Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Telehealth Usage During The Coronavirus Disease 2019 Pandemic: A Meta-Analysis Akbar, Prima Soultoni; Putri, Santy Irene; Widiyanto, Aris; Atmojo, Joko Tri; Prisusanti, Retno Dewi; Ramadhanti, Tarisa Aulia
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 3 (2023): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i3.2905

Abstract

The recent pandemic has increased telemedicine use tremendously, but it has also pronounced access gaps to telemedicine. This study aimed to investigate factors affecting patient use of telehealth during the Coronavirus Disease 2019 Pandemic. This article was created using a systematic review and meta-analysis study that searched for articles in electronic databases such as Science Direct, PubMed, and Google Scholar. Observational studies are included in full papers with a publication year until 2022 were searched for this study. The Review Manager 5.3 (RevMan) software was used to analyze the articles in this study. We observed heterogeneity with a random-effect model to analyze the effect size from each primary study, and the results were reported as an adjusted odds ratio (aOR) and corresponding 95 percent confidence interval (CI). A total of 9 articles reviewed in the meta-analysis (consisting of 4 articles in each variable) showed that patients whose primary language is non-English (aOR= 0.72; 95% CI= 0.59 to 0.87; p= 0.0008) and have Medicaid insurance English (aOR= 0.86; 95% CI= 0.77 to 0.97; p= 0.02) were less likely to use telemedicine compared to patients who speak English and utilize private insurance. Medication insurance and non-English as a preferred language reduced the likelihood of patients using telemedicine.
Pengaruh Pemikiran Islam terhadap Kesehatan Mental pada Masyarakat: A Systematic Review Daryanto, Daryanto; Aqsyari D, Rizki; Widiyanto, Aris; Atmojo, Joko Tri
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 6 No 3 (2024): Juni 2024, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v6i3.2697

Abstract

Kesehatan mental berarti menghindari keluhan dan gangguan mental, seperti neurosis atau psikosis. Pemikiran islam atau agama sangat terkait dengan kesehatan mental karena keduanya terkait dengan ketenangan jiwa dan hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi pengaruh pemikiran islam terhadap kesehatan mental pada masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian systematic review dengan menggunakan diagram PRISMA. Pencarian artikel dilakukan berdasarkan kriteria kelayakan Model PICO. P= Masyarakat; I= Menerapkan pemikiran islam; C= Tidak menerapkan pemikrian islam; O= Kesehatan mental. Artikel yang digunakan berasal dari 1 database, yaitu: Google Scholar. Dengan kata kunci antara lain "Pemikiran islam" AND “Kesehatan mental” AND “Masyarakat”. Pada 4 artikel penelitian mengenai pengaruh pemikiran islam terhadap kesehatan mental pada masyarakat, Menunjukan bahwa dengan menerapkan pemikrian islam meningkatkan kemungkinan kesehatan mental pada masyarakat.
Meta-Analisis: Pengaruh Status Gizi terhadap Pola Asuh Anak pada Keluarga dalam Islam Widiyanto, Aris; Atmojo, Joko Tri; Rejo, Rejo; Mubarok, Ahmad Syauqi; Anasulfalah, Hakim; Aqsyari. D, Rizki
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 6 No 4 (2024): Agustus 2024, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v6i4.3047

Abstract

Gizi yang baik menyediakan energi dan zat gizi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang fisik dan otaknya. Sisi lain, pola asuh yang tepat dapat membantu anak mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan mencapai potensi maksimalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi dan menganalisis status gizi terhadap pola asuh anak pada keluarga dalam islam. Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis dan meta-analisis menggunakan grafik PRISMA. Pencarian artikel dilakukan berdasarkan kriteria kelayakan model PICO. P= Anak; I= Pola asuh anak baik; C= Pola asuh anak tidak baik; O= Status gizi. Artikel yang digunakan berasal dari 1 dat¬a¬b¬a¬se, yaitu: Google Scho-lar. Dengan kata kun¬ci antara lain " children " AND " parenting patterns" AND "nutritional status" AND "multivariate" AND "cross sectional". Artikel dianalisis menggunakan digram PRISMA dan aplikasi Review Manager 5.3. 5 artikel dari tahun 2013-2022 dengan Desain studi cross-sectional dimasukkan untuk menginformasikan meta-analisis tentang pengaruh status gizi terhadap pola pengasuhan di keluarga Islam. Anak yang mendapat pola asuh baik memiliki status gizi 6.26 kali lebih baik dibandingkan dengan anak yang mendapat pola asuh buruk (aOR= 6.26; CI 95%= 3.23 hingga 12.14; p=0.08), dan hasilnya signifikan secara statistik. Forest plot tersebut juga menunjukkan heterogenitas estimasi efek antar studi yang tinggi (I2 = 51%; p = 0.08).
Meta-Analisis Pengaruh Debu terhadap Gangguan Fungsi Paru di Lingkungan Kerja Iswahyuni, Sri; Mubarok, Ahmad Syauqi; Atmojo, Joko Tri; Handayani, Rina Tri; Sunaryanti, Sri Sayekti Heni
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 6 No 5 (2024): Oktober 2024, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v6i5.4379

