBAL DARI KEMASAN KERTAS BEKAS KE DALAM MAKANAN GORENGAN Iis Siti Suwaidah; Nana Sutisna Achyadi; Wisnu Cahyadi
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4018.145-154

Abstract

ABSTRACTThe function of packaging is to protect food from contamination that can disrupt, harm and endanger human health. Packaging material could contain dagerous substances such as lead, that could migrate into the food, and consumed by human. Migration test is intended to ensure food safety by controlling the migration rate of unwanted compounds from the packaging into the food. The purposes of the study were to determine lead metal content migrated from packaging made of waste paper into fried foods and to define the model of migrating reaction and and the rate of release. The method of the study were kinetics reaction method using Arrhenius equation and lead analysis method using Atomic Absorption Spectrophotometer. The results showed that there was a number of metallic lead migrated from simulation packaging paper into the simulation fried foods. Increasing temperature and storage time, correspond to the lead levels leached from the packaging increased and showed a linear relationship between storage time and the release. The realising rate of lead agree with first order of kinetics reaction, the plot of the number of lead released toward time produced a straight-line. The constant (K) of lead releasing rate in average was 4.97 x 10-3 ppm / min with an activation energy (Ea) of 3775.3 cal mol-1K-1.Keywords: lead, used paper packaging, fried foodsABSTRAKFungsi pengemasan pada makanan antara lain untuk melindungi makanan dari kontaminasi yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Bahan pengemas dapat mengandung senyawa berbahaya seperti logam berat timbal yang dapat mencemari makanan, dan dikonsumsi oleh manusia. Uji cemaran ditujukan untuk memastikan keamanan makanan dengan cara mengontrol laju masuk senyawa yang tidak dikehendaki dari kemasan ke dalam makanan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan kadar logam timbal yang terikut dari kemasan kertas bekas ke dalam makanan gorengan serta menentukan model reaksi pelepasan dan laju pelepasan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kinetika reaksi melalui persamaan Arrhenius dan metoda analisis penentuan timbal menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sejumlah logam timbal yang terlepas atau berpindah dari kemasan kertas simulasi ke dalam makanan gorengan simulasi. Dengan bertambahnya suhu dan waktu penyimpanan, kadar timbal yang terlepas semakin meningkat dan menunjukkan adanya hubungan yang linier antara waktu penyimpanan dengan pelepasan. Laju pelepasan timbal mengikuti kinetika reaksi orde satu, plot antara jumlah pelepasan timbal terhadap waktu penyimpanan diperoleh garis lurus. Konstanta laju pelepasan timbal (K) rerata sebesar 4,97 x 10-3 ppm/menit dengan energi aktivasi (Ea) sebesar 3775,3 kal mol-1K-1. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 145-154]Kata kunci: timbal, kemasan kertas bekas, makanan gorengan
KERUGIAN FINANSIAL AKIBAT KECACINGAN: STUDI DI KABUPATEN NUNUKAN Liestiana Indriyati; Lukman Waris; Erna Luciasari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4019.155-160

