Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

MENGENAL KAMPUNG ADAT CIREUNDEU WARISAN BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUNDA Hendrawan, Jajang Hendar; Halimah, Lili; Alatif, Muhamad Isman
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 5, No 4 (2022): October
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jces.v6i1.29914

Abstract

Abstrak: Kampung Adat Cireundeu, yang berdiri sejak abad ke-16 di Kecamatan Cimahi Selatan, Jawa Barat, dikenal sebagai salah satu benteng terakhir budaya Sunda. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan tradisi dan adat istiadat yang masih dijalankan oleh masyarakat Kampung Adat Cireundeu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data meliputi observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kampung Adat Cireundeu masih memegang teguh tradisi Sunda Wiwitan, yang mengajarkan harmonisasi antara manusia dengan alam. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani dan perajin, dengan singkong sebagai makanan pokok yang diolah menjadi berbagai produk pangan. Rumah-rumah di kampung ini mempertahankan arsitektur tradisional Sunda dan kampung ini sering dijadikan tujuan wisata budaya dan pendidikan.Hukum adat di Kampung Cireundeu mencakup berbagai aspek kehidupan sosial, termasuk pernikahan, warisan, kelahiran, kematian, dan pangan, dengan sanksi sosial sebagai hukuman bagi pelanggaran. Tantangan utama yang dihadapi adalah mempertahankan tradisi dan adat istiadat di tengah arus modernisasi. Upaya pelestarian dilakukan melalui pendidikan budaya kepada generasi muda dan promosi pariwisata budaya. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap kekayaan budaya Kampung Adat Cireundeu serta mendorong upaya pelestarian budaya tersebut di masa depan.Abstract: The Cireundeu Traditional Village, established in the 16th century in South Cimahi District, West Java, is known as one of the last strongholds of Sundanese culture. This research aims to identify and document the traditions and customs still practiced by the Cireundeu Traditional Village community. The research method used is qualitative with an ethnographic approach. Data collection techniques include participatory observation, in-depth interviews, and documentation studies.The results show that the Cireundeu Traditional Village community still adheres firmly to Sunda Wiwitan traditions, which teach the harmonization between humans and nature. Most residents work as farmers and craftsmen, with cassava as their staple food, which is processed into various food products. The houses in this village maintain traditional Sundanese architecture, and the village is often a destination for cultural and educational tourism.Customary laws in Cireundeu Village cover various aspects of social life, including marriage, inheritance, birth, death, and food, with social sanctions as punishment for violations. The main challenge faced is maintaining traditions and customs amidst the tide of modernization. Preservation efforts are carried out through cultural education for the younger generation and the promotion of cultural tourism.This research is expected to enhance understanding and appreciation of the cultural richness of the Cireundeu Traditional Village and encourage efforts to preserve this culture in the future.
MEMBANGUN KESADARAN HUKUM PADA USIA DINI MELALUI PENTAS DRAMA SEDERHANA DI KAMPUNG TUGUMUKTI KBB Halimah, Lili; Wulandari, Ayu
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 5, No 4 (2022): October
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jces.v5i4.29950

Abstract

Abstrak: Upaya pencegahan dinilai sangat penting dan bisa dimulai dari dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat. Pemahaman dibidang hukum khusunya diterapkan pada anak-anak dan remaja akan mudah dipahami apabila dilakukan dengan metode permainan (drama), karena anak-anak lebih suka hal-hal yang mereka anggap menyenangkan. Adapaun tujuan pelaksanaan kegiatan ini untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran hukum dikalangan anak-anak sehingga diharapkan bisa menciptakan generasi yang taat akan hukum. Metode yang dilakukan yakni metode tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Dalam pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan pemberian materi, pembagian kelompok dan seluruh pesertanya mempragakannya dengan memainkan drama yang telah disusun. Dalam kegiatan ini bisa dilihat bahwa anak-anak lebih mengerti pada saat praktek dibandingkan pada saat pemberian materi. Untuk membangun kesadaran hukum sejak dini, tidak harus menunggu setelah terjadi pelanggaran dan penindakan oleh penegak hukum. Upaya pencegahan dinilai sangat penting dan bisa dimulai dari dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat. Dengan adanya kesadaran hukum ini kita akan menyaksikan tidak adanya pelanggaran sehingga kehidupan yang ideal akan ditemui.Abstract: Prevention efforts are important and can start from within the family as the smallest unit of society. Understanding the field of law especially applied to children and adolescents, will make it easy to know if it is done by the game method (drama) because children prefer things that they find fun. The purpose of this activity is to increase understanding and awareness of the law among children, which is expected to create a generation that obeys the law. The methods carried out are the planning stage method and the implementation stage. This community service is carried out by providing materials, dividing groups and all participants practice it by playing the drama that has been arranged. In this activity, it can be seen that the children understand better during practice than when given material. To build legal awareness from an early age, there is no need to wait after violations and enforcement by law enforcement. Prevention efforts are important and can start from within the family as the smallest unit of society. With this legal awareness, we will witness the absence of violations so that an ideal life will be found.
MENGHIDUPKAN KEMBALI KAULINAN BARUDAK DALAM UPAYA MENCEGAH PENGGUNAAN GADGET SECARA BERLEBIHAN PADA ANAK DIBAWAH UMUR DAN EKONOMI PRAKTIS DIZAMAN MODERN Halimah, Lili; Hendrawan, Jajang Hendar; Bisri, Hasim
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 6, No 1 (2023): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jces.v6i1.29943

Abstract

Abstrak: Di era digital, gawai (gadget) seakan tak terpisahkan dari kehidupan anak. Penggunaan gadget yang berlebihan nyatanya berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mereka. Untuk menanggulangi hal ini, menghidupkan kembali "kaulinan barudak" (permainan anak) tradisional menjadi langkah strategis. Kaulinan barudak tak hanya menyenangkan, tapi juga kaya manfaat. Permainan seperti petak umpet, engrang-engrang, atau gobak sodor melatih motorik kasar dan kemampuan bersosialisasi. Selain itu, permainan seperti congklak atau egrang batok mengasah kecerdasan dan sportivitas. Bandingkan dengan gadget yang cenderung menghasilkan sifat individualistis dan kurangnya aktivitas fisik. Menghidupkan kembali kaulinan barudak membutuhkan kolaborasi berbagai pihak. Orang tua memegang peranan penting. Kenalkanlah anak pada permainan tradisional. Ajak mereka membuat alat permainan bersama menggunakan bahan sederhana. Luangkan waktu untuk bermain bersama anak. Selain keluarga, sekolah juga bisa berperan aktif. Alokasi waktu khusus untuk bermain tradisional dalam kegiatan sekolah dapat menjadi langkah awal. Libatkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis permainan tradisional. Komunitas dan pemerintah daerah juga bisa ikut serta. Penyelenggaraan festival permainan rakyat atau lomba kaulinan barudak dapat menjadi daya tarik bagi anak. Bekerja sama dengan komunitas permainan tradisional untuk mengadakan pelatihan pembuatan alat permainan atau menjadi narasumber tentang sejarah dan filosofi kaulinan barudak di sekolah-sekolah bisa dipertimbangkan. Dengan menghidupkan kembali kaulinan barudak, kita tidak hanya melestarikan budaya, namun juga berupaya menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan berjiwa sosial. Anak-anak pun dapat memiliki keseimbangan dalam menggunakan gadget dan menikmati permainan yang sesungguhnya.Abstract: In the digital era, gadgets seem inseparable from children's lives. However, excessive gadget use negatively impacts their physical and mental health. To address this issue, reviving "kaulinan barudak" (traditional children's games) becomes a strategic step. Kaulinan barudak is not only fun but also rich in benefits. Games such as hide and seek, engrang-engrang, or gobak sodor help develop gross motor skills and social abilities. Additionally, games like congklak or egrang batok enhance intelligence and sportsmanship. Compared to gadgets, which tend to encourage individualistic behavior and a lack of physical activity, traditional games promote active and interactive play. Reviving kaulinan barudak requires collaboration from various stakeholders. Parents play a crucial role in introducing their children to traditional games. They can engage children in making play tools together using simple materials and dedicate time to playing with them. Besides families, schools can also take an active role by allocating special time for traditional games during school activities. Schools can integrate traditional game-based extracurricular programs to encourage participation. Moreover, communities and local governments can contribute by organizing folk game festivals or "kaulinan barudak" competitions to attract children's interest. Collaborating with traditional game communities to conduct workshops on making traditional play tools or inviting experts to teach the history and philosophy of kaulinan barudak in schools can also be considered. By reviving kaulinan barudak, we are not only preserving cultural heritage but also striving to create a healthier, smarter, and more socially engaged generation. Children can achieve a balance between using gadgets and experiencing real, interactive play.
Refleksi terhadap kewarganegaraan ekologis dan tanggung jawab warga negara melalui program ecovillage Halimah, Lili; Nurul, Siti Fauziah
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan Vol 17, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jc.v17i2.28465

Abstract

Penelitian ini mengangkat permasalahan Sungai Citarum yang keadaannya sangat memprihatinkan walaupun pemerintah daerah telah berupaya menanganinya dengan berbagai program dan dengan biaya yang sangat besar.  Ecological citizenship merupakan gerakan sebagai upaya mengubah perilaku masyarakat agar sadar lingkungan. Civic responsibility adalah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Tujuan penelitian adalah menganalisis program agar dapat mengubah mindset masyarakat mempunyai kesadaran untuk mencintai lingkungan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan observasi, dan wawancara. Hasil penelitian masyarakat masih belum memiliki kesadaran untuk membantu program pemerintah daerah, hal ini disebabkan karena faktor pendidikan, status sosial dan ekonomi. Cara yang tepat untuk mempromosikan ecological citizenship dan civic responsibility adalah edukasi tingkat sekolah menengah untuk menghindari krisis lingkungan, ekonomi, dan budaya di masa depan dengan menambahkan Kurikulum Kewarganegaraan. Komunikasi aktif dari pemerintah daerah kepada masyarakat terbangun kesadaran untuk ikut membangun lingkungan. ABSTRACTThis research about the Citarum River problem is in deplorable condition even though the local government has tried to solve it with various programs and at a very high cost. Ecological citizenship is a movement to change people's behavior so that they are environmentally aware. Civic responsibility is an awareness of the rights and obligations of the citizen. The research objective is to analyze the program to change the mindset of having the awareness to love the environment. The research method used a qualitative approach with observation and interviews. The results of the community research still do not have the awareness to help local government programs. It is due to factors of education, social, and economic status. An appropriate way to promote ecological citizenship and civic responsibility is secondary school level education to avoid future environmental, economic, and cultural crises by adding a citizenship curriculum in school. Citizen awareness can build from a good partnership between government and society
Menumbuhkan Kreativitas Peserta Didik Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Retnoasih, Agustina; Hendrawan, Jajang Hendar; Halimah, Lili
IQRO: Journal of Islamic Education Vol. 8 No. 1 (2025): VOL 8 N0 1 2025
Publisher : Prodi Pendidikan Agama Islam FTIK IAIN Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24256/iqro.v8i1.6858

Abstract

Kreativitas merupakan kompetensi esensial abad ke-21 yang penting dikembangkan sejak dini guna membentuk generasi yang adaptif, inovatif dan solutif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) tema Suara Demokrasi dapat menumbuhkan kreativitas peserta didik di SMP Negeri 4 Subang. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya partisipasi aktif dan hasil karya inovatif peserta didik dalam pembelajaran berbasis projek. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif metode studi kasus, dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan P5 telah dilaksanakan secara kolaboratif dan sistematis oleh kepala sekolah, guru dan koordinator, meskipun sebagian fasilitator masih membutuhkan penguatan pemahaman. (2) Pelaksanaan P5 mampu menumbuhkan kreativitas peserta didik melalui kegiatan yang aktif, kolaboratif dan relevan dengan kehidupan nyata. (3) Penilaian dilakukan berbasis rubrik dan portofolio yang menunjukkan peningkatan kreativitas, kepercayaan diri serta keterampilan abad ke-21. (4) Evaluasi dan tindak lanjut dilaksanakan menyeluruh, melibatkan seluruh elemen sekolah serta mitra. P5 berdampak positif pada perkembangan karakter dan kreativitas peserta didik, meskipun masih terdapat tantangan seperti pembagian waktu dan peran fasilitator.
Efektivitas Media Cerita Pendek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar di SMA Negeri 1 Batujajar Hartati, Yayu Setia; Halimah, Lili; Fajar, Arnie
IQRO: Journal of Islamic Education Vol. 8 No. 1 (2025): VOL 8 N0 1 2025
Publisher : Prodi Pendidikan Agama Islam FTIK IAIN Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24256/iqro.v8i1.6866

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media cerita pendek (cerpen) dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Batujajar, yang dilatarbelakangi oleh rendahnya minat dan hasil belajar peserta didik akibat dominasi metode ceramah, minimnya inovasi media, serta keterlibatan peserta didik yang rendah dalam proses belajar. Cerpen dinilai mampu menghadirkan materi sejarah dalam bentuk naratif yang menarik, kontekstual, dan bermakna, sehingga meningkatkan daya tarik peserta didik dan memperdalam pemahaman. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi experiment) dan desain pretest-posttest control group design, dengan subjek dua kelas, yakni XII MIPA 3 sebagai kelas eksperimen dan XII MIPA 1 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan mencakup tes hasil belajar, lembar observasi, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media cerpen secara signifikan meningkatkan hasil belajar peserta didik dibandingkan metode konvensional, yang ditunjukkan oleh rata-rata posttest kelas eksperimen yang lebih tinggi. Observasi juga mencatat peningkatan keterlibatan peserta didik dan kreativitas guru selama pembelajaran, serta dampak positif pada aspek afektif peserta didik, seperti empati sejarah dan apresiasi terhadap nilai-nilai masa lalu. Dengan demikian, media cerpen terbukti efektif sebagai alternatif pembelajaran sejarah yang inovatif dan humanistik.
Budaya Seren Taun sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Kasepuhan Cisungsang Kabupaten Lebak Provinsi Jawa Barat Halimah, Lili; Guntara, Diki
Journal of Moral and Civic Education Vol 1 No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Ilmu Sosial Politik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.563 KB) | DOI: 10.24036/8851412020171117

Abstract

Society, particularly the younger generation, practice less of local culture, as seen from how they dress, their consumerist lifestyle, indecorum, or the use of strong language (diglossia). Society’s lack of appreciation concerns traditional leaders. Traditional leaders therefore play an important role in preserving kasepuhan (traditional kampong) Cisungsang’s local wisdom. This research was qualitative; primary data was obtained from five informants chosen by purposive and snowball. Data was collected by interviews, observations, and document study. This research found that the tradition of Seren Taun ceremony contains “tuntunan (guidance) and “tontonan” (spectacle) values. Traditional leaders’s role was important in popularizing, maintaining, and teaching society the values from generation to generation as an expression of gratitude to God Almighty and to guide the relationships between man and God, man and nature, fellow human, and man and their nation. Optimal participation of Kabupaten Lebak local administration is necessary to protect the values from modernization, particularly through mass media. Rendangan and traditional leaders, in hold-ing Seren Taun ceremony, must be in harmony with religious teaching. Youth participation in the ceremony is expected to filter outside cultural influences. Keywords: cultural values, Seren Taun traditional ceremony, local wisdom ABSTRAK Budaya lokal memudar di kalangan masyarakat, terutama generasi muda, dilihat dari cara berpakaian, pola hidup konsumtif, kurangnya sopan santun, atau penggunaan bahasa kasar (diglosia). Ketidakpedulian masyarakat terhadap kebudayaan sendiri menjadi keresahan tokoh adat, sebab kebudayaan tersebut akan memudar dan menghilang. Tokoh adat berperan dalam mengatasi permasalahan masyarakat kasepuhan Cisungsang dalam rangka pelestarian kearif-an lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, data primer diperoleh dari lima orang informan yang dipilih secara purposive dan snowball. Pengumpulan data mengguna-kan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam budaya adat Seren Taun yaitu berupa nilai tuntunan dan tontonan. Peran tokoh adat berperan dalam mensosialisakan, menjaga dan mengajarkan secara turun-temurun kepada masyarakat/ generasi muda secara estafet sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan dijadikan pedoman dalam kehidupan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan bangsanya. Optimalisasi partisipasi pemerintah daerah Kabupaten Lebak diperlukan agar nilai-nilai budaya tidak hilang oleh modernisasi, terutama melalui media massa. Dalam melaksanakan tradisi upacara adat Seren Taun, tokoh adat dan rendangan harus harmonis dengan ajaran agama. Keikusertaan generasi muda dalam pelaksanaan upacara adat Seren Taun ini diharapkan dapat menjadi filter dari pengaruh budaya luar. Kata Kunci: nilai budaya, upacara adat Seren Taun, kearifan lokal
Developing Civic Education Learning through Cosmopolitan Value Perspective Halimah, Lili
Journal of Moral and Civic Education Vol 2 No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Ilmu Sosial Politik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.553 KB) | DOI: 10.24036/885141221201893

Abstract

This study aims to provide insight to PPKn teachers because it is part of the research on citizenship development studied through the perspective of cosmopolitan values. In this era of globalisation, the Indonesian people are faced with global forces that go hand in hand with cosmopolitanism. The main problem is how much Civic Education (Civics Education) is influenced by cosmopolitan values? The research locations are spread in Cimahi Tengah, Utara, and Selatan totaling 45 schools. The study population totaled 20,702 with a sample of 400 students. The study used the Cross-Sectional Survey method. Retrieval of data through a questionnaire. Data analysts were carried out with Structural Equation Modeling competency tests. The results showed that the impact of cosmopolitan values ​​on Civics learning was significant (with R2 = 0.6971 or 69.71%), indicating the process of harmonizing cosmopolitan values ​​in secondary school students in civics learning. Cosmopolitan values ​​have a higher effect (31.44%) than Civics learning, which shows that the cosmopolitan values ​​studied in Civics affect middle school students in Cimahi even though only 13.42%. Cosmopolitan values ​​are an important factor in developing Civics learning amid the swift currents of globalisation. This has implications for the government to review the Civics curriculum by paying attention to the phenomena that exist in society, namely the strengthening of globalisation and cosmopolitan values ​​that are increasingly widespread in all aspects so that it is feared to have an impact on student behavior into global culture so that there is a shift in the mindset and lifestyle of students in Cimahi City. Thus, through this research, at least PPKn teachers or relevant researchers can minimize the phenomena and the negative impacts arising from globalisation. Keywords: learning, civic education, and cosmopolitan values ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para guru PPKn karena merupakan bagian dari penelitian pengembangan kewarganegaraan dikaji melalui perspektif nilai kosmopolitan. Di era globalisasi ini, masyarakat Indonesia dihadapkan pada kekuatan globalisasi yang beriringan dengan kosmopolitan. Masalah utama yaitu seberapa besar pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dipengaruhi oleh nilai kosmopolitan? Lokasi penelitian tersebar di Cimahi Tengah, Utara, dan Selatan berjumlah 45 sekolah. Populasi penelitian berjumlah 20.702 dengan sampel 400 siswa. Penelitian menggunakan metode Cross-Sectional Survey. Pengambilan data melalui kuesioner. Analis data dilakukan dengan uji kompetensi Structural Equation Modeling. Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak nilai kosmopolitan terhadap pembelajaran PKn sudah signifikan (dengan R2 = 0,6971 atau 69,71%), menunjukkan adanya proses harmonisasi nilai kosmopolitan pada siswa sekolah menengah dalam pembelajaran civics. Nilai kosmopolitan memiliki pengaruh yang lebih tinggi (31,44%) dari pembelajaran PKn, yakni menunjukkan bahwa nilai kosmopolitan yang dipelajari dalam PKn berpengaruh pada siswa sekolah menengah di Cimahi walaupun hanya 13,42%. Nilai kosmopolitan menjadi faktor penting dalam mengembangkan pembelajaran PKn ditengah derasnya arus globalisasi. Hal ini berimplikasi bagi pemerintah untuk mengkaji kembali kurikulum PKn dengan memperhatikan fenomena yang ada di masyarakat yakni menguatnya globalisasi dan nilai kosmopolitan yang semakin meluas ke seluruh aspek sehingga dikhawatirkan berdampak bagi perilaku siswa ke dalam budaya global sehingga terjadi pergeseran pada pola pikir, dan gaya hidup siswa di Kota Cimahi. Dengan demikian melalui penelitian ini setidaknya para guru PPKn atau peneliti yang relevan dapat meminimalisir fenomena dan dampak negatif yang ditimbulkan dari globalisasi. Kata kunci: pembelajaran, pendidikan kewarganegaraan, nilai kosmopolitan
Pelatihan Penggunaan Sosial Media untuk Meningkatkan Personal Branding dan Pemahaman Komunikasi Siswa SMK Marzuki , Marzuki; Zakaria, Nanang; Fiyul, Arfiani Yulianti; Halimah, Lili; Arfiawati, Fristi
Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2025): JULY-JPM
Publisher : PDPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58818/jpm.v3i2.118

Abstract

Media sosial saat ini menjadi sarana penting dalam membangun citra diri (personal branding) dan keterampilan komunikasi, khususnya bagi generasi muda. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam memanfaatkan media sosial secara positif dan strategis sebagai alat untuk membentuk personal branding serta memperkuat pemahaman mereka terhadap komunikasi digital. Pelatihan dilaksanakan melalui pendekatan interaktif yang melibatkan penyampaian materi, diskusi, studi kasus, dan praktik langsung penggunaan berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan LinkedIn. Peserta berjumlah 60 orang siswa, pelaksanaan kegiatan berlokasi di SMK Tunas Bangsa, Bandung Barat Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pemahaman siswa terhadap etika komunikasi digital, strategi membangun citra positif di media sosial, serta kemampuan teknis dalam membuat konten yang relevan dengan bidang keahlian mereka. Kegiatan ini diharapkan dapat membekali siswa dengan keterampilan penting dalam menghadapi tantangan dan peluang di era digital, baik untuk keperluan personal, pendidikan, maupun persiapan dunia kerja.
Pelatihan Pembuatan Nomor Induk Berusaha Bagi UMKM Guna Memiliki Legalitas Usaha di Desa Gadobangkong Bandung Barat Halimah, Lili; Nasim, Eman Sulaeman; Tripalupi, Ramadhani Irma; Effendi, Marwan; Ichtiat, Helmi Qodrat
Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2025): JULY-JPM
Publisher : PDPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58818/jpm.v3i2.121

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Gadobangkong, Bandung Barat dalam melakukan pendaftaran dan pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) melalui sistem Online Single Submission (OSS), peserta berjumlah 30 UMKM yang memiliki usaha bervariasi. Pelatihan dilaksanakan secara tatap muka dengan pendekatan partisipatif yang mencakup sosialisasi pentingnya legalitas usaha, panduan teknis penggunaan platform OSS, dan praktik langsung pembuatan NIB. NIB merupakan identitas legal usaha yang wajib dimiliki pelaku usaha agar dapat menjalankan kegiatan bisnis secara sah dan memperoleh akses terhadap berbagai fasilitas pemerintah, termasuk pembiayaan, pelatihan, dan perlindungan hukum. Namun, banyak pelaku UMKM di desa ini yang belum memiliki NIB karena keterbatasan informasi, keterampilan digital, serta kendala administratif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa peserta pelatihan mengalami peningkatan pemahaman dan sebanyak 93% peserta berhasil memperoleh NIB secara mandiri. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong transformasi UMKM yang lebih formal dan berdaya saing di tingkat lokal maupun nasional