cover
Contact Name
Akuatika Indonesia
Contact Email
akuatika.indonesia@unpad.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
akuatika.indonesia@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuatika Indonesia
ISSN : 2528052X     EISSN : 26217252     DOI : -
Jurnal Akuatika Indonesia berisi tulisan ilmiah untuk bidang ilmu hewan dan zoologi yang mencakup aspek budidaya perikanan, bioteknologi perikanan, pengelolaan sumberdaya perikanan, sosial ekonomi perikanan, teknologi hasil perikanan, perikanan tangkap dan oseanografi. Akhir kata semoga kehadiran Jurnal Akuatika Indonesia dapat mengkomunikasikan dengan baik berbagai aspek tentang Perikanan dan Kelautan.
Arjuna Subject : -
Articles 172 Documents
Efektivitas Ekstrak Daun Kersen untuk Pengobatan Benih Ikan Nila yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Rosidah Rosidah; Walim Lili; Iskandar Iskandar; Muhammad Rionaldhie Afpriliansyah
Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.307 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i1.23436

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi ekstrak daun kersen (Muntingia calabura) yang efektif untuk pengobatan benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila sehingga menghasilkan sintasan benih ikan nila yang tertinggi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah perendaman ikan nila yang terinfeksi Aeromonas hydrophila dalam ekstrak daun kersen dengan konsentrasi 0, 40, 60, 80, dan 100 ppm. Parameter yang diamati adalah gejala klinis, respon ikan terhadap pakan, respon ikan terhadap kejutan dan kelangsungan hidup pada masing-masing perlakuan. Hasil penelitian memperlihatkan penggunaan ekstak daun kersen dengan konsentrasi 60 ppm efektif untuk mengobati benih ikan nila yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila,  menghasilkan pemulihan tercepat yaitu hari keempat dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi sebesar 81,67%.
Kebiasaan Makan Beberapa Spiny Lobster di Teluk Gerupuk dan Teluk Bumbang, Nusa Tenggara Barat Sri Endah Purnamaningtyas; Amula Nurfiani
Akuatika Indonesia Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1516.626 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v2i2.23421

Abstract

Sumberdaya lobster merupakan komoditas ekspor dari sektor perikanan dan merupakan sasaran dari penangkapan (target spesies) yang cukup penting bagi usaha penangkapan di Nusa Tenggara Barat. Makanan merupakan kunci pokok bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebiasaan makan beberapa spiny lobster di Teluk Gerupuk dan Bumbang, Nusa Tenggara Barat.  Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April dan September 2015 serta Mei 2016, sampel diperoleh dari pengumpul lobster yang diambil pada malam hari, kemudian pagi hari diambil isi makanannya dan diukur panjang berat. Isi saluran pencernaan diawetkan dengan menggunakan formalin 4%.  Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui kebiasaan makan merupakan kombinasi antara analisis kualitatif dan kuantitatif  dengan menggunakan indeks bagian terbesar (Index of Preponderance). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan lobster terdiri dari dua kelompok, yaitu: 1. omnivora dan 2. Carnivora. Kelompok omnivore terdiri dari: Panullirus longipes, Panullirus versicolor, Panullirus ornatus dan Panullirus penicialliatus femotrigista yang banyak memanfaatkan detritus, makrofita dan moluska sebagai makanan utama. Kelompok carnivore terdiri dari: Panullirus penicialliatus dan Panullirus homarus dengan memangsa krustasea dan moluska sebagai makanan utamanya.
Evaluasi Kesesuaian Lahan Budidaya Ikan Baronang pada Ekosistem Padang Lamun di Pantai Barat Sulawesi Selatan Abdul Rauf; Andi Asni; Hamsiah Hamsiah; Asmidar Asmidar
Akuatika Indonesia Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.383 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v2i1.23413

