Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB Pradiningsih, Anna; Nopitasari, Baiq Leny; Sari, Monita
Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 2, No 2 (2021): JULI
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/lf.v2i2.5227

Abstract

ABSTRAK Demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan dan dapat menurunkan tingkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik pada terapi pasien demam tifoid di RSUD Provinsi NTB. Desain penelitian ini adalah observasional deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu meneliti kebelakang dengan meneliti data skunder. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan distribusi jenis kelamin periode Juni 2019 adalah perempuan sebanyak 14 pasien (46%) dan laki-laki 16 pasien (54%) dari 30 pasien. Bedasarkan kelompok umur 12-16 tahun dengan presentase 23%, kedua kelompok umur 17-25 dengan presentase 16 %, kemudian kelompok umur 6-11 tahun dengan presentase 10% dan kelompok umur 46-55, 56-65 dan >60 dengan presentase 5%. Berdasarkan peresepan antibiotik yang paling banyak diresepkan pada periode Mei – Juni 2019 adalah golongan sefalosporin sebanyak 23 resep (76,3%) yang terdiri dari Cefixime 3 resep (10%), Ceftriaxone 19 resep (63%), Cefatokxim (3,31 resep%), golongan quinolone sebanyak 6 resep (20%) yang terdiri dari Levoploxacin 6 resep (20%), dan Golongan klorampenicol sebanyak 1 resep (3,3%). Berdasarkan bentuk sediaan, antibiotik yang paling banyak diresepkan periode Mei- juni 2019 adalah bentuk sediaan injeksi sebanyak 26 resep (81%), bentuk sediaan sirup sebanyak 2 resep (6%) sedangkan dalam bentuk tablet sebanyak 4 resep (13%).  Kata kunci : Antibiotik; Demam Tifoid. ABSTRACT Typhoid fever is an acute infection of the small intestine with symptoms of fever for more than one week, resulting in indigestion and can reduce levels. This study aims to determine the profile of the use of antibiotics in the treatment of typhoid fever patients in Mataram Province Hospital. The design of this research is descriptive observational, that is research that aims to get a picture or description of a situation objectively, data retrieval is done retrospectively by examining the backward by examining secondary data. The results showed that based on sex distribution in the June 2019 period were 14 patients (46%) and 16 patients (54%) of 30 patients. Based on the age group of 12-16 years with a percentage of 23%, the second group of ages 17-25 with a percentage of 16%, then the age group of 6-11 years with a percentage of 10% and the age group of 46-55, 56-65 and > 60 with a percentage of 3%. Based on prescription of antibiotics most prescribed from May to June 2019 are cephalosporins with 23 prescriptions (76.3%) consisting of Cefixime 3 prescriptions (10%), Ceftriaxone 19 prescriptions (63%), Cefatokxim (3.31 prescription% ), quinolone group as many as 6 recipes (20%) consisting of Levoploxacin 6 recipes (20%), and chlorampenicol group as much as 1 recipe (3.3%). Based on dosage forms, the most prescribed antibiotics in the May-June 2019 period were 26 prescription injection forms (81%), syrup dosage forms were 2 prescriptions (6%) while in tablet form were 4 prescriptions (13%).Keywords : Antibiotic; Typhoid fever. 
Pembuatan Video Edukasi Vaksinasi Covid-19 Pada Civitas Akademika Universitas Muhammadiyah Mataram Pradiningsih, Anna; Andanalusia, Mahacita; Nopitasari, Baiq Leny; Nurbaety, Baiq; Wardani, Alvi Kusuma; Rahmawati, Cyntiya
Jurnal Surya Masyarakat Vol 4, No 1 (2021): November 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jsm.4.1.2021.97-103

Abstract

Vaccine is a biological product that used to stimulate the production of antibodies and provide immunity against infectious disease.  In he beginning of 2021, Indonesia has started vaccination program for COVID-19. The main purpose of the program is to prevent the massive spread of corona virus, which has caused pandemic since December2019. There are some steps of vaccination program based on the community target. Muhammadiyah University of Mataram as a formal educational institution that gives public service to society is included in the second step of vaccination. However, the variety of field at the institution causes the knowledge differences about vaccine. Therefore, education to help civitas academics to understand more about vaccine was needed. Education was done by audio visual method or video. The videos were made with two language, Indonesian and English. Some contents that included in the video were vaccine definition, type of vaccine, vaccine’s mechanism of action, vaccine’s benefit, COVID-19 vaccine, the possible effects after getting COVID-19 vaccine and how to overcome them. The videos was uploaded in the internet and distributed online to che civitas academics. Through this video, it is hoped that the civitas academics can understand the importance of their participation in COVID-19 vaccine.
Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Mutiara Tahun 2023 Qiyaam, Nurul; Isnaini, Marlinda; Nopitasari, Baiq Leny; Anjani, Baiq lenysia Puspita
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol. 16 No. 2 (2024): Jurnal Farmasi Indonesia
Publisher : Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfionline.v16i2.218

Abstract

Schizophrenia is a brain disorder that affects thoughts, perceptions, emotions, movements, and behaviors, leading to peculiar and dependent behavior. Patients with schizophrenia may be more likely to adhere to their drug regimens if their families know and support them. This study aims to ascertain how family awareness and medication adherence relate to schizophrenia patients at Mutiara Sukma Mental Hospital's outpatient unit in 2023. The study used a cross-sectional strategy and a correlational research design. It was carried out in March 2023, involved 112 relatives of schizophrenia patients, and was chosen using selective sampling. The results showed that families of patients had good knowledge (38.4%), moderate knowledge (39.3%), and poor knowledge (22.3%). Among the patients, 72.3% were adherent to medication, while 27.7% were non-adherent. The statistical analysis revealed a significant relationship between family knowledge and medication adherence of schizophrenia patients (p=0.000, p<0.05).
Pemberdayaan apoteker dalam pemberian layanan telemedicine tentang sexual transmission infection Pradiningsih, Anna; Andanalusia, Mahacita; Rahmawati, Cyntiya; Rahman, Arif; Affandi, Rizal; Saptahadi, Lalu Iman; Qiyaam, Nurul; Nopitasari, Baiq Leny; Anjani, Baiq Lenysia Puspita; Wahid, Abdul Rahman; Nurbaety, Baiq; Mardiyah WD, Siti; Saputra, Yoga Dwi; Hapsari, Yunita; Maharani, Anggina Putri Nabila; Anisa, Anisa; Igayatni, Rahayu; Bimantika, Fara Mutia; Mayada, Silhiyatun
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 4 (2024): December
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i4.28663