Abstract

ABSTRACTHelminthiasis is one cause of nutritional anemia that impairs cognitive function, productivity and physical growth and development of children. This paper discuss the nutritional and financial losses caused by the helminthiasis. This study was observational research using cross-sectional design. The population were all primary school children in Nunukan, the number of sample were 1126 school age children enrolled in nine primary health centers working area (Nunukan, Sedadap, Setabu, Sungai Nyamuk, Aji Kuning, Sembakung, Pembeliangan, Mansalong and Sanur) during March to December 2010. Ascaris lumbricoides consume carbohydrates as much as 0.14 g/worm/day and 0.035 g protein/day. While Trichuris trichiura fed on blood as much as 0,005 cc/ worm/day and Hookworm as much as 0.2 cc/worm/day. The price of carbohydrates assumed to be the rice price Rp.7.199,49/kg, the price of protein assumed to be beef price Rp.30.000/kg and blood Rp.250.000/pack 250cc (Rp.1000/cc). The results showed that prevalence of ascariasis was 10.3 percent, trichuriasis 8.97 percent and hookworm 2.93 percent . Based on the calculation of nutrients and financial losses, during 2010 Nunukan suffered loss of carbohydrate of 2068.9 kg/year worth Rp. 14.895.075,- , protein loss of 517.23 kg/year worth Rp.32.530.588,- , and blood loss amounted to 1,220,241.17 cc/year worth Rp.1.220.241.100,- the total financial losses due to helminthiasis amounted to Rp.1.276.666.763,-.Keywords : helminthiasis,nutrition, financial disadvantageABSTRAKKecacingan disebabkan oleh infestasi cacing parasit merupakan salah satu penyebab anemia gizi, dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan, produktivitas, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental anak-anak. Kecacingan juga menyebabkan gangguan kemampuan belajar, dan dalam jangka panjang akan berakibat menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tulisan ini membahas tentang perhitungan kerugian nutrisi dan finansial yang diakibatkan oleh penyakit kecacingan dengan contoh Kabupaten Nunukan sebagai model. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain rancangan potong lintang (cross sectional). Populasi adalah seluruh anak sekolah dasar di Kabupaten Nunukan. Sampel adalah 1126 anak sekolah dasar terpilih di 9 wilayah kerja puskesmas (Nunukan, Sedadap, Setabu, Sungai Nyamuk, Aji Kuning, Sembakung, Pembeliangan, Mansalong dan Sanur) pada bulan Maret-Desember 2010. Hasil pemeriksaan mendapatkan bahwa persentase penderita ascariasis 10,3 persen, trichuriasis 8,97 persen dan penderita hookworm 2,93 persen. Ascaris lumbricoides merampas karbohidrat sebanyak 0,14 gram/ekor/hari dan protein 0,035 gram/ekor/hari. Sedangkan Trichuris trichiura menghisap darah sebanyak 0,005 cc/ekor/hari dan cacing Hookworm menghisap darah sebanyak 0,2 cc/ekor/hari. Perhitungan dalam rupiah, karbohidrat di asumsikan seharga beras Rp. 7.199,49/kg, protein seharga daging sapi Rp. 62.894,25/kg dan darah seharga Rp. 250.000/kantong isi 250cc (Rp.1000/cc). Berdasarkan perhitungan maka didapatkan kerugian nutrisi dan finansial yang dialami oleh Kabupaten Nunukan selama tahun 2010 adalah kerugian karbohidrat sebesar 2.068,9 kg/tahun senilai Rp. 14.895.075,- kerugian protein sebesar 517,23 kg/tahun senilai Rp. Rp 32.530.588,-, kerugian darah sebesar 1.220.241,17 cc /tahun senilai Rp.1.220.241.100,- maka total kerugian financial akibat kecacingan adalah sebesar Rp.1.276.666.763,-. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 155-160]Kata kunci : kecacingan, nutrisi, kerugian finansial
PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA: STUDI PADA TIKUS WISTAR DENGAN DIET TINGGI LEMAK Asmarita Jasda; Winarto Winarto; Tri Nur Kristina
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4020.160-167

Abstract

ABSTRACTObesity is one of several causes of infertility in men, this accurs because off changes lifestyle, accurring in the diet. Consuming foods high in cholesterol and fatty foods can trigger obesity. High-fat diet can increase the production of free radicals that have a negative impact on the quality and amount of sperm motility. Virgin Coconut Oil contains lauric acid and polyphenols, which can capture free radicals. Objective of this study was to prove that Virgin Coconut Oil administration might increase the number and motility of spermatozoa in Wistar rats with high-fat diet (HFD). The study using Randomized Posttest Only Control Group Design. Thirty male Wistar rats aged 2 months and weighing 150-200 grams were divided into 5 groups: negative control (normal diet), positive control (HFD), first treatment group (HFD with VCO 1 ml/day), second treatment group (HFD with VCO 1.2 ml /day), and third treatment group (HFD with VCO 2 ml/day). The mean number of sperm in three treatment groups increase compared to the positive control group (375 million/ml), P1 (566.67 million/ml), P2 (510 million/ml) and P3 (500 million/ml), however statistically was went significant (p = 0.1). The mean percentage of sperm motility in the 3 treatment groups increase compared to the positive control group, P1 (43.33%), p2 (36%) and P3 (32.50%). however, statistically was not sinificant (p = 0.2). Virgin Coconut Oil cannot increase the number and motility of spermatozoa in male Wistar rats with hig-fat diet (p > 0.05).Keywords: high fat diet, virgin coconut oil, sperm number, sperm motilityABSTRAKSalah satu penyebab infertilitas pada pria adalah obesitas, ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, terjadi pada pola makan. Mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi dan berlemak dapat mencetuskan terjadinya obesitas. Diet tinggi lemak dapat meningkatkan produksi radikal bebas yang dapat berdampak buruk pada kualitas jumlah dan motilitas spermatozoa. Virgin coconut oil (VCO) mengandung asam laurat dan polifenol yang memiliki fungsi menangkap radikal bebas sehingga diharapkan mampu meningkatkan jumlah dan motilitas spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian virgin coconut oil dalam meningkatkan Jumlah dan motilitas spermatozoa pada tikus Wistar yang diberi diet tinggi lemak (DTL). Penelitian menggunakan Posttest Only Randomized Control Group Design. Tiga puluh tikus jantan Wistar umur 2 bulan dan berat 150-200 gram, dibagi menjadi 5 kelompok: kontrol negatif (pakan normal), kontrol positif (DTL), perlakuan I dengan DTL dan VCO 1 ml/hari, perlakuan II VCO 1,2 ml/hari dan perlakuan III VCO 2 ml/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata jumlah spermatozoa pada 3 kelompok perlakuan menunjukkan peningkatan dibanding kelompok kontrol positif (375 jt/ml), P1(566,67jt/ml), P2 (510 jt/ml) dan P3 (500 jt/ml). Analisis uji statistik untuk rerata jumlah spermatozoa pada semua kelompok tidak berbeda bermakna (p=0,1). Rerata presentase motilitas spermatozoa pada tiga kelompok perlakuan juga menunjukkan peningkatan dibanding kelompok kontrol positif, P1 (43,33%), P2 (36%) dan P3 (32,50%). Namun uji statistik tidak bermakna (p=0,2). Pemberian VCO tidak dapat meningkatkan jumlah dan motilitas spermatozoa pada tikus jantan Wistar yang diberi diet tinggi lemak (p > 0.05). [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 161-167]Kata kunci : diet tinggi lemak, virgin coconut oil, jumlah motilitas spermatozoa

