cover
Contact Name
Achmad Zainal Arifin, Ph.D
Contact Email
achmad.arifin@uin-suka.ac.id
Phone
+6281578735880
Journal Mail Official
sosiologireflektif@uin-suka.ac.id
Editorial Address
Laboratorium Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Jl. Adisucipto 1, Yogyakarta, Indonesia, 55281
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Sosiologi Reflektif
ISSN : 19780362     EISSN : 25284177     DOI : https://doi.org/10.14421/jsr.v15i1.1959
JSR focuses on disseminating researches on social and religious issues within Muslim community, especially related to issue of strengthening civil society in its various aspects. Besides, JSR also receive an article based on a library research, which aims to develop integrated sociological theories with Islamic studies, such as a discourse on Prophetic Social Science, Transformative Islam, and other perspectives.
Articles 282 Documents
EXPLORING REPRODUCTIVE HEALTH RIGHTS: UNDERSTANDING OF HIGHLY EDUCATED WOMEN PARTICIPATING IN THE FAMILY PLANNING PROGRAM IN INDONESIA Hendrawan, Rio Budi; Arsi, Antari Ayuning
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol. 18 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v18i1.2948

Abstract

The family planning program, originally established to address the high birth rate in Indonesia, introduced additional challenges by requiring women to participate as family planning acceptors. The imposition of this condition ultimately leads to gender inequity in society due to the reproductive responsibility borne by women. This study seeks to elucidate the understanding and satisfaction of reproductive health rights among highly educated women who have chosen family planning. The research employed a qualitative methodology, utilizing exploratory in-depth interviews as the primary means of data gathering. The findings of this study indicate a deficiency in the informants' understanding of reproductive health and their rights pertaining to reproductive health. The realization of informants' reproductive health rights has not been fully achieved. The findings of this study suggest that gender inequality persists as women continue to bear the whole burden of reproductive responsibilities within the family, mostly owing to limited access to education and the perpetuation of societal prejudices.Program KB (Keluarga Berencana) yang sejatinya muncul sebagai respon atas tingginya angka kelahiran di Indonesia justru menimbulkan permasalahan baru dengan ditetapkannya perempuan sebagai akseptor KB. Penetapan ini akhirnya menciptakan ketidakadilan gender dalam masyarakat karena beban reproduksi yang diemban oleh perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pengetahuan dan pemenuhan hak kesehatan reproduksi perempuan akseptor KB yang berpendidikan tinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam yang bersifat eksploratif. Hasil dari penelitian ini adalah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan hak kesehatan reproduksi informan masih kurang. Pemenuhan hak kesehatan reproduksi informan juga belum terpenuhi secara maksimal. Dari hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa  ketidakadilan gender masih terjadi karena peran reproduksi dalam keluarga sepenuhnya masih dipegang oleh perempuan yang disebabkan kurangnya edukasi dan stereotipe yang berkembang dalam masyarakat.
SPIRITUAL TRANSFORMATION: A RELIGIOUS PERSPECTIVE FOR ADDRESSING GANGSTERISM THROUGH THE PRACTICES OF PADEPOKAN SAPU JAGAT EAST JAVA Fadillah, Annisa; Arief, Dwi; Trianti, Rani; Pradana, Dhiyaa Rifqi; Azis, Abdul
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol. 18 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v18i1.2955