Abstract

Paparan debu mineral diketahui menyebabkan perubahan karakteristik pada mekanisme pernapasan dan volume paru-paru dalam pola yang terbatas. Gangguan fungsi paru akibat paparan partikel debu dapat bersifat restriktif, obstruktif, atau kombinasi keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi pengaruh debu terhadap gangguan fungsi paru di lingkungan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian systematic review dan meta-analisis. Pencarian artikel dilakukan berdasarkan kriteria kelayakan Model PICO meliputi: P Masyarakat di lingkungan kerja; I= Paparan debu; C= Tidak terpapar debu; O= Gangguan fungsi paru. Artikel yang digunakan berasal dari 3 database, yaitu: PubMed, Google Scholar, dan Science Direct. Kata kunci yang digunakan antara lain “dust” AND “impaired lung function” AND “work environment” AND “cross section study”. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi artikel fulltext dengan desain studi cross-sectional, ukuran hubungan yang digunakan adalah adjusted Odds Ratio (aOR), artikel diterbitkan dalam rentang 2020-2021, dan outcome adalah gangguan fungsi paru. Artikel dianalisis menggunakan digram PRISMA dan aplikasi Review Manager 5.3.Hasil penelusuran 6 artikel dalam penelitian yang berasal dari 1 benua Eropa (Kanada) dan 5 benua Asia (Indonesia, Korea Selatan, China) menunjukan bahwa terpapar debu di lingkungan kerja meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan pada fungsi paru pada masyarakat di lingkungan kerja. Masyarakat di lingkungan kerja terpapar debu meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan pada fungsi paru sebesar 2.09 kali dibandingkan dengan masyarakat di lingkungan kerja yang tidak terpapar debu (aOR= 2.09; CI 95%= 1.40 hingga 3.14; p< 0.004), dan hasilnya signifikan secara statistik. Meta-analisis dari 6 studi cross-sectional menyimpulkan bahwa terpapar debu di lingkungan kerja meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan pada fungsi paru pada masyarakat di lingkungan kerja.
Dampak Bencana Air yang Disebabkan oleh Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Mental: Studi Meta Analisis Handayani, Rina Tri; Wardani, Ratna; Indasah, Indasah; Peristiowati, Yuly; Widiyanto, Aris; Atmojo, Joko Tri
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 6 No 5 (2024): Oktober 2024, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v6i5.4504

Abstract

Fakta bahwa akibat perubahan iklim, banjir akan lebih sering terjadi dan secara signifikan dapat berdampak pada kesehatan mental, yang mengarah pada peningkatan kasus depresi dan kecemasan. Meskipun semakin banyak yang menyadari dampak tersebut, penelitian tentang konsekuensi psikologis dari banjir masih terbatas baik dari segi cakupan maupun kekuatan statistiknya. Tujuan Penelitian Meta-analisis ini mengetahui kesenjangan dengan meninjau literatur yang tersedia secara sistematis dan mengukur hubungan antara banjir dan hasil kesehatan mental. Temuan ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan dukungan kesehatan mental yang komprehensif di daerah yang terkena dampak banjir untuk mengurangi dampak psikologis jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak banjir yang disebabkan oleh perubahan iklim terhadap kesehatan mental, khususnya pada depresi dan kecemasan. Sebuah tinjauan sistematis terhadap artikel-artikel dari database PubMed, ProQuest, dan Science Direct dilakukan. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Review Manager 5.3 (RevMan 5.3). Dari 1.418 penelitian yang diidentifikasi, 7 memenuhi kriteria inklusi untuk analisis. Meta-analisis mengungkapkan bahwa individu yang mengalami banjir secara signifikan lebih mungkin menderita depresi (OR = 2,73; 95% CI: 1,61-4,62) dan kecemasan (OR = 2,87; 95% CI: 1,65-5,01) dibandingkan dengan mereka yang tidak terpengaruh oleh banjir. Kedua hubungan tersebut signifikan secara statistik. Banjir secara signifikan meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, menyoroti perlunya layanan kesehatan mental yang terintegrasi dalam tanggap bencana dan strategi ketahanan masyarakat.
Metaanalisis Pengaruh Konstruk Modal Sosial: Partisipasi Sosial dan Kepercayaan Sosial terhadap Depresi pada Lansia Atmojo, Joko Tri; Mirshanti, Farahdila; Yulianti, Ika; Handayani, Anggun Fitri; Widiyanto, Aris
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 6 No 6 (2024): Desember 2024, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v6i6.4931

