Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Penerapan Konsep Pajung To Luwu Pada Souvenir Sebagai Daya Dukung Pariwisata Di Kabupaten Luwu Indah, Nurul; Saputra, Andi Taslim; Purwanti, Anita; Putra, Anto Mandala; Umar, Muhammad Irsan; Samadi, Nuh Syamsuryadin Rala
VIVABIO: Jurnal Pengabdian Multidisiplin Vol 2, No 2 (2020): VIVABIO:Jurnal Pengabdian Multidisiplin
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/vivabio.2.2.2020.30791

Abstract

Kabupaten Luwu adalah suatu daerah yang terletak di bagian utara Sulawesi Selatan. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat tanah luwu sebagai petani, pedagang, nelayan dan pegawai kantoran. Kabupaten Luwu memiliki tempat wisata, yakni Pantai Ponnori, Buntu Matading, Air Terjun Riwang Selatan, Gua Ilan Batu, Air Terjun Sarassa dan sebagainya. Salah satu aspek yang menopang untuk bahan promosi tempat-tempat wisata itu adalah souvenir. Yang menjadi masalah saat ini adalah tidak ada souvenir yang mendukung dan mempromosikan Kabupaten Luwu, sehingga daerah ini tidak mampu bersaing di wilayah pariwisata di Sulawesi Selatan. Tempat wisata tanah luwu jarang sekali ditemukan souvenir yang berbentuk atau beridentitas pajung atau payung. Pajung Luwu merupakan simbol untuk Kabupaten Luwu. Konsep Pajung ini kemudian diaktualisasikan ke souvenir-souvenir, misalnya gantungan kunci, gelang, hiasan lampu, topi, baju batik  dan lain-lainnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai oleh-oleh yang unik dan beridentitas khas tanah luwu yang bisa dibawa pulang oleh para wisatawan yang berkunjung ke Luwu. Sementara itu, peran masyarakat dalam mempromosikan pariwisata Kabupaten Luwu masih kurang aktif, sedangkan di daerah ini sebenarnya memiliki banyak pemuda yang masih aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah diatas maka kami tim PKM-M memberikan sebuah solusi yaitu dengan mengadakan sebuah program pelatihan pembuatan souvenir yang mengangkat konsep Pajung to Luwu. Target sasaran pelatihan ini ialah Organisasi Masyarakat Lingkar Kreatif Luwu Timur yang berada di desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Hasilnya, kelompok masyarakat Lingkar Kreatif mendapatkan kreativitas baru yakni sebuah konsep penciptaan berdasarkan lokalitas serta mendapatkan peluang income baru dalam berkreativitas.
“Guiding Block Performance” sebagai Solusi Untuk Mengekspresikan Tarian Pakkarena Bagi Perempuan Penyandang Tunanetra di Makassar Sulawesi Selatan Kahfi, Ashabul; Saputra, Andi Taslim; Addas, Rahmawati; Rofii, Andi Afif
JPAI: Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia Vol 2, No 2 (2020): JPAI: Jurnal Perempuan dan Anak Indonesia
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35801/jpai.2.2.2020.30725