Abstract

The prevention and management of social issues that are considered normal are addressed using legal methods, such as implementing social penalties and legal-formal penalties through the court system. This study aims to propose a religious perspective as a means of addressing gangsterism. The research aims to elucidate the application of spiritual principles by the social institution, Padepokan Sapu Jagat, to those who have previously engaged in thuggery. This study employs a qualitative approach through the use of a case study methodology. Data gathering strategies were carried out in three ways, namely: 1) Firstly. The methods employed include the utilization of visual media such as photographs and movies, as well as direct observation at Padepokan Sapu Jagat Sukabumi. Conducted semi-structured interviews with 5 administrators of hermitages and 9 individuals who were previously involved in acts of thuggery. The findings indicated that Padepokan Sapu Jagad used the practice of pencak silat, which encompasses spiritual principles, as a method of exerting social influence over former delinquents. The spiritual ideals are derived from the Qur'an and Hadith, aiming to facilitate a constant transformation in the social conduct of former criminals.Pencegahan dan penanganan masalah sosial normatif dilakukan melalui pendekatan hukum, seperti pemberian sanksi sosial dan sanksi legal-formal melalui proses lembaga peradilan. Penelitian ini bermaksud menawarkan pendekatan relijius sebagai salah satu upaya untuk menangani premanisme. Fokus dari studi adalah mendeskripsikan bagaimana institusi sosial yakni Padepokan Sapu Jagat menerapkan nilai-nilai spiritual kepada mantan pelaku premanisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1). Dokumentasi dalam bentuk foto dan video; 2) observasi ke Padepokan Sapu Jagat Sukabumi; dan 3). Wawancara semi terstruktur ke 5 pengurus padepokan dan 9 mantan pelaku aksi premanisme. Hasil penelitian menunjukan bahwa Padepokan Sapu Jagad menggunakan pencak silat yang memiliki muatan nilai-nilai spiritual sebagai sarana kontrol sosial para mantan preman. Nilai-nilai spiritual ini diambilkan dari teks Al Quran dan Hadist (perkataan Nabi Muhammad) dengan tujuan agar mantan preman dapat secara konsisten merubah perilaku sosial mereka.
THE TRANSFORMATION OF RELIGIOUS AUTHORITY IN THE ERA OF NEW MEDIA: ANALYZING DISPARITIES IN OPPORTUNITIES BETWEEN FEMALE AND MALE ULAMA IN THE NAHDLATUL ULAMA ONLINE MEDIA Ma'rufah, Hafidhoh
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol. 18 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v18i1.2956

Abstract

The advent of new media has altered the conventional religious authority. Nahdlatul Ulama, one of Indonesia's established religious groups, has been somewhat delayed in harnessing new media platforms, such as its YouTube channel and NU Online website, to disseminate Islamic ideals. Regrettably, NU Online only offers platforms dedicated to the exploration of women's concerns, with female researchers serving as the primary sources of knowledge. This study aims to elucidate the reasons behind the disparity in opportunities between female professors and their male counterparts in the NU media sphere. The study employed a qualitative netnography methodology and examined the data through the lens of Peter L. Berger's Social Construction theory. The findings indicate that the prevailing stereotype of women, namely the perception that women are only supplementary to males, leads to a disparity in the allocation of resources between female and male priests at NU. Female priests, with diverse knowledge and educational capital, should rightfully be recognized as authoritative figures in the realm of religion.Munculnya new media membuat otoritas keagamaan tradisional mengalami pergeseran. Nahdlatul Ulama sebagai salah satu organisasi keagamaan tradisional di Indonesia sedikit terlambat memanfaatkan new media untuk menyebarkan nilai-nilai Islam melalui kanal youtube dan website NU Online. Sayangnya, website NU Online hanya memberi ruang-ruang yang membahas persoalan perempuan saja yang diisi oleh ulama perempuan sebagai narasumber. Penelitian ini mencoba mengungkap kenapa ulama-ulama perempuan ini tidak mendapat kesempatan seluas ulama laki-laki di ruang media NU. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif netnografi dan dianalisis dengan teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stereotype terhadap perempuan, yakni bahwa perempuan hanya dipandang sebagai pelengkap laki-laki, menyebabkan positioning ulama perempuan NU belum mendapat porsi yang seimbang dengan ulama laki-laki. Ulama perempuan dengan berbagai modal pengetahuan dan pendidikan sebetulnya layak diposisikan sebagai pihak yang otoritatif dalam keagamaan.
CULTIVATING MODERATION: AN EXAMINATION OF LOLO TAU IN THE TALLU LOLONA PHILOSOPHY FOR RELIGIOUS MODERATION EDUCATION IN THE TORAJA COMMUNITY Welem, Theofilus
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol. 18 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v18i1.2958

Abstract

The presence of many beliefs and practices in society necessitates the inclusion of moderation education as a crucial component in individuals' lives, with one approach being the incorporation of local knowledge. This is crucial for fostering social cohesion. This dissertation examines and presents an overview of a specific aspect of the Tallu Lolona philosophy, specifically Lolo Tau, as a means of imparting religious moderation instruction in the lives of the diverse Toraja community. The research methodology employed is descriptive qualitative, namely in the form of a literature review. The findings indicated that the significance of Lolo Tau in the Tallu Lolona philosophy represents a cultural value derived from indigenous knowledge, which may serve as a foundation for imparting religious moderation instruction. The reason for Lolo Tau's reflection of lofty human qualities, such as compassion, honesty, and generosity, is derived from his own character, as well as from other individuals, ancestors, spirits, and the surrounding natural environment. The duty to preserve concord with other people is indissoluble from a duty to the Creator. The findings of this study suggest that religious moderation education should not just rely on interfaith dialogue or religious organizations, but may also be enhanced by including the positive qualities found in local wisdom.Pluritas dalam kehidupan sosial keagamaan memerlukan pendidikan moderasi sebagai sebuah bagian penting untuk ditanamkan dalam kehidupan masyarakat, salah satunya melalui kearifan lokal. Hal ini penting sebagai bagian untuk menciptakan harmonisasi sosial. Tulisan ini menganalisis serta memberikan gambaran mengenai salah satu bagian dari falsafah Tallu Lolona yaitu Lolo Tau sebagai sumber pendidikan moderasi beragama dalam kehidupan masyarakat Toraja yang plural. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif berupa studi Pustaka. Hasil penelitian menujukkan bahwa nilai Lolo Tau dalam falsafah Tallu Lolona merupakan suatu nilai budaya kearifan lokal yang dapat digunakan sebagai sumber pendidikan moderasi beragama. Hal ini  karena Lolo Tau merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi, yaitu kebaikan, keikhlasan, dan kemurahan hati yang berasal dari dirinya, sesame manusia, nenek moyang, roh-roh dan alam di sekitarnya. Kewajiban menjaga keharmonisan dengan sesama manusia ini tidak terlepas dari sebuah tanggungjawab terhadap Sang Pencipta. Berdasarkan hasil penelitian ini, harapannya pendidikan moderasi beragama tidak hanya dilakukan melalui dialog antar agama ataupun melalui insitusi keagamaan, namun juga dapat diperkuatkan dengan menggunakan nilai-nilai kebaikan yang ada dalam kearifan lokal.
TRANSFORMATIVE SHIFTS IN RELIGIOUS AFFILIATION: ANALYZING SOCIAL RESPONSES TO USTAZ HANAN ATTAKI'S TRANSITION FROM INDIVIDUAL AUTHORITY TO NAHDLATUL ULAMA (NU) MEMBERSHIP IN INDONESIA MD, Moh Muafiqul Khalid
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol. 18 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v18i1.2963

Abstract

Religious social actors exert significant influence in disseminating their ideas to the public. The people has responded to the movement in religious organisation allegiance from Ustaz Hanan Attaki (UHA) to NU. The objective of this study is to examine the reaction to UHA's shift in religious affiliation, focusing on its impact on Indonesian millennials, who constitute a significant portion of its fan base, as well as the underlying reasons behind this transition. The study employed a qualitative methodology, utilising data retrieval techniques on popular social media platforms such as Instagram and Youtube. The author contends that this shift in affiliation direction demonstrates the robustness of traditional religious authority in Indonesia, where religious actors such as ustaz wield significant influence over societal religious transformation. The results suggest that UHA joined NU with the intention of broadening her activity in preaching the notion of hijrah. By affiliating with NU, he saw a chance to mitigate the past resistance encountered in East Java. This action ultimately elicited both positive and negative reactions from UHA followers on the internet, but it did not demonstrate any signs of causing conflict or exerting influence on the decision to alter UHA's religious affiliation.Aktor sosial keagamaan memegang peranan penting dalam mempromosikan ideologi mereka kepada khalayak. Fenomena bergesernya afiliasi ormas keagamaan dari sosok Ustaz Hanan Attaki (UHA) ke NU telah menimbulkan sejumlah respon dari masyarakat. Penelitian ini bermaksud untuk menganalis respon perubahan afiliasi keagamaan UHA sebagai actor yang sangat popular khususnya di kalangan milineal Indonesia dan apa motif dibalik perubahan afiliasi tersebut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui penelusuran data-data di sosial media seperti Instagram dan Youtube. Penulis berargumen bahwa perubahan arah afiliasi ini menunjukkan kekuatan otoritas tradisional keagamaan di Indonesia, dimana actor keagamaan seperti ustaz menjadi tokoh yang sangat berpengaruh dalam perubahan sosial keagamaan di masyarakat. Hasil mengindikasikan bahwa UHA bergabung ke NU karena ingin memperluas lahan garap konsep hijrah dalam dakwahnya, dengan bergabung ke NU ada peluang untuk mereduksi penolakan dakwahnya yang pernah terjadi sebelumnya di Jawa Timur. Perpindahan ini pada akhirnya memunculkan respon pro dan kontra di kalangan netizen pengikut UHA, namun demikian tidak menunjukkan adanya indikasi konflik maupun pengaruh atas keputusan perubahan afiliasi keagamaan UHA.
UNVEILING THE DIVERGENT NEEDS IN THE QUEST FOR RESOLUTION: A SOCIOLOGICAL ANALYSIS OF THE 2016 DISPUTE BETWEEN THE ISLAMIC JIHAD FRONT AND ST. JAMES ALFEUS CHURCH IN YOGYAKARTA, INDONESIA Aditya, Refan
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol. 18 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v18i1.2965

