Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak konten dark jokes di media sosial terhadap perilaku verbal bullying pada peserta didik di salah satu SMP di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini mengidentifikasi dua bentuk perilaku verbal bullying: perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan teknologi informasi dan media sosial yang "borderless" memungkinkan peserta untuk mengakses berbagai platform populer seperti Instagram, Facebook, YouTube, dan TikTok, yang mereka gunakan tidak hanya untuk mencari informasi tetapi juga sebagai sarana eksistensi diri dan hiburan, termasuk konten dark jokes. Faktor-faktor yang menyebabkan verbal bullying diklasifikasikan menjadi motivasi eksternal dan model sebagai motivator, sesuai dengan Teori Pembelajaran Sosial Albert Bandura. Motivasi eksternal mencakup pengaruh teman sebaya dan media sosial, di mana peserta didik cenderung "ikut-ikutan" atau terprovokasi oleh teman lain untuk melakukan bullying. Paparan konten dark jokes di media sosial juga memicu peserta didik meniru gaya bahasa kasar atau candaan yang menyakitkan. Model sebagai motivator menunjukkan bahwa peserta didik meniru perilaku dari figur atau konten yang mereka lihat di media sosial, seperti influencer, terutama jika model tersebut populer atau mendapat penguatan positif. Penelitian ini menekankan pentingnya peran sekolah, guru, dan orang tua dalam mengedukasi peserta didik tentang dampak negatif verbal bullying dan mempromosikan interaksi yang sehat. Kata Kunci: Verbal Bullying, Dark Jokes, Media Sosial, Peserta Didik, Teori Pembelajaran Sosial.