Abstract

AbstrakInfeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit infeksi penularan suatu organisme antara pasangan seksual melalui berbagai kontak dengan cairan tubuh atau kulit saat berhubungan intim melalui seks vagina, oral dan anal, dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Salah satu kontributor IMS, adalah di Nusa Tenggara Barat dengan jumlah estimasi orang dengan resiko terinfeksi HIV sebesar 284.909 jiwa. Namun, hanya sebanyak 16,31% yang mendapatkan pelayanan sesuai standar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah IMS adalah dengan meningkatkan kesadaran melalui pelayanan telemedicine. Tujuan pengabdian ini adalah untuk membangun platform telemedicine sebagai media edukasi dan interaksi serta melatih apoteker sebagai pelaksana edukasi IMS ke masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan sosialisasi melalui akun Instragram, Youtube, dan website khusus. Sosialisasi dilakukan kepada para apoteker dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Mataram dan Lombok Tengah. Program pelatihan meliputi sesi edukasi IMS, pembuatan media edukasi (poster dan video), dan pembuatan website interaktif. Pelatihan mitra apoteker diikuti oleh 12 anggota dari masing-masing anggota Mataram dan Lombok Tengah. Terdapat hasil dan luaran yang diharapkan dari pengabdian yang telah dilakukan yaitu poster dan video edukasi IMS, publikasi berita di media lokal, platform telemedicine berupa Instagram, website, dan Youtube, serta peningkatan kemampuan peserta dan kesiapan para apoteker dalam menerapkan edukasi IMS (Infeksi Menular Seksual). Program ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas apoteker dalam memberikan edukasi melewati telemedicine. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan pengetahuan oleh apoteker dari sebelum dan setelah pelatihan berdasarkan skort es (p <0,05) dan jumlah pendaftar apoteker yang meningkat hingga 38 akun di website. Kata kunci: apoteker; telemedicine; infeksi menular seksual AbstractSexually Transmitted Infections (STIs) are infectious diseases transmitted by an organism between sexual partners through various contacts with body fluids or skin during intercourse through vaginal, oral and anal sex, with a high mortality rate. One of the contributors to STIs is in West Nusa Tenggara with 284,909 people estimated number of people at risk of HIV infection. However, only 16.31% people at risk received standard services. One effort that can be made to prevent STIs is to increase awareness through telemedicine services. The purpose of this service is to build a telemedicine platform as a medium for education and interaction and to train pharmacists as implementers of STI education to the community. This activity is carried out by involving socialization through Instagram accounts, Youtube, and special websites. Socialization was carried out to pharmacists from the Indonesian Pharmacists Association (IAI) Mataram and Central Lombok. The training program includes STI education sessions, making educational media (posters and videos), and making interactive websites. The pharmacist partner training was attended by 12 members from each member of Mataram and Central Lombok. There are expected results and outputs from the service that has been carried out, namely posters and educational videos on STIs, publications in local media, telemedicine platforms in the form of Instagram, websites, and Youtube, as well as increasing the ability of participants and the readiness of pharmacists in implementing STIs (Sexually Transmitted Infections) education. This program is designed to improve the capacity of pharmacists in providing education through telemedicine. This is indicated by an increase in knowledge by pharmacists before and after training based on the es score (p <0.05) and the number of pharmacist registrants increasing to 38 accounts on the website. Keywords: pharmacist; telemedicine; sexual transmiited infections
Edukasi pengelolaan limbah obat dalam rumah tangga di Desa Labuapi Nurbaety, Baiq; Fitriana, Yuli; Ittiqo, Dzun Haryadi; Sugara, Taufan Hari; Furqani, Nur; Nopitasari, Baiq Leny; Ningsih, Risma Widia; Rosdiawati, Rosdiawati
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 4 (2024): December
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i4.27944

Abstract

AbstrakLimbah medis merupakan limbah yang mengandung bahan atau kandungan yang dapat menginfeksi seseorang atau makhluk hidup di sekitarnya. Pada umumnya, masyarakat belum mengetahui bahwa pengolahan limbah medis dan limbah rumah tangga memiliki perbedaan. Pembuangan obat dan sediaan farmasi lain secara tidak tepat akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti obat dijual kembali secara ilegal dan disalahgunakan, terutama jika obat dibuang dalam kemanasan aslinya. Masyarakat di Desa Labuapi masih banyak yang belum memahami tentang cara pembuangan limbah obat rumah tangga dengan baik dan benar. Masyarakat yang menangani obat yang rusak/kadaluwarsa dengan cara dibuang ke tempat sampah rumah tangga dan penyimpanan obat yang tidak terpakai dilakukan hingga mencapai tanggal kadaluwarsa. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk  memberikan  informasi pengelolaan limbah obat rumah tangga di Desa Labuapi. Peserta yang terlibat dalam pengabdian ini sejumlah 23 orang yang terdiri dari perwakilan ibu rumah tangga, kader dan karang taruna. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah, pemberian leaflet, booklet dan metode pre - post test dalam bentuk kuesioner. Subyek pengabdian kepada masyarakat ini adalah masyarakat Desa Labuapi. Berdasarkan hasil pretest dan posttest dari kegiatan tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan  pengetahuan  masyarakat Desa Labuapi tentang pengelolaan limbah obat rumah tangga. Pada saat pretest nilai rata-rata peserta adalah 43,47% yang dalam kategori kurang sedangkan pada saat posttest nilai rata-rata peserta meningkat menjadi 78,69% yang dalam kategori Baik. Hal ini menunjukkan bahwa para peserta dapat menerima edukasi yang diberikan dengan baik. Kata kunci: pengelolaan; limbah obat; rumah tangga; desa labuapi AbstractMedical waste is waste that contains materials or ingredients that can infect a person or living creatures around them. In general, people do not know that the processing of medical waste and household waste is different. Improper disposal of medicines and other pharmaceutical preparations will result in undesirable things such as illegal resale of medicines and misuse, especially if the medicines are thrown away in their original packaging. Many people in Labuapi Village still do not understand how to dispose of household medicinal waste properly and correctly. People handle damaged/expired medicine by throwing it in the household trash and storing unused medicine until it reaches the expiry date. The aim of this community service activity is to provide information on household drug waste management in Labuapi Village. There were 23 participants involved in this service consisting of representatives of housewives, cadres and youth organizations. The methods used in this activity are the lecture method, giving leaflets, booklets and the pre-post test method in the form of a questionnaire. The subjects of this community service are the people of Labuapi Village. Based on the pretest and posttest results from this activity, it can be seen that there has been an increase in the knowledge of the Labuapi Village community regarding household drug waste management. During the pretest the participants' average score was 43.47% which was in the poor category, while during the posttest the participants' average score increased to 78.69% which was in the Good category. This shows that the participants can receive the education provided well. Keywords: management; medicinal waste; household; labuapi village
EDUKASI PENGENALAN JENIS TANAMAN HERBAL KEPADA MASYARAKAT DI DESA KEKERI LOMBOK BARAT Hendriyani, Irmatika; fitriana, yuli; wahid, abdul rahman; nopitasari, baiq leny; pradiningsih, anna; nurbaety, baiq; hijriani, nursela; faisal, muhammad; puspitasari, sintha; anjani, baiq lenysia puspita; rahmawati, cyntiya; khairi, widayatul; safwan, Safwan
Journal of Community Empowerment Vol 4, No 1 (2025): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jce.v4i1.30246

Abstract

ABSTRAK                                                                            Tanaman herbal memiliki potensi besar sebagai alternatif pengobatan alami yang aman dan ekonomis. Namun, pemahaman masyarakat tentang jenis dan manfaat tanaman herbal masih tergolong rendah. Oleh karena itu, kegiatan edukasi pengenalan jenis tanaman herbal kepada masyarakat di Desa Kekeri, Lombok Barat, dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai manfaat, identifikasi, dan pengolahan tanaman herbal. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi penyuluhan, demonstrasi praktik, dan diskusi interaktif. Evaluasi efektivitas kegiatan dilakukan melalui kuesioner yang diberikan kepada 20 peserta, dengan aspek yang dinilai meliputi pemahaman materi, keterampilan membedakan jenis tanaman herbal, kesiapan dalam mengolah tanaman herbal, relevansi materi, metode penyampaian, ketersediaan fasilitas, dan tingkat kepuasan peserta. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan ini sangat efektif, dengan rata-rata persentase skor sebesar 88,57%. Rincian hasil evaluasi meliputi pemahaman manfaat tanaman herbal (88%), kemampuan membedakan jenis tanaman herbal (84%), kesiapan dalam mengolah tanaman herbal (80%), relevansi materi (94%), metode penyampaian (90%), ketersediaan fasilitas (86%), dan tingkat kepuasan peserta (92%). Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa edukasi ini berhasil meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat terkait tanaman herbal. Rekomendasi untuk kegiatan selanjutnya adalah menambah sesi praktik dan penyediaan bibit tanaman herbal agar masyarakat dapat langsung menerapkan ilmu yang diperoleh. Kata kunci: Edukasi, Tanaman Herbal, Pengenalan, Masyarakat, Evaluasi. ABSTRACTHerbal plants hold great potential as a safe and economical alternative for natural medicine. However, public understanding of the types and benefits of herbal plants remains relatively low. Therefore, an educational program on the identification and recognition of herbal plants was conducted in Kekeri Village, West Lombok, to enhance community awareness and knowledge regarding the benefits, identification, and processing of herbal plants. The methods employed in this program included lectures, practical demonstrations, and interactive discussions. The effectiveness of the program was evaluated using questionnaires distributed to 20 participants, assessing aspects such as comprehension of the material, ability to differentiate types of herbal plants, readiness to process herbal plants, relevance of the material, delivery methods, availability of facilities, and participant satisfaction. The evaluation results indicate that the program was highly effective, with an average score percentage of 88.57%. Specifically, the evaluation scores were as follows: understanding the benefits of herbal plants (88%), ability to differentiate types of herbal plants (84%), readiness to process herbal plants (80%), relevance of the material (94%), delivery methods (90%), availability of facilities (86%), and participant satisfaction (92%). Based on these findings, it can be concluded that this educational program successfully improved community understanding and skills related to herbal plants. Future recommendations include adding more practical sessions and providing herbal plant seedlings to enable participants to apply the knowledge gained directly. Keywords: Education, Herbal Plants, Recognition, Community, Evaluation.
Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Komorbid Diabetes Melitus dan Hipertensi yang Menjalani Hemodialisa Di RSUD Provinsi NTB Nopitasari, Baiq Leny; Pradiningsih, Anna; Dinianty, Riskika Putri Suci
Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 5, No 2 (2024): Juli
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/lf.v5i2.22122

Abstract

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu keadaan penurunan fungsi ginjal secara mendadak. Salah satu terapi yang dijalankan oleh pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik adalah hemodialisa. Walaupun sudah menjalankan hemodialisa tetapi tidak semua toksin uremi dapat dikeluarkan. Toksin uremi yang tertinggal ini dapat memunculkan berbagai macam komorbid. Komorbid pasien gagal ginjal kronik yang paling banyak dari penyakit gagal ginjal kronik adalah diabetes dan hipertensi. Kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai status kesehatan dan efektif suatu intervensi serta kelangsungan hidup dari penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan komorbid diabetes melitus dan hipetensi yang menjalani hemodialisa di RSUD Provinsi NTB. Metode penelitian yaitu observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini melibatkan 44 pasien yang di ambil dengan purposive sampling dan dilakukan pada maret-april 2023. Pengumpulan data menggunakan Kidney Disease and Quality of Life (KDQOL-SF). Hasil penelitian menunjukkan pasien dengan komorbid hipertensi lebih baik kualitas hidup dari pada pasien dengan komorbid diabetes melitus. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan komorbid diabetes melitus dan hipertensi yang menjalani hemodialisa di RSUD Provinsi NTB dengan nilai p-value 0,004 (p < 0,05).
Hubungan Polifarmasi dengan Potensi Terjadinya Interaksi Obat pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Provinsi NTB Nopitasari, Baiq Leny; Hijriani, Nursela; Nurbaety, Baiq; Anjani, Baiq Lenysia Puspita
Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 6, No 2 (2025): Juli
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/lf.v6i2.30878

Abstract

Pasien Congestive Heart Failure (CHF) umumnya menderita penyakit penyerta lain sehingga membutuhkan berbagai macam obat dalam terapinya atau disebut polifarmasi, yang berpotensi terjadi interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan polifarmasi dengan potensi interaksi obat. Desain penelitian menggunakan cross sectional dan pengambilan data secara retrospektif  periode bulan November - Desember 2023. Jumlah sampel sebanyak 30 sampel yang dianalisis menggunakan drug interactions checker (medscape) dan analisis statistik menggunakan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat CHF terbanyak yaitu furosemid dan spironolakton (16,5%). Penggunaan obat Non-CHF terbanyak yaitu clopidogrel dan atorvastatin (24,1%). Adapaun, kejadian interaksi obat sebanyak  99% mengalami interaksi dibandingkan tidak berinteraksi. Mekanisme interaksi obat farmakodinamika (34,4%) lebih banyak dibandingkan farmakokinetika. Tingkat keparahan monitor (moderat) (96%) lebih banyak dibandingkan minor dan mayor. Kesimpulan yaitu tidak terdapat hubungan antara polifarmasi dengan potensi interaksi obat pada pasien CHF dengan nilai Sig sebesar 0,719 (p-value> 0,05) dan, nilai korelasi sebesar -0,037 yang berarti bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut sangat lemah.
ANALISIS ANALISIS HUBUNGAN TERAPI POLIFARMASI DENGAN POTENSI DAN TINGKAT KEPARAHAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2: ANALISIS HUBUNGAN TERAPI POLIFARMASI DENGAN POTENSI DAN TINGKAT KEPARAHAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Hijriani, Nursela; Nopitasari, Baiq Leny; Furqani, Nur; Natasari, Indri
JOURNAL OF PHARMACEUTICAL (JOP) Vol. 3 No. 1 (2025): Journal of Pharmaceutical (JOP)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/jop.v3i1.1617

Abstract

Latar Belakang : Pasien Diabetes Melitus (DM) berpotensi mengalami polifarmasi karena munculnya komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas. Polifarmasi berkaitan erat dengan jumlah penyakit atau multimorbiditas. Semakin banyak penggunaan obat, semakin besar kemungkinan terjadi efek samping atau interaksi obat yang tidak dikehendaki. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan terapi polifarmasi dengan potensi dan tingkat keparahan interaksi obat pada pasien diabetes melitus tipe 2. Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan menggunakan data retrospektif, yang diambil dari data rekam medis pasien DM tipe 2 rawat jalan dan didapatkan dari ruang rekam medis dan SIRS  (Sistem Informasi Rumah Sakit) RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan metode pengambilan sampel secara Purposive Sampling serta dilakukan pada November 2023. Hasil : Sebanyak 33 rekam medis dengan 132 potensi kejadian interaksi, selanjutnya dianalisis secara deskriptif menggunakan Drug Interaction Checker (Medscape) dan analisis secara statistik menggunakan uji Chi-Square dan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara terapi polifarmasi dengan potensi interaksi obat dengan nilai p-value sebesar 0,596 (p-value > 0,05) dan odds ratio (OR) 0,477 serta tidak terdapat hubungan yang signifikan antara terapi polifarmasi dengan tingkat keparahan interaksi obat dengan nilai p-value sebesar 0,344 (p-value > 0,05) dan nilai korelasi sebesar -0,083 yang menunjukkan tingkat hubungannya sangat rendah. Kesimpulan : Hubungan antara polifarmasi dengan potensi interaksi obat menunjukkan hubungan yang tidak signifikan, dan juga hubungan antara polifarmasi dengan tingkat keparahan menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
Sex education: meminimalisir penyakit menular seksual melalui peran aktif majelis kesehatan Ittiqo, Dzun Haryadi; Pradiningsih, Anna; Qiyaam, Nurul; Nopitasari, Baiq Leny; Faisal, Muhammad; Adiputri, Ni Wayan Ari; Erwinayanti, Gusti Ayu Puti Sri; Hartanti, Intan Sri; Wiratama, I Ketut Wisnu Arya; Mutmainah, Umul
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 4 (2025): Juli
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i4.33261

Abstract

AbstrakPendidikan seksual adalah keterampilan dan pengetahuan yang penting untuk diajarkan sejak dini kepada anak-anak, mengenai perilaku seksual, guna mempersiapkan mereka menghadapi perubahan seiring bertambahnya usia serta membentuk karakter dan pola perilaku agar mereka dapat menghindari risiko pelecehan seksual dan perilaku seksual menyimpang. Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada di Aula Posyandu Lingkungan Pagesangan Indah, Kota Mataram. Pemilihan kelompok sasaran ditentukan dengan banyaknya remaja sekitar kampus. Kemudain tim menganalisa jumlah masyarakat pada lingkungan mitra sebagai target sasaran pengabdian masyarakat. Target sasaran kegiatan ini adalah Kepala Lingkungan, Kader Lingkungan, Dai kesehatan, Kepala RT dan Perwakilan Kampung Keluarga Berencana (KKB). Kegiatan deteksi dan edukasi terkait dengan sex education dalam meminimalisir IMS sangat bermanfaat untuk memberikan pemahaman kepada mitra terkait fenomena yang terjadi di masyarakat. Edukasi ini dimaksudkan untuk menekan angka paparan IMS. Kata kunci: sex education; infeksi menular seksual; mejelis kesehatan muhammadiyah AbstractSex education is an essential skill and knowledge that should be taught to children from an early age, focusing on sexual behavior, in order to prepare them for changes as they grow older and to help shape their character and behavior patterns so they can avoid the risks of sexual abuse and deviant sexual behavior. This community service activity was carried out at the Posyandu Hall in the Pagesangan Indah neighborhood, Mataram City. The target group was chosen based on the large number of adolescents living near the campus. The team then analyzed the population in the partner community area to determine the target of the community service. The target audience of this activity included the Neighborhood Head, Community Health Cadres, Health Preachers (Dai Kesehatan), Neighborhood Chiefs (RT Heads), and representatives from the Family Planning Village (KKB). The detection and education activities related to sex education aimed at minimizing sexually transmitted infections (STIs) were very beneficial in providing partners with understanding about phenomena occurring in society. This education is intended to reduce the incidence of STI exposure. Keywords: sex education; sexually transmitted infections (STI); muhammadiyah health council