Abstract

In 2016, the Islamic Jihad Front (FJI) organized a demonstration against the installation of a monumental statue depicting the face of Jesus at St. James Alfeus Church, located in Sendangsari Village, Bantul, Yogyakarta Special Region, Indonesia. Despite the occurrence of this event some years ago, it is crucial to pursue a theoretical framework for analyzing this interfaith conflict in the field of Sociology of Religion. In light of this requirement, the objective of this study is to reassess the dispute between FJI and St. James Alfes Church by employing an onion clone conflict analysis that specifically examines the stances, desires, and requirements of both entities, namely the church and FJI. The research was undertaken using a process-tracing technique to gather extensive data on the causes and mechanisms of the dispute. The analytical results indicate that the disagreement did not facilitate integration due to FJI's refusal to comply with the requests of St. Yaobus Alfeus Church. Conversely, each participant possesses distinct demands and interests that are not mutually comprehensible, hence reducing the likelihood of integration. This study suggests that effectively addressing interfaith disputes may be achieved by identifying and comprehending the individual needs of each participant involved.Pada 2016 lalu, Front Jihad Islam (FJI) menggelar aksi memprotes pendirian patung besar wajah Yesus di Gereja St. Yakobus Alfeus, Desa Sendangsari, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Meskipun peristiwa ini telah terjadi beberapa tahun silam, namun upaya untuk terus mencari kerangka teoritik untuk ‘membaca’ konflik lintas agama ini menjadi kebutuhan dalam studi Sosiologi Agama. Berdasarkan kebutuhan ini, penelitian ini bertujuan untuk membaca ulang konflik FJI dengan Gereja St. Yakobus Alfes melalui the onion clonflict analysis yang berfokus pada posisi, kepentingan, dan kebutuhan kedua belah pihak, yaitu gereja dan FJI. Penelitian ini dilakukan melalui process-tracing approach untuk mendapatkan data yang komprehensif tentang apa dan bagaimana konflik tersebut terjadi. Hasil analisis menunjukkan bahwa konflik tidak memunculkan peluang integrasi karena tidak diterimanya tuntutan dari FJI kepada Gereja St. Yaobus Alfeus. Pada sisi lain, masing-masing pihak memiliki kebutuhan dan kepentingan masing-masing yang tak bisa dipahami satu sama lain sehingga semakin memperkecil peluang integrasi. Penelitian ini selanjutnya memberikan rekomendasi bahwa penyelesaian konflik lintas agama dengan mengungkap masing-masing kebutuhan antar aktor akan berfungsi apabila kebutuhan tersebut dipahami dengan baik oleh masing-masing pihak.
IMPLEMENTATION OF KUNTOWIJOYO'S PROPHETIC SOCIAL SCIENCES AS AN APPROACH TO RECONSTRUCT THE INTERPRETATION OF THE QUR’ANIC VERSES OF THE STORY OF IBRAHIM Daib Insan Labib, Muhammad Alfreda; Nurhaedi, Dadi
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol. 18 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v18i1.2967

