Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

MULTILITERATION POTENTIAL OF CINEMATIC-ORCHESTRA ART FILM “SETAN JAWA” IN COMMUNICATING CULTURE IN THE ERA OF DIGITAL TRANSFORMATION : POTENSI MULTILITERASI FILM SENI SINEMATIK-ORKESTRA “SETAN JAWA” DALAM MENGKOMUNIKASIKAN BUDAYA DI ERA TRANSFORMASI DIGITAL Dewi, Agustina Kusuma; Surahman, Adi; Resmisari, Ganis; Kusnaedi, Iyus; Waskito, Muhamad Arif; Karim, Shiddiq Bi'tsatulfathi Syaiful; Suria, Muhammad Arvi
AMARASI: JURNAL DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Vol 6 No 1 (2025): Amarasi: Jurnal Desain Komunikasi Visual
Publisher : Program Studi Desain Komunikasi Visual

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/amarasi.v6i1.4595

Abstract

Menghadirkan gambaran kehidupan nyata, dengan karakteristiknya yang dapat melampaui ruang dan waktu dan menggambarkan semangat zaman saat film tersebut diproduksi—film dapat berdampak mempengaruhi relasi sosial dan gaya hidup masyarakat Indonesia; termasuk di dalamnya, juga memberikan pengetahuan dan pemahaman budaya selaras zamannya. Berlatar belakang narasi kultural Jawa pada awal abad ke-20 yang mengangkat tentang Pesugihan Kandang Bubrah, Garin Nugroho membuat film “Setan Jawa” sebagai sebuah film bisu hitam putih berpendekatan sinematik-orkestra. Sebagai sebuah film seni dengan gaya sinematik khas Garin Nugroho, tidak hanya di Indonesia, film “Setan Jawa” berhasil memikat penonton di berbagai dunia, mulai dari Australia, Jepang, Perancis, dan Belanda. Pada setiap pertunjukan dan/atau pemutaran filmnya, “Setan Jawa” kerap kali mengangkat seni pertunjukan khas negara di mana film tersebut diputar, sebagai salah satu bagian yang berkolaborasi dengan unsur tradisi Indonesia (khususnya Jawa) yang diangkat menjadi latar narasi pada film “Setan Jawa”. Dengan metode studi kasus dan analisis dokumen, tujuan penelitian kualitatif ini adalah mengidentifikasi potensi keberpaduan teknologi film, seni, musik tradisi, dan orkestra, menghadirkan beragam mode komunikasi literatif; dengan asumsi bahwa keberagaman visual yang didukung dengan multiliterasi berpotensi sebagai saluran komunikasi budaya. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa sebagai film seni yang dihadirkan dengan pendekatan sinematik-orkestra, potensi multiliterasi  film “Setan Jawa” membuka ruang artistik sekaligus saluran komunikasi global dengan tetap berpijak pada unsur glokal, yang dapat menguatkan identitas kultural di era digital. Sebagai saluran komunikasi budaya, secara tidak langsung, bentuk film seperti “Setan Jawa” berpotensi berkontribusi terhadap rekontekstualisasi dan representasi nilai-nilai ideologi bangsa.
CARA WIMBA DAN TATA UNGKAPAN BAHASA RUPA DALAM PRINT-AD SEBAGAI STRATEGI KOMUNIKASI Studi Kasus Iklan Pemenang The Cannes Lions International Festival of Creativity Kategori Print-Ad pada tahun 1992 Dewi, Agustina Kusuma; Surahman, Adi
CITRAWIRA : Journal of Advertising and Visual Communication Vol. 4 No. 2 (2023)
Publisher : ISI Press Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/citrawira.v4i2.5672

Abstract

There are many advertisements whose visual expressions are dominated by Western fine arts and graphic design techniques (which tend to be one of the patrons of graphic design scholarship in Indonesia, so it requires significant exploration and development of traditional art roots to be able to find ideas about Indonesian graphic design. Wimba Method and Visual Language Expression is a wealth of world visual language, in this research it is used as a reference for visual styles based on local Indonesian traditions. Using a descriptive qualitative approach with a digital survey as a research instrument, the research objects were 43 advertisements that were winners in the print-ads category in The Cannes Lions International Festival of Creativity in 1992 (the first year the Press and Outdoor Lions category appeared). From the research results, it was concluded that visual style has the impact of providing stimuli to the target audience to determine the priority of information to be accessed; where there is a tendency, determination This begins first from an affective point of view, rather than a cognitive one. 
Transposisi Kreatif Gerak Wayang Makidhipuh dalam Film Setan Jawa Karya Garin Nugroho Dewi, Agustina Kusuma
PANGGUNG Vol 31 No 3 (2021): Budaya Ritual, Tradisi, dan Kreativitas
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v31i3.1098