Abstract

Pantai Barat Propinsi Sulawesi Selatan memiliki potensi yang cukup besar yang ditandai dengan panjang garis pantainya kurang lebih sebesar 155 Km, namun selama ini pemanfaatan wilayah perairan dangkalnya masih sangat terbatas dan belum optimal kuhususnya pada ekosistem padang lamun. Hal ini disebabkan karena terbatasnya data dan informasi tentang kegiatan pemanfaatan yang berpotensi dikembangkan pada ekosistem tersebut. Salah satu diantaranya adalah budidaya ikan baronang. Oleh karena itu diperlukan data dan informasi tentang lokasi yang sesuai untuk kegiatan budidaya ikan baronang dalam rangka memanfaatkan lokasi tersebut secara optimal dan berkelanjutan. Secara umum penelitian bertujuan untuk memberikan mata pencaharian alternative bagi nelayan dan pembudidaya ikan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan budidaya ikan baronang pada ekosistem padang lamun di Pantai Barat Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah pendekatan Teknologi Penginderaan Jauh Satelit dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memetakan potensi pemanfaatan ekosistem padang lamun untuk budidaya ikan baronang. Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan budidaya ikan baronang di Pantai Barat Sulawesi Selatan bahwa luas lokasi yang sesuai di Kabupaten Maros (0 Ha), Pangkep (76,58 Ha), Barru (635,76 Ha) dan Kota Pare-Pare (180,93 Ha).
Performansi Pertumbuhan Bibit Kultur Jaringan Rumput Laut Kotoni (Kappaphycus alvarezii) di Perairan Teluk Vid Bangir Robert Pensa Maryunus; Rusman Hussein
Akuatika Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.797 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i2.23394

Abstract

Ketersediaan bibit rumput laut kotoni dalam hal kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang memadai merupakan salah satu masalah mendasar bagi pengembangan budidayanya. Penelitian ini bertujuan mengetahui performansi pertumbuhan bibit kultur jaringan rumput laut, K. alvarezii hasil domestikasi Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok. Bibit rumput laut setelah ditimbang ditanam dengan metode long line dan diukur beratnya setelah 30 hari pemeliharaan. Sampling paramater kualitas air dilakukan setiap minggu secara periodik. Pada akhir masa pemeliharaan dilakukan penimbangan untuk mengetahui pertumbuhan berat mutlak, berat harian dan pertumbuhan spesifik harian, sekaligus dilakukan observasi untuk mengamati morfologi terhadap thallus yang diuji.  Data hasil penimbangan dan observasi dianalisis secara deskriktif kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang diperoleh menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik dan  ukuran bibit yang hampir seragam. Bentuk morfologi bibit memperlihatkan thallus bersih, segar dan berwarna cerah dengan percabangan yang banyak. Keseluruhan parameter kualitas air berada pada kisaran yang layak sampai dengan optimum. Bibit kultur jaringan dianggap layak dikembangkan di perairan Teluk Vid Bangir dan perairan sekitarnya.
Hubungan Antara Persen Penutupan dan Simpanan Karbon Lamun Supriadi Mashoreng; Muhammad Banda Selamat; Khairul Amri; Yayu Anugerah La Nafie
Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.307 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i1.23437

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang berperan sebagai penyimpan karbon yang cukup penting.  Selama ini estimasi karbon tersimpan pada komunitas lamun masih dilakukan menggunakan metode pencuplikan secara langsung. Namun untuk kepentingan survey pada kawasan yang luas, cara tersebut membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan metode untuk mengestimasi karbon tersimpan lamun dengan memanfaatkan citra satelit sehingga dapat dilakukan secara cepat, mudah dan murah. Sebagai tahap awal untuk mengestimasi karbon tersimpan menggunakan citra satelit, diperlukan model hubungan antara tutupan jenis lamun dengan karbon tersimpannya sebagaimana yang dilakukan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2016 di Pulau Barranglompo Makassar. Penelitian diawali dengan mengambil biomassa 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium pada area seluas 25cm x 25 cm. Pengambilan biomassa setiap jenis lamun dilakukan untuk masing-masing jenis dengan 10 tingkatan persentase tutuapn lamun. sebanyak 10 kali pada persen tutupan jenis lamun yang berbeda-beda, mulai dari tutupan rendah sampai tutupan tertinggi yang ditemukan di lapangan. Penentuan penutupan lamun dilakukan dengan cara visual pada plot berukuran 50cm x 50cm. Selanjutnya dilakukan analisis karbon organik jaringan lamun (daun, rhizoma, akar dan seludang) masing-masing jenis, dengan ulangan 5 kali.  Hasil perkalian antara biomassa lamun dengan kandungan karbonnya merupakan karbon tersimpan lamun tersebut. Hubungan antara persen tutupan jenis lamun dan karbon tersimpan dianalisis menggunakan regresi polynomial.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua jenis lamun yang diamati, hubungan antara persen tutupan dengan simpan karbonnya mempunyai hubungan positif yang kuat. Koefisien determinasi, r2 berkisar 0,7413-0,9838 untuk simpanan karbon bagian bawah dan 0,8017-0,9683 untuk simpanan karbon bagian atas.
Perbandingan Hasil dan Laju Tangkapan Alat Penangkap Ikan di TPI Pangandaran Lantun Paradhita Dewanti; Izza Mahdiana Apriliani; Ibnu Faizal; Heti Herawati; Irfan Zidni
Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.473 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i1.23380

Abstract

TPI Pangandaran merupakan basis pendaratan ikan terbesar di Kabupaten Pangandaran. Beberapa jenis alat tangkap seperti jaring insang, trammel net, jaring dogol, pancing rawai, pukat pantai dan bagan dioperasikan di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jenis hasil tangkapan dan laju tangkap keenam alat tangkap. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret-Juli 2017 di TPI Pangandaran. Data dikumpulkan melalui survey dan wawancara yang meliputi data jumlah dan jenis hasil tangkapan, proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan serta waktu trip penangkapan. Hasil penelitian menunjukkan hasil tangkapan utama jaring insang adalah layur dan bawal putih dengan proporsi 55,07%, trammel net yaitu udang jerbung dan udang dogol dengan proporsi 42,46%, jaring dogol yaitu udang dogol dan udang krosok dengan proporsi 68%, pancing rawai yaitu kakap putih dan tongkol dengan proporsi 25,50%, pukat pantai yaitu ikan layur dan teri dengan proporsi 30,7%, dan bagan yaitu udang rebon dan ikan teri dengan proporsi 83,78%. Hasil analisis laju tangkap menunjukkan bahwa jaring insang memiliki nilai laju tangkap 5,56 kg/jam, trammel net 9,68 kg/jam, jaring dogol 40,08 kg/jam, pancing rawai 2,73 kg/jam, pukat pantai 8,01 kg/jam dan bagan 8,18 kg/jam. 
Embriogenesis, Perkembangan Larva dan Viabilitas Reproduksi Ikan Pelangi Iriatherina Werneri Meinken, 1974 pada Kondisi Laboratorium Muh. Herjayanto; Odang Carman; Dinar Tri Soelistyowati
Akuatika Indonesia Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.43 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v2i1.23389

Abstract

Ikan pelangi Iriatherina werneri diperdagangkan sebagai ikan hias, karena memiliki warna dan bentuk sirip yang indah terutama untuk individu jantan. Perkembangan budidaya ikan pelangi terkendala oleh kurangnya informasi biologi terkait perkembangan embrio (embriogenesis), perkembangan larva, viabilitas reproduksi dan sejarah kehidupannya. Tujuan dari penelitian untuk mengkaji embriogenesis, perkembangan larva dan viabilitas reproduksi pada ikan pelangi I. werneri sebagai informasi dasar untuk menunjang kegiatan budidaya dan konservasi. Pengamatan embriogenesis menggunakan 100 butir embrio yang dimasukkan pada empat buah wadah inkubasi berukuran (19,5 × 13,5 × 8,5) cm3. Pengamatan viabilitas reproduksi dan pertumbuhan menggunakan 200 butir embrio yang dimasukkan pada lima buah wadah berukuran (19,5 × 19,5 × 19,5) cm3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa embrio ikan pelangi berkembang mulai dari fase pembelahan sel, morula, blastula, gastrula, organogenesis dan menetas menjadi larva pada saat 124 jam 5 menit setelah pembuahan. Telur mulai menetas pada hari keempat (15,11%) dan berakhir pada hari keenam (23,35%) dengan puncak penetasan terjadi pada hari kelima (61,54%) setelah pembuahan. Ikan telah menjadi juvenil pada umur 35 hari setelah menetas dengan panjang total >12 mm. Viabilitas reproduksi I. werneri pada penelitian ini yaitu tingkat penetasan sebesar 62,04%; tingkat kelangsungan hidup sampai umur 50 hari setelah menetas sebesar 62,72% dan ikan jantan secara alami sebanyak 20%.
Optimasi Potensi Bakteri Bacillus subtilis sebagai Sumber Enzim Protease Yempita Efendi; Yusra Yusra; Vivi Oktavianis Efendi
Akuatika Indonesia Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.809 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v2i1.23417