Abstract

This study explores the utilization of Kuntowijoyo's concept of Prophetic Social Science as a method for comprehending the verses of the Qur'an. The passages in question pertain to the narrative of Abraham engaging in dialogue with different interlocutors. This study addresses three key inquiries: 1) The definition of ISP and Kuntowijoyo's perspective on it. 2). Which passages pertain to the narrative of Ibrahim AS? 3). What is the process of constructing verse interpretation through ISP and how do the implications and implementations of interpretation products affect social life in Indonesia. The research methodology employed is descriptive analysis, specifically utilizing a literature review technique encompassing primary materials authored by Kuntowijoyo and secondary sources published by other scholars who have explored Kuntowijoyo's concepts. The findings of this study indicate that ISP, which stands for Islamic Science Prophetic, is a scientific output derived from prophetic material that encompasses more than only the teachings of Prophet Muhammad. 2). Ibrahim serves as an exemplary character that may be emulated as a role model in ISP. This is derived from the manner in which Ibrahim engaged in discussion with his interlocutors. 3). Ibrahim's dialogue approach serves as an exemplary model for fostering peace in social life, particularly among religious individuals in Indonesia.Tulisan ini membahas tentang bagaimana konsep Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo dijadikan sebagai sebuah pendekatan dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an. Adapun ayat-ayat yang dimaksud adalah ayat yang berkaitan dengan kisah dialog Ibrahim dengan berbagai lawan bicara. Kajian ini berangkat dari tiga pertanyaan mendasar, 1). Apa yang dimaksud dengan ISP dan bagaimana pemikiran Kuntowijoyo. 2). Apa saja ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah Ibrahim AS. 3). Bagaimana kontruksi interpretasi ayat melalui ISP dan bagaimana pula implikasi serta implementasi produk interpretasi dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik, khususnya dengan menggunakan pendekatan kajian kepustakaan melalui sumber-sumber primer karya Kuntowijoyo maupun sumber-sumber sekunder yang dituliskan orang lain terkait ide-ide Kuntowijoyo. Hasil penelitian ini adalah 1). ISP adalah produk ilmu yang diambil dari data profetik kenabian yang tidak hanya terpaku kepada nabi Muhammad. 2). Ibrahim merupakan figur yang dapat dijadikan role model dalam ISP. Hal ini didasari dari bagaimana Ibrahim berdialog dengan lawan bicaranya. 3). Konsep dialog Ibrahim adalah contoh yang ideal bagi umat manusia, khususnya umat beragama di Indonesia dalam menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial.
Navigating Sharia and Institutional Conflict: The Case of Land Pawning Practices in Aceh Afna, Mauloeddin Afna
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol. 18 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/pnqn4a91

Abstract

Sharia-based pawning practices in Aceh have long served as an important system for managing communal assets and fostering social cohesion. However, recent challenges, such as declining trust, rising gold prices, and misinterpretations of Sharia principles, have jeopardized the sustainability of this system. This study aims to explore the social, economic, and cultural dynamics that contribute to conflicts within Aceh’s pawning system, with a focus on how stakeholders address and resolve these conflicts. Employing a Participatory Action Research (PAR) approach, the study gathered data through literature reviews, interviews, and participant observation, involving local authorities, religious leaders, and community members. The research investigates how institutional logics—religious, cultural, and economic—shape conflict resolution strategies in the community. The findings indicate that while economic pressures and misapplications of Sharia principles drive these conflicts, successful resolution depends heavily on cooperation among stakeholders. The community’s role as mediator is critical in ensuring transparency, trust, and fairness. The study concludes that achieving a balance between Sharia compliance and local socio-economic realities is key to fostering sustainable reforms and ensuring the long-term stability of the pawning system in Aceh. Praktik gadai berbasis syariah di Aceh telah lama menjadi sistem penting dalam pengelolaan aset komunal dan memperkuat ikatan sosial. Namun, tantangan baru seperti erosi kepercayaan, kenaikan harga emas, dan penerapan yang salah dalam prinsip syariah telah mengancam keberlanjutannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang berkontribusi terhadap konflik dalam sistem gadai di Aceh, dengan fokus pada cara para pemangku kepentingan menyelesaikan konflik tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR) dengan mengumpulkan data melalui tinjauan literatur, wawancara, dan observasi partisipatif, melibatkan otoritas lokal, pemuka agama, dan anggota masyarakat. Studi ini mengeksplorasi bagaimana logika institusional—agama, budaya, dan ekonomi—membentuk strategi penyelesaian konflik di dalam komunitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun konflik dipicu oleh tekanan ekonomi dan penerapan yang salah prinsip syariah, penyelesaian yang efektif justru sangat bergantung pada kerja sama antara pemangku kepentingan. Peran komunitas sebagai mediator sangat penting dalam menjaga transparansi, kepercayaan, dan keadilan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keseimbangan antara kepatuhan terhadap syariah dengan realitas sosial-ekonomi lokal adalah kunci untuk menciptakan reformasi yang berkelanjutan dan memastikan kelangsungan jangka panjang dari sistem gadai di Aceh.
The Changing Significance of the Gerebeg Maulid Tradition: An Examination of Its Socio-Economic Impact in Indonesia Permadi, Danur Putut; Yantari, Hanif Fitri
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol. 18 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/6qy79d79