Abstract

Abstract: Garin Nugroho's ‘Setan Jawa’  is a performance film that carries a large narrative background to the story is the beginning of the 20th century in Java. With the accompaniment of live music by Rahayu Supanggah, the film was first released in 2016, and until 2020 a world tour is scheduled. 'Movement' becomes important in this film, which is a silent cross-disciplinary film, which combines dance and puppet shadows. The 'Movement' in the film ‘Setan Jawa’ gives a certain cultural meaning, that is Javanese culture, which arises through visual movement’ code, a creative transposition adapted from the wayang. Using a case study approach, supported by visual data analysis in the form of ‘Setan Jawa’ film documentation and referential data in the form of movement’ classifications in puppet shadows (Roger Long, 1979), this study produced findings that there were creative puppet movement transpositions made in the film ‘Setan Jawa’, i.e. Makidhipuh's movement. This finding reinforces the importance of adaptation and collaboration in the performing arts in the era of visual onslaught in order to maintain local culture. Keywords: film setan jawa, movement code, puppet movementAbstrak: ‘Setan Jawa’ karya Garin Nugroho merupakan film pertunjukan yang mengangkat narasi besar latar belakang cerita adalah awal abad ke-20 di Jawa. Dengan iringan musik live buatan Rahayu Supanggah, film ini pertama kali dirilis tahun 2016, dan hingga tahun 2020 dijadwalkan tur keliling dunia. ‘Gerak’ menjadi penting dalam film yang merupakan film bisu silang disiplin ini, yang diantaranya memadukan seni tari dan wayang. ‘Gerak’ pada film ‘Setan Jawa’ memberikan makna kultural tertentu, yaitu kultur Jawa, termunculkan melalui kode gerak visual, sebuah transposisi kreatif diadaptasi dari gerak wayang kulit. Menggunakan pendekatan studi kasus, didukung analisis data visual berupa dokumentasi Film ‘Setan Jawa’ dan data referensial berupa klasifikasi gerak pada wayang (Roger Long, 1979), penelitian ini menghasilkan temuan bahwa ada transposisi gerak wayang yang dilakukan secara kreatif pada film ‘Setan Jawa’, salah satunya, gerak Makidhipuh. Temuan ini menguatkan pentingnya adaptasi dan kolaborasi dalam seni pertunjukan di era gempuran visual agar dapat memertahankan budaya lokal.Kata kunci: film setan jawa, kode gerak, gerak wayang
Analisis Ruang Kumpul Out Door Mahasiswa Kampus Itenas Pramudya, Raden Rafi; Chandrawisudha, Moch. Fiqry; Syauqi, Muhammad Faikar; Apandi, Pujia Rahayu; Dewi, Agustina Kusuma
Reka Karsa: Jurnal Arsitektur Vol 12, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v12i1.11641

Abstract

ABSTRAK Ruang kerja luar ruangan, juga dikenal sebagai ruang kumpul terbuka, adalah komponen penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, fleksibel, dan kondusif di lingkungan perguruan tinggi.  Di kampus Itenas Bandung, ada banyak ruang terbuka dan titik kumpul yang masih terbatas, dan semuanya belum digunakan atau dirawat dengan baik.  Meskipun demikian, ruang komunal seperti taman kampus, area rooftop, dan zona kerja luar ruang memiliki potensi besar untuk mendukung aktivitas akademik, meningkatkan kenyamanan belajar, dan meningkatkan interaksi sosial antar mahasiswa.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan dan kondisi Meeting Point dan Ruang Kerja Luar Ruangan di Kampus Itenas serta bagaimana mereka dapat digunakan sebagai tempat belajar alternatif.  Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi lapangan dan memberikan kuesioner kepada siswa untuk mendapatkan data langsung tentang persepsi, kebutuhan, dan cara menggunakan ruang luar.  Hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk menciptakan standar dan pertimbangan untuk perencanaan titik kumpul yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas ruang terbuka di kampus. Kata kunci: kampus, ruang terbuka, titik kumpul, outdoor.  ABSTRACT Outdoor working spaces, also referred to as open gathering areas, are essential components in fostering an inclusive, flexible, and conducive learning environment within higher education settings. At the Itenas Bandung campus, the availability of open spaces and communal gathering points remains limited, and many existing areas are either underutilized or inadequately maintained. Nevertheless, communal outdoor environments—such as campus gardens, rooftop areas, and other outdoor working zones—offer significant potential to support academic activities, enhance learning comfort, and strengthen social interaction among students. The aim of this study is to examine the availability and conditions of meeting points and outdoor working spaces at the Itenas campus, as well as their potential use as alternative learning environments. The research was conducted through field observations and the administration of questionnaires to students to obtain direct data regarding their perceptions, needs, and patterns of outdoor space utilization. The findings of this study serve as a basis for formulating standards and considerations for planning potential gathering points that can contribute to improving the quality and functionality of open spaces on campus. Keywords: campus, outdoor space, meeting point, outdoor