Abstract

Era populasi global yang semakin menua, kesehatan mental lansia menjadi isu yang mendesak untuk diperhatikan. Depresi yang kini memengaruhi sekitar 7% dari populasi lansia di seluruh dunia, sering kali muncul akibat kurangnya partisipasi sosial dan kepercayaan antar individu. Tingginya angka kesepian dan isolasi yang dialami oleh banyak orang tua, sangat penting untuk memahami faktor-faktor yang dapat melindungi mereka dari risiko depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi pengaruh konstruk modal sosial (partisipasi sosial dan kepercayaan sosial) terhadap risiko depresi pada lansia. Penelitian ini merupakan metaanalisis dan telaah sistematis dengan menggunakan diagram PRISMA. Pencarian studi primer melalui beberapa indexing database diantaranya: PubMed, Google Cendekia, Scopus, dan ScienceDirect. Kata kunci yang digunakan untuk mempermudah pencarian artikel yaitu; “Social participation AND Social trust”, atau “Social capital construct”, atau “Social participation AND depression” atau “Social trust AND depression”. Kriteria inklusi penelitian ini adalah artikel yang terpublikasi menggunakan desain studi cross-sectional Sejak tahun 2017 hingga tahun 2024. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini menggunakan program metaanalisis RevMan 5.4 dengan pendekatan fixed effect dan Random effect untuk menyajikan data berupa forest plot dan funnel plot. Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi sosial tinggi (aOR= 0.78; 95%CI= 0.61 hingga 1.00; p= 0.050) dan kepercayaan sosial yang tinggi (aOR= 0.52; 95%CI= 0.41 hingga 0.66; p<0.001) menurunkan risiko depresi pada lansia, dan keduanya secara statistik signifikan.
Determinants of Dementia Among the Elderly in Jakarta, Indonesia Umeda, Miciko; Widiyanto, Aris; Muhdiana, Dedy; Herlina, Lily; Atmojo, Joko Tri; Murti, Bhisma
Journal of Epidemiology and Public Health Vol. 10 No. 3 (2025)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26911/jepublichealth.2025.10.03.06

Abstract

Background: The incidence of dementia rises sharply, and it is expected to grow worldwide in the decades ahead. This study aimed to investigate the determinants of dementia among the elderly in Jakarta, Indonesia.Subjects and Method: A cross-sectional design was employed in the Aisyah organization at Jakarta City, Indonesia. A total of 65 elderly people were selected using Stratified random sampling. The dependent variable was dementia. The independent variables were education, occupation, married status, and exercise routine. The dementia was assessed using the Mini-Mental State Examination (MMSE) questionnaire, which was translated into Bahasa. Results: The participants had an education level of high school or below (52.31%), were not married (53.85%), and were not working (55.38%). The majority reported frequent exercise (92.31%), and 44.62% were identified with dementia. Bivariate analysis showed that higher education (OR = 0.92; 95% CI= 0.26 to 3.22; p= 0.002) and being married (OR= 0.94; 95% CI= 0.34 to 2.61; p= 0.020) were significantly associated with lower dementia risk. Exercise routine showed a strong protective effect (OR = 0.17; 95% CI= 0.01 to 1.79; p= 0.043), while occupational status was not significantly associated (p= 0.074). In multivariate analysis, only exercise routine remained significantly associated with dementia (OR= 0.17; 95% CI= 0.01 to 1.78; p= 0.042), suggesting it as an independent protective factor after controlling for confounders.Conclusion: Regular physical activity was identified as a significant protective factor against dementia among the elderly. Promoting exercise may be an effective strategy for dementia prevention in this population.
Parental Communication as a Protective Factor Against Adolescent Risky Sexual Behavior: A Meta-Analysis Atmojo, Joko Tri; Handayani, Anggun Fitri; Widiyanto, Aris; Mubarok, Ahmad Syauqi; Anasulfalah, Hakim; Delimasari, Trisakti Halimah
Journal of Health Promotion and Behavior Vol. 10 No. 3 (2025)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26911/thejhpb.2025.10.03.05

Abstract

Background: Adolescence is a significant developmental stage marked by notable physical, psychological, and social changes. Adolescent reproductive health surveys show that a number of teenagers report engaging in premarital sexual intercourse without fully understanding its social and health consequences. Given this phenomenon, it is crucial to understand the factors that can protect them from risky sexual behaviors, particularly starting from the family. This study aimed to estimate the impact of family communication on risky sexual behavior in adolescents. Subjects and Method: This research is a meta-analysis and systematic review using the PRISMA diagram with PICO frame work (P= adolescent; I = parental communication; C= no parental communication; O= risky sexual behavior). Primary studies were searched through several indexing databases, including PubMed, Google Scholar, and ScienceDirect. Keywords used to facilitate the search for articles include: “parental participation,” or “parental communication,” or “family interaction,” or “sexual risk” or “sexual risk behavior” AND “adults” or “adolescents.” The inclusion criteria for this study are articles published using a cross-sectional study design up to 2024. The statistical analysis used in this study was conducted using the RevMan 5.4 meta-analysis program with both fixed effect and random effect approaches to present the data in the form of forest plots and funnel plots. Results: A total 9 Articles were included in the meta-analysis. The results of the study show that adolescents with low family participation in sexual education, or in the absence of parental communication, are 1.46 times more likely to engage in risky sexual behavior compared to adolescents who receive sexual education or have parental communication, and this result is statistically significant (aOR= 1.46; CI 95%= 1.43 to 1.49; p<0.001). Conclusion: adolescents with low family participation in sexual education, or in the absence of parental communication are more likely to engage in risky sexual behavior compared to adolescents who receive sexual education or have parental communication.