Abstract

The tradition of Grebeg Maulid in Yogyakarta plays a significant role within Indonesian Musim society. It is not just a cultural identity with significances of religiosity, but also a multifaceted socio-economic phenomenon. The aim of this study is to explore how the Muslim society perceives this heritage, specifically within the socio-economic context. The study employed qualitative research methodology, utilizing observation and interviews to collect data from informants who are actively engaged in the practice. The findings indicated that Grebeg Maulid serves not only as a platform for religious expression, but also as a catalyst for economic endeavors and touristic aspects. Its economic impacts are clearly identified through the numerous business transactions that take place during the event, providing a boost to the local tourism industry. However, the commercialization of this tradition has changed its meaning, with economic values overshadowing its religious significance. In a nutshell, the significance of Grebeg Maulid has undergone a significant change within Javanese Muslim culture. It has evolved beyond being solely a celebration of the Prophet Muhammad's birth and now serves as a hub for tourism and commercial endeavors in the community. Tradisi Grebeg Maulid di Yogyakarta dalam kehidupan masyarakat Muslim di Indonesia, tidak hanya sebagai simbol budaya dengan makna religius, tetapi juga sebagai fenomena sosial ekonomi yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemaknaan masyarakat Muslim terhadap tradisi ini, khususnya dalam konteks sosial ekonomi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, adapun pengumpulan data melalui proses observasi dan wawancara dengan informan yang terlibat dalam tradisi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Grebeg Maulid tidak hanya menjadi sarana untuk mengekspresikan keberagamaan, tetapi juga sebagai sarana untuk aktivitas ekonomi dan pariwisata. Dimensi ekonomi dalam tradisi ini tercermin dalam bentuk transaksi ekonomi yang terjadi selama acara dan memberi dampak positif terhadap industri pariwisata setempat. Meskipun demikian, keberadaan dimensi ekonomi ini telah menggeser makna sakralitas tradisi tersebut, kebutuhan akan nilai ekonomi menjadi lebih dominan dibandingkan dengan makna religious yang melekat dalam tradisi Grebeg Maulud. Dengan kata lain, Grebeg Maulid telah mengalami transformasi makna yang signifikan bagi masyarakat Muslim Jawa, tidak lagi hanya sebagai pengingat kelahiran Nabi Muhammad, tetapi juga sebagai objek wisata dan ekonomi masyarakat.
Examining Sufi Practices on Social Media: Distortions and Complexities in Contemporary Pakistan Waheed, Usman; Junejo, Safiullah; Numan, Muhammad
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol. 18 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/522e5653

Abstract

The engagement of Sufism on Pakistani social media has sparked many concerns over the inclusivity of religious manifestations and the interpretation of the Qur'an. This research seeks to examine the historical development and objectives of Sufism in order to analyse the impact of Sufi activities in the digital domain, specifically focusing on the emergence of religious aberrations. The research was carried out utilizing qualitative methodologies by examining ancient Sufi literature and subsequently comparing it with Sufi practices in the digital domain. The findings demonstrate that internet platforms have fundamentally transformed the availability and dissemination of Sufi teachings, allowing an unparalleled avenue for dialogue and cultural manifestation that was before unachievable. Nevertheless, there are deficiencies in their attitude to community, instructional methods, and the impact of technology on their individual activities. The concept of Digital Sufism demonstrates the integration of traditional practices into the online world, resulting in both opportunities and challenges in the modern day. Praktik Sufi di media sosial Pakistan telah menimbulkan beberapa masalah terkait keberagaman dalam ekspresi keagamaan dan pemahaman terhadap teks Al-Qur’an. Melalui penelusuran sejarah dan tujuan tasawuf, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana praktik Sufi di ranah digital tersebut memunculkan distorsi keagamaan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui studi literatur Sufi klasik dan kemudian membandingkannya dengan praktik sufi di ranah digital. Hasil penelitian menunjukkan platform online telah merevolusi aksesibilitas dan penyebaran ajaran Sufi, mendorong sebuah cara yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk percakapan dan ekspresi budaya yang sebelumnya tidak mungkin tercapai. Namun, kesenjangan muncul dalam pendekatan mereka terhadap komunitas, teknik pengajaran, dan pengaruh teknologi terhadap praktik mereka masing-masing. Sufisme Digital mencontohkan asimilasi adat istiadat konvensional ke dalam ranah virtual, yang melahirkan prospek dan kompleksitas di era kontemporer.