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keberadaan proteolitik, waktu optimum produksi danaktivitas protease dari bakteri Bacillus subtilis. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental, data dianalisa secara deskriptif kuantitatif.  Bahan yang digunakan adalah bakteri Bacillussubtilis terseleksi yang berasal dari saluran pencernaan ikan Nila (Oreochromis niloticus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri Bacillus subtilis mempunyai aktivitas proteolitik. Diameter zone hambat yang terbentuk menunjukkan secara kualitatif tingginya kemampuan proteolitik enzim protease yang dihasilkan atau juga tingginya jumlah enzim yang diproduksi dan dilepas keluar. Keberadaan enzim protease ekstraseluler ini sangat penting bagi kehidupan bakteri karena menyediakan kebutuhan senyawa bernitrogen yang dapat diangkut ke dalam sel. Jenis-jenis bakteri yang mempunyai kemampuan mensekresikan enzim protease ini memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai agensia pembersih bahan pencemar yang bersifat protein. Jenis medium sangat berpengaruh terhadap produksi enzim protease bakteri Bacillus subtilis. Pola waktu optimum produksinya sejalan dengan pola kurva pertumbuhan bakteri secara umum. Hasilpenelitian menunjukkan bahwapada jam ke-46,bakteri menghasilkanaktivitasproteaseyangpalingtinggi,yaitusebesar 2,163U/mL.
Distribusi dan Kelimpahan Fitoplankton di Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat Sri Endah Purnamaningtyas
Akuatika Indonesia Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.524 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v4i1.23431

Abstract

Penelitian dilakukan di perairan Teluk Gerupuk pada bulan April, September 2015 dan Mei 2016 dengan tujuan untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan fitoplankton di Teluk Gerupuk Nusa Tenggara Barat. Metode yang digunakan untuk menghitung kelimpahan fitoplankton menggunakan” Sedgewick-Rafter Counting Cell” dan analisis kualitas air merujuk pada APHA (2005). Penelitian di lakukan di 9 (Sembilan) stasiun penelitian dengan hasil kelimpahan fitoplankton berkisar antara: 619.958 – 7.456.476 sel/l; yang terdiri dari 2 kelas fitoplankton yaitu: Kelas Bacillariophycea, terdapat 32 jenis dan Kelas Dinophyceae terdapat 5 jenis yang ditemukan pada 9 (sembilan) stasiun pengamatan dengan lima jenis diatom potensial, yaitu Coscinodiscus sp., Chaetoceros sp., Nitzschia sp., Pleurosigma sp., dan Bidduphia sp. Berdasarkan indeks biologi terlihat bahwa kelimpahan tertinggi dan dominansi fitoplankton dari genus Chaetoceros sp. Keanekaragaman fitoplankton yang rendah dengan kisaran 0,24-98 dengan rata-rata 0,58±0,29, dan keseragaman fitoplankton berkisar antara: 0,01-0,05 dengan rata-rata 0,03±0,02 atau dengan kata lain 0<E<0,5 berarti komunitas fitoplankton tertekan.
Penggunaan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) sebagai Umpan Alternatif pada Pancing Ulur yang Dioperasikan Malam Hari di Teluk Palabuhanratu Mas Fariz Fitriyana; Zulkarnain Zulkarnain; Roza Yusfiandayani; Izza Mahdiana Apriliani
Akuatika Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.671 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i2.23399

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan ikan total, tangkapan ikan dominan, menganalisis pengaruh umpan cacing tanah yang dioperasikan malam hari dengan umpan yang biasa nelayan gunakan di Teluk Palabuhanratu dan menganalisis pengaruh perbedaan waktu penangkapan perjenis ikan dominan. Penelitian ini menggunakan metode uji coba penangkapan (experimental fishing) dengan 20 kali ulangan (trip). Komposisi hasil tangkapan terdiri atas 9 jenis ikan dengan jumlah total 201 ekor yang didominasi oleh  ikan kuwe (Caranx sp) sebanyak 67 ekor atau 33.3%, kakap (Lutjanus sp) sebanyak 26 ekor atau 12.9%, kerapu (Epinephelus pachycentru) sebanyak 20 ekor atau 10.0% dan terapon (Terapon jarbua) sebanyak 29 ekor. Perbandingan hasil tangkapan pancing ulur berbeda pada setiap perlakuan dengan menggunakan kedua jenis umpan. Pancing ulur dengan menggunakan umpan ikan tembang memberikan jumlah hasil tangkapan sebanyak  115 ekor atau 57.2% dan menggunakan umpan cacing tanah sebanyak 86 ekor atau 42.8%. kedua jenis umpan memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah total hasil tangkapan dengan selang kepercayaan 95%.

Page 5 of 18 | Total Record : 172