Page 5 of 60 | Total Record : 597


Filter by Year

1971 2024


Filter By Issues
All Issue Vol. 47 No. 2 (2024): PGM VOL 47 NO 2 TAHUN 2024 Vol. 47 No. 1 (2024): PGM VOL 47 NO 1 TAHUN 2024 Vol. 46 No. 2 (2023): PGM VOL 46 NO 2 TAHUN 2023 Vol. 46 No. 1 (2023): PGM VOL 46 NO 1 TAHUN 2023 Vol. 45 No. 2 (2022): PGM VOL 45 NO 2 TAHUN 2022 Vol. 45 No. 1 (2022): PGM VOL 45 NO 1 TAHUN 2022 Vol. 44 No. 2 (2021): PGM VOL 44 NO 2 TAHUN 2021 Vol. 44 No. 1 (2021): PGM VOL 44 NO 1 TAHUN 2021 Vol. 43 No. 2 (2020): PGM VOL 43 NO 2 TAHUN 2020 Vol. 43 No. 1 (2020): PGM VOL 43 NO 1 TAHUN 2020 Vol. 42 No. 2 (2019): PGM VOL 42 NO 2 TAHUN 2019 Vol. 42 No. 1 (2019): PGM VOL 42 NO 1 TAHUN 2019 Vol. 41 No. 2 (2018): PGM VOL 41 NO 2 TAHUN 2018 Vol. 41 No. 1 (2018): PGM VOL 41 NO 1 TAHUN 2018 Vol. 40 No. 2 (2017) Vol. 40 No. 1 (2017) Vol. 39 No. 2 (2016) Vol. 39 No. 1 (2016) Vol. 38 No. 2 (2015) Vol. 38 No. 1 (2015) Vol. 37 No. 2 (2014) Vol. 37 No. 1 (2014) Vol. 36 No. 2 (2013) Vol. 36 No. 1 (2013) Vol. 35 No. 2 (2012) Vol. 35 No. 1 (2012) Vol. 34 No. 2 (2011) Vol. 34 No. 1 (2011) Vol. 33 No. 2 (2010) Vol. 33 No. 1 (2010) Vol. 32 No. 2 (2009) Vol. 32 No. 1 (2009) Vol. 31 No. 2 (2008) Vol. 31 No. 1 (2008) Vol. 30 No. 2 (2007) Vol. 30 No. 1 (2007) Vol. 29 No. 2 (2006): PGM VOL 29 NO 2 Desember Tahun 2006 Vol. 29 No. 1 (2006) Vol. 28 No. 2 (2005) Vol. 28 No. 1 (2005) Vol. 27 No. 2 (2004) Vol. 27 No. 1 (2004) Vol. 26 No. 2 (2003) Vol. 26 No. 1 (2003) Vol. 25 No. 2 (2002) Vol. 25 No. 1 (2002) JILID 24 (2001) JILID 23 (2000) JILID 22 (1999) JILID 21 (1998) JILID 20 (1997) JILID 19 (1996) JILID 18 (1995) JILID 17 (1994) JILID 16 (1993) JILID 15 (1992) JILID 14 (1991) JILID 13 (1990) JILID 12 (1989) JILID 11 (1988) JILID 10 (1987) JILID 9 (1986) JILID 8 (1985) Vol. 6 (1984): JILID 6 (1984) JILID 7 (1984) Vol. 5 (1982): JILID 5 (1982) JILID 4 (1980) JILID 3 (1973) JILID 2 (1972) JILID 1 (1971) More Issue