Abstract

Salah satu hal yang cukup ironi adalah terbatasnya ruang gerak bagi penyandang tunanetra, terutama dalam konteks pendidikan, sarana, lahan kerja, dan wadah berkesenian. Cara dunia bekerja pada hari ini begitu mengabaikan orang-orang yang menyandang tunanetra, yang sebenarnya penyandang tunanetra sangat sulit untuk menghadirkan alat-alat yang mendukung aktivitasnya. Sebagaimana yang diajukan alat oleh kelompok ini memilih aktivitas kesenian yang menjadi salah satu sandaran agar tetap mampu merayakan keinginan mengekspresikan diri penyandang tunanetra. Produk Guiding Block Performance yang bisa menjadi penunjuk arah di atas panggung pertunjukan dan mempunyai nilai fungsi yang lebih dibanding lantai panggung pertunjukan saat ini yang diperuntukkan untuk penyandang tunanetra. Sehingga Guiding Block Performance ini bermanfaat khususnya bagipenyandang tunanetra yang selama ini tidak mendapatkan perhatian khusus dalam mengekspresikan jiwa seninya dalam konteks seni pertunjukan, khususnya tari. Hasil yang dicapai pada pelaksanaan ini menciptakan sebuah desain baru Guiding Block yang diperuntukkan khusus untuk penyandang tunanetra. Adapun desain guiding itu terdiri dari dua bentuk, yakni desain guiding block dengan enam tanda panduan dan desain pola lantai untuk Guiding Block Performance. Dengan kehadiran alat ini maka menjadi alat advokasi yang terhubung ke pemerintah untuk kembali memperhatikan fungsi dan posisi Guiding Block yang bermanfaat bagi kehidupan penyandang tunanetra. Upaya-upaya menciptakan ruang publik yang ramah bagi penyandang tunanetra dengan inisiatif aksi berkesenian. Sebab tubuh manusia membutuhkan asupan nilai estetis. Ekspresi tari yang menghadirkan kepekaan spiritual dan estetis juga patut diperjuangkan untuk penyandang tunanetra.
Tari Pakarena Sebagai Instrumen Penanaman Nilai Tradisional bagi Siswa Penyandang Tunarungu SLB Pembina Tk. Provinsi Sulawesi Selatan Padalia, Andi; Saputra, Andi Taslim; Salawati, Bau
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat SEMINAR NASIONAL 2023:PROSIDING EDISI 5
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Sangat sedikit penyandang tunarungu yang menari, setidaknya tidak dalam skala yang cukup besar. Setelah mempelajari program sepulang sekolah, kami menemukan bahwa penyandang tunarungu hampir tidak pernah diikutsertakan dalam program tari. Data observasi awal menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mengikuti kegiatan menari sama dengan jumlah siswa yang menari. Penyandang tunarungu tidak terlalu termotivasi untuk menari. Hal ini dialami oleh peserta tunarungu di TK SLB Pembina Provinsi Sulawesi Selatan. Perlu adanya solusi yang dapat mengantisipasi dan mendorong partisipasi siswa tunarungu dalam menari. Salah satu upayanya adalah memperkuat adat istiadat komunitas tunarungu dengan pengajaran tari ahli yang menggabungkan aspek moral, pendidikan, hiburan, dan budaya daerah tersebut. Tari Pakarena adalah cara yang bagus untuk membantu siswa mempelajari dan menghargai budaya. Dapat dipadukan dengan permainan untuk kelompok mitra. Siklus hidup pengembangan multimedia digunakan dalam program kegiatan mahasiswa ini; pendekatan ini mencakup pengumpulan konsep, desain, dan dokumentasi. Tari Pakarena dapat dimanfaatkan dalam pelatihan khusus untuk mendorong penyandang tunarungu agar berkreasi dan menghidupkan ciri khasnya dalam kerangka identitas daerah. Prosesnya melibatkan perakitan, pengujian, dan distribusi. Tim pengabdian masyarakat kami menawarkan ragam gerak tari Pakarena sebagai sarana penguatan nilai-nilai tradisional dan mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi penyandang tunarungu. Pada kegiatan pertama dijelaskan tahap konsep, agenda, tujuan, konsep, dan modalitas pelatihan. Pengumpulan dan ringkasan data adalah tahap kedua. Ketiga, adegan uji coba tari Pakarena. Dengan memasukkan tari Pakarena ke dalam kehidupan sehari-hari, maka potensi peserta pelatihan dinilai dan dijabarkan pada fase terakhir ini.Kata Kunci : Pelatihan, Tari Pakarena, SLB  
Board Games Teater Rakyat Kondobuleng sebagai Media Interaktif Pembelajaran Seni bagi Siswa Upt Spf SMPN 27 Makassar Ramli, Asia; Saputra, Andi Taslim; Khaeruddin, Khaeruddin
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat SEMINAR NASIONAL 2023:PROSIDING EDISI 3
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. UPT SPF SMPN 27 Makassar merupakan sekolah menengah atas yang terletak di Kota Makassar Sulawesi Selatan. Sekolah tersebut terletak di zona perang dan daerah dengan tingkat kejahatan tertinggi. Kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi tumbuh kembang anak nakal dan pemarah. Berdasarkan pengamatan, sebagian besar anggota UPT SPF SMPN 27 Makassar berasal dari sekitar Sekolah. Sistem perumahan yang akan diterapkan berarti para siswa ini harus datang ke sekolah dari daerah setempat. Siswa ini tergolong sulit dan menimbulkan masalah perilaku bullying. Pernyataan yang direproduksi di atas menjadi perhatian Wakil Kepala Sekolah Seksi dan Humas, UPT SPF SMPN 27 Makassar. Fenomena bullying merupakan masalah yang paling kompleks dan terus terjadi di kalangan siswa sekolah ini. Keadaan ini tidak kunjung sirna karena sifat manusia yang ingin menguasai dan dikuasai. Jumlah pelaku bullying dibandingkan dengan jumlah korban bullying merupakan indikasi bahwa bullying dilakukan oleh banyak individu yang korbannya tidak dapat dibandingkan dengan kelompok pelaku bullying Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat dalam pelatihan Teater Rakyat Kondobuleng pada remaja non-produktif UPT SPF SMPN 27 Makassar di Kota Sulawesi Selatan melalui beberapa tahap sebagai berikut: a) Tahap Sosialisasi.b) Tahap Pengenalan dan Pengarahan. c) Tahap Simulasi Games. d) Tahap Evaluasi. e) Tahap Penyusunan Laporan. Pada pelatihan, teaterikal ini menyiratkan edukasi pada teks-teks nilai tradisi melalui teater rakyat Kondobuleng dengan kemasan Board Games. Nilai-nilai pemahaman positif ketika melakukan pelatihan Board Games dengan muatan teater rakyat Kondobuleng untuk siswa UPT SPF SMPN 27 Makassar telah meningkat, dari hasil observasi awal sekitar 30 % yang memperlihatkan ketidaktahuan terhadap teater rakyat Kondobuleng. Setelah pelatihan dan hasil evaluasi yang dilakukan, para peserta atau siswa menunjukkan ekspresi yang yang berkaitan dengan Kondobuleng dalam hal tersebut memperlihatkan pengetahuan tentang teater rakyat Kondobuleng meningkat dengan persentase 90 %. Kegiatan ini untuk mengatasi permasalahan yang kompleks bagi remaja non-produktif, maka kami tim pengabdian masyarakat menawarkan sebuah solusi yaitu melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat dengan memberi penguatan nilai tradisional dengan bentuk kemasan board games teater Kondobuleng.  Kata Kunci: Media, Board Games, Teater Rakyat Kondobuleng, Siswa
REPRESENTATION OF MAKASSAR TRIBAL IDENTITY IN THE TODDOPULI PERFORMANCE IN THE STATE OF SIAM: A SEMIOTICS STUDY OF JOHN FISKE Saputra, Andi Taslim; Budiarti, Nuramalia; Batara, Mohammad Arga; Bastian, Egis
JURNAL PAKARENA Vol 8, No 2 (2023): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/p.v8i2.48512

Abstract

The Toddopuli show in Negeri Siam tells the story of the struggle of the Makassarese tribe, who were forced to leave their home country for a new country. This show shows the dominant culture and identity of Makassar. This performance shows culture and identity through dialogue accompanied by aesthetic movements, the lyrics sung by the players, and the movements and songs of the players' behavior. It was later identified as a dance drama. This research is classified as qualitative research conducted in depth using descriptive analysis. To explain the representation of Makassar culture and identity, this is analyzed using John Fiske's semiotic surgical tools. As a result, the representation of Makassar culture and identity in this performance is implemented through dialogue, events, actions, poetry, and props. This theatrical performance reveals that Makassar's culture and identity place dialogue that has the character of struggle, and the values of struggle are discussed in the performance text. Daeng Mangalle and the Makassar warriors, who apply cultural characterization and ethnic identity to the Makassarese, characterize the language of performance texts, which are effective in constructing the culture and identity of the Makassar people.Keywords: Theater, Representation, Culture, Identity, Makassar
ARTISTIC COMMUNICATION BULLYING THE CONCEPT OF ALIENATION IN PRUSDIANTO'S TANIA ANDI THEATER PERFORMANCE Nurabdiansyah, Nurabdiansyah; Saputra, Andi Taslim; Hamka, Dwi Wahyuni
JURNAL PAKARENA Vol 9, No 1 (2024): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/p.v9i1.61034

Abstract

The relationship between theater and everyday life seems distant, barren, and isolated as a science. But as a performance, apart from being a creative medium that can channel artistic communication, it must also be close to the community. This mission was hinted at in Tania Andi's performance which initiated Brecht's concept of alienation. This research focuses on Tania Andi's performance which was staged at the Societet de Harmoni Arts Building in Makassar City at the South Sulawesi Student Theater Festival. The phenomenon of artistic communication is studied in this research using Roland Barthes' semiotic theory. This research aims to describe the semiotic meaning related to artistic communication which implies the meaning of bullying. The research method uses a qualitative approach with the research object being the Tania Andi Karya Prusdianto performance produced by the FBS UNM Literature Workshop. Interviews with actors and directors are primary data sources, while secondary data sources are literature studies and searches of several articles on the internet that are related to the research object. As a result, these attitudes and traits are certainly the result of responding negatively to our failure to deal with events and this becomes a symptom of bullying that appears verbally, physically and psychologically. These three forms of bullying emerged in the phenomenon of Tania Andi's performance with a performance that was conceptualized as alienation.
Ragam Proses Kreatif Seniman: Sebuah Tinjauan Gagasan Proses Kreatif Suyudi, Muhammad; Saputra, Andi Taslim
Nuansa Journal of Arts and Design Vol 7, No 2 (2023): September
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/njad.v7i2.56164

Abstract

Satu-satunya hal yang terlihat  bagi apresiator  hanyalah seorang  seniman  yang mengaplikasikan  sesuatu pada objek karyanyabahan berwarna dan seorang gitaris yang menggores senarnya. Di sisi lain, jika  dicermati lebih dekat, Anda akan menemukan bahwa seorang pelukis atau musisi bisa menjadi seniman yang terampil jika memiliki kesadaran tertentu terhadap proses kreatif.  Dari hal tersebut maka dibutuhkan penjelajahan terhadap proses kreatif. Uraian ragam proses kreatif dilakukan dengan cara studi  pustaka yang terkait fenomena pengalaman estetik yang telah dituliskan oleh berbagai sumber.    Hasilnya memperlihatkan  Pelukis juga dapat menggali imajinasi kreatifnya berdasarkan gambar imajinasi dari mimpi  atau cerita yang pernah dia baca. Pengalaman  estetik  lainnya turut memberikan peluang estetik pada pengolahan ragam kreatif. Hal yang dimaksud adalah kondisi perkembangan  teknik  sekaligus muatan nilai dan rasa bagi senimannya sewaktu merespon karyanya.Satu-satunya hal yang terlihat  bagi apresiator  hanyalah seorang  seniman  yang mengaplikasikan  sesuatu pada objek karyanyabahan berwarna dan seorang gitaris yang menggores senarnya. Di sisi lain, jika  dicermati lebih dekat, Anda akan menemukan bahwa seorang pelukis atau musisi bisa menjadi seniman yang terampil jika memiliki kesadaran tertentu terhadap proses kreatif.  Dari hal tersebut maka dibutuhkan penjelajahan terhadap proses kreatif. Uraian ragam proses kreatif dilakukan dengan cara studi  pustaka yang terkait fenomena pengalaman estetik yang telah dituliskan oleh berbagai sumber.    Hasilnya memperlihatkan  Pelukis juga dapat menggali imajinasi kreatifnya berdasarkan gambar imajinasi dari mimpi  atau cerita yang pernah dia baca. Pengalaman  estetik  lainnya turut memberikan peluang estetik pada pengolahan ragam kreatif. Hal yang dimaksud adalah kondisi perkembangan  teknik  sekaligus muatan nilai dan rasa bagi senimannya sewaktu merespon karyanya.
TRANSFORMING KINATAH NAGASASRA AS A BATIK MOTIFS FOR CASUAL CLOTHES mellynada putri, casi; saputra, andi taslim
Runtas : Journal Of Arts And Culture Vol. 2 No. 1 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/runtas.v2i1.4816

Abstract

This work creation was inspired by the shape of Kinatah Nagasasra, a name of dhapur (physical form) of a Kris. Such a dapur is characterized by the presence of decoration in the form of dragon as a Kinatah on the surface of the Kris blade. The characteristics of Nagasasra are having a kinatah in the form of crowned dragon, having a thousand scales on its body, and having a jamang (head ornament worn on the forehead). This Kris blade has visual meaning in the form of symbols representing characteristics of a leader. This study aims at exploring and stylizing the shape of Kinatah Nagasasra and using it in creating handmade batik on the casual wear. The creation of this work employed the   art creation method by collecting data from literature as well as previous designs and embodiments.  Handmade batiks technique was used in the creation process by using   primissima cotton fabric and remasol (coloring matter) as raw materials. Handmade batik technique that is used is dipping technique. The color chosen is the color preferred by consumers aged 18-35 years.  The resulting work consists of four dresses and is entitled UPANGGA RADMILA. Each of dress has also its own title, namely PANDITA, PARAHITA, PRABALA, PRASANTI. The designers hope that this work can help to socialize good characteristics of leader through symbols in it.  The characteristics consists of prioritizing the welfare of members, the awareness that power is a trust, being able to protect and prosper members, and being a role model to the members.
PELATIHAN PENDALAMAN KEAKTORAN DENGAN METODE PERMAINAN TRADISIONAL BAGI SISWA UPT SPF SMPN 27 MAKASSAR Saputra, Andi Taslim; Ramli, Asia; Yatim, Heriyati; Jayadi, Karta; Baetal Mukadas, Andi
Sureq: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berbasis Seni dan Desain Vol 3, No 2 (2024): Juli-Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/srq.v3i2.66356

Abstract

UPT SPF SMPN 27 Makassar merupakan sekolah menengah pertama yang terletak di Kota Makassar Sulawesi Selatan. Sekolah ini memiliki aktivitas kesenian yang berkembang dan tumbuh secara signifikan setiap tahunnya. Ekositem kesenian yang dibangun mengadopsi segala bentuk atau jenis kesenian. Sehingga orientasi kesenian baik dalam konteks seni rupa, seni tari, seni musik, dan seni teater tidak memiliki dasar yang mendalam terhadap nilai-nilai lokalitas, hal yang paling ditinjau adalah fenomena pembelajaran teater. Tujuan pengabdian adalah untuk melatih pendalaman karakter dengan menggunakan permainan tradisional. Metode yang digunakan adalah analisis, perancangan, pengenalan dan implementasi, dan evaluasi. Pelatihan ini dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran, sarana refleksi, perubahan dan pengajaran berharga bagi peserta didik UPT SPF SMPN 27 Makassar. Pelaksanaan pelatihan dengan model pendampingan bagi peserta atau mitra agar pelatihan lebih aktif, kreatif dan menyenangkan. Pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: (1) Merancang pelatihan teater melalui metode permainan tradisional Ma’benteng yang diperuntukkan materi pendalaman karakter, (2) laboratorium permainan tradisional pada pembelajaran teater dengan mengadopsi bentuk permainan tradisional ma’benteng, dan (3) melaksanakan kegiatan games berbasis permainan tradisional. Selain itu, pelatihan ini menghasilkan luaran sebagai berikut: (1) Mengurai persoalan dengan pendekatan teater yang menjadi patron serta meningkatkan nilai tradisional melalui pembelajaran teater berbasis seni teater (2) Video dokumentasi kegiatan (3): Menerbitkan artikel di Jurnal Sureq: Pengabdian Masyarakat Berbasis Seni dan Desain.
REKONSTRUKSI KARYA TARI PAKINANGAN SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN TRADISI ACEH Sukman, Fifie Febryanti; Airiansyah, Fitra; Saputra, Andi Taslim; Arifin, Irfan; Jayadi, Karta
Sureq: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berbasis Seni dan Desain Vol 3, No 2 (2024): Juli-Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/srq.v3i2.69570

Abstract

Penelitian ini membahas rekonstruksi Tari Pakinangan sebagai upaya pelestarian tradisi Aceh, khususnya kebiasaan menginang yang kian terlupakan di masyarakat. Tari Pakinangan dirancang untuk merepresentasikan nilai-nilai sosial, budaya, dan tradisi Aceh melalui pengolahan estetika gerak, konsep penari, musik, properti, serta rias dan busana. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan observasi, wawancara, dan studi literatur. Observasi dilakukan terhadap kebiasaan dan simbolisme tradisi Pakinangan, sementara wawancara melibatkan tokoh masyarakat yang memahami makna budaya tersebut. Studi literatur digunakan untuk mendukung proses analisis data dan pengembangan koreografi. Hasilnya adalah karya tari yang mengangkat aktivitas memakan sirih dan pinang sebagai simbol solidaritas sosial masyarakat Aceh. Musik tradisional, seperti rapa’i dan serune kalee, digunakan untuk memperkuat suasana naratif tarian. Properti yang dipilih, seperti tepak sirih dan dulang, melengkapi koreografi yang estetis dan bermakna budaya. Rekonstruksi ini menunjukkan bahwa sinergi antara lembaga pendidikan dan institusi kebudayaan mampu menciptakan inovasi seni yang relevan sekaligus menjadi media edukasi dan pelestarian budaya. Tari Pakinangan diharapkan dapat memperkenalkan kembali tradisi lokal kepada generasi muda dan masyarakat luas.