The quality of nursing care is reflected in the documentation of the nursing care provided. However, in reality, documentation has not been carried out optimally. Studies show that 31.7% of nurses do not document nursing care, 54.4% do not record care plans, and 53% do not document evaluations. The 3S documentation standard (SDKI, SLKI, SIKI) is considered efficient in saving time and improving documentation quality, yet many hospitals have not yet implemented it. This study aims to identify the factors influencing the implementation of 3S documentation in inpatient wards of hospitals in the Jayapura region. The research uses a cross-sectional design with 115 nurse samples selected through convenience sampling. Data analysis was conducted using logistic regression. The results show that knowledge (p=0.001), supervision (p=0.007), and training (p=0.001) significantly influence the implementation of 3S. The odds ratio indicates that nurses with good knowledge are 3 times more likely to document care based on 3S, supervision increases the likelihood by 6 times, and nurses who have attended training are 7 times more likely. Training is the dominant factor influencing the implementation of 3S. Therefore, continuous training programs focusing on understanding and skills in using SDKI, SLKI, and SIKI are needed. Abstrak Mutu pelayanan keperawatan tercermin dari dokumentasi asuhan keperawatan yang diberikan. Namun, kenyataannya, dokumentasi belum dilakukan secara optimal. Studi menunjukkan 31,7% perawat tidak mendokumentasikan asuhan keperawatan, 54,4% tidak mencatat rencana asuhan, dan 53% tidak mendokumentasikan evaluasi. Standar pendokumentasian 3S (SDKI, SLKI, SIKI) dianggap efisien dalam menghemat waktu dan meningkatkan kualitas dokumentasi, namun masih banyak rumah sakit yang belum menerapkannya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan pendokumentasian 3S di ruang rawat inap rumah sakit di Wilayah Jayapura. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan 115 sampel perawat yang dipilih melalui convenience sampling. Analisis data dilakukan menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan (p=0,001), supervisi (p=0,007), dan pelatihan (p=0,001) secara signifikan mempengaruhi penerapan 3S. Odds ratio menunjukkan bahwa perawat dengan pengetahuan baik memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk mendokumentasikan asuhan berbasis 3S, supervisi meningkatkan peluang 6 kali, dan perawat yang pernah mengikuti pelatihan 7 kali lebih besar. Pelatihan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi penerapan 3S. Oleh karena itu, diperlukan program pelatihan berkelanjutan yang berfokus pada pemahaman dan keterampilan dalam penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI.