Pengembangan Model Manajemen Sekolah Dasar Ramah Anak Berbasis Nialai-Nilai Budaya Alam Minangkabau. Penulisan ini berawal dari hasil studi pendahuluan tentang Manajemen Sekolah Ramah Anak pada sekolah Dasar di Kabupaten Tanah Datar. Hasil studi pendahuluan menyimpulkan bahwa penerapan model manajemen berbasis sekolah (MBS) belum bisa memenuhi tuntutan indicator sekolah ramah anak, rata rata keterlaksanaan indicator sekolah ramah anak pada sekolah dasar di kabupaten Tanah Datar tahun 2019 diperoeh 34,38% yang dapat diinterpretasikan kurang terlaksana dengan baik, ruang Perpstakaan belum memadai, belum punya labor, ruang UKS belum memadai, Kantin Sekolah yang tidak sehat, ruang ibadah yang masih kurang, toilet untuk siswa yang belum memadai. Dari 8 indikator, 6 indikator tergolong sangat rendah keterlaksanaannya yaitu 1) program dan fasilitas kesehatan di satuan pendidikan, 2) lingkungan dan infra struktur yang aman, nyaman, sehat dan bersih, 3) partisipasi anak dalam pengelolaan pendidikan, 4) penanaman nilai luhur dan seni budaya, 5) program keselamatan dari rumah ke sekolah, dan 6) peran serta masyarakat dan dunia usaha di sekolah. Pengembangan model (Research and Development), menggunakan model yang dipopulerkan oleh Robert Maribe Branch yaitu: Analyzed, Design, Develop, Implement, dan Evaluate (ADDIE), dengan tahap penelitian: studi pendahuluan, pengembangan, uji lapangan dan di FGD kan. Kontruksi model yang dikembangkan mengacu pada model Robert Maribe Branch yaitu: (ADDIE) Objek penelitian 74 sekolah dasar yang sudah kategori Sekolah Ramah Anak di Tanah Datar. Data dikumpulkan melalui angket, lebar validasi, dan wawancara. Kemudian data kuantitatif diolah dengan cara statistic deskriptif, dan data kualitatif menggunakan teknik analisa data yang disarankan Miles dan Huberman (1992), yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi data. Model final Manajemen Sekolah Ramah Anak Berbasis Nilai-Nilai Budaya Alam Minagkabau dinamai MESRA-SISNIBAM. Dalam model MESRA-SISNIBAM terintegrasi fungsi manajemen yang dikemukakan oleh G.R.Terry dengan nilai-nilai budaya Alam Minangkabau untuk memenuhi kebutuhan dasar anak ( kepentingan bagi anak, tidak diskriminasi, partisipasi anak, dan perlindungan tindak kekerasan) dan dibingkai oleh komponen pendukung (pengambil kebijakan, tungku tigo sajaranagn, orangtua siswa, dewan pendidikan, komite sekolah, dan masyarakat).