Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN ORANG TUA SISWA MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN CACAR AIR PADA ANAK TAMAN KANAK KANAK Marcelina Rasemi Widayanti; Irine Yunila Prastyawati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 2 (2021): Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : STIKes William Booth Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.088 KB) | DOI: 10.47560/pengabmas.v2i2.306

Abstract

Orang tua yang memiliki anak usia Taman Kanak-kanak penting memahami/ mengetahui mengenai penyakit Cacar air yg merupakan infeksi oleh virus Varicella zoster. Virus ini ditularkan melalui udara (lewat percikan ludah pada saat penderita batuk/bersin) dan melalui kontak langsung dengan cairan dari lepuhan/ ruam. Penyakit ini sering menyerang anak-anak. Gejala utamanya adalah ruam/kemerahan di kulit yang menyerupai jerawat atau sengatan serangga dan terasa sangat gatal. Ruam ini akan berubah menjadi lepuhan berisi cairan yang kemudian akan pecah dan akhirnya membentuk keropeng setelah sembuh. Ruam biasanya pertama kali muncul di wajah, dada, perut dan punggung lalu menyebar ke seluruh tubuh. Gejala lainnya berupa demam, nyeri kepala, rasa lelah dan napsu makan menurun. Cacar air pada anak biasanya berlangsung selama 5-10 hari. Terapi yang diberikan meliputi: untuk mengatasi gatal, diberi lotion calamine pada kulit & anthistamin, sedangkan untuk penurun panas misalnya: paracetamol, asupan cairan ditingkatkan untuk mencegah dehidrasi dengan meningkatkan minum air, susu atau makanan cair. Hindari menggaruk ruam yang gatal karena garukan bisa menimbulkan luka yang dapat memicu terjadinya infeksi atau bekas luka yang menetap, sebaiknya potong kuku anak. Memberi pakaian yang nyaman untuk mencegah iritasi pada kulit. Cacar air pada anak sangat mudah menular untuk mencegah penularan terhadap teman-teman disekolah sebaiknya tinggal di rumah dan beristirahat sampai seluruh keropengnya mengering dan akan lepas sendiri keropeng yg sudah mengering. Penyakit cacar air dapat dicegah dengan pemberian vaksin cacar air / varisela. Pendidikan Kesehatan pada orang tua murid di TK Bunga Pertiwi dengan topik penyakit cacar air belum pernah diberikan, dari hasil wawancara beberapa ibu mengatakan kurang memahami mengenai pencegahan & perawatannya, sehingga pemberian edukasi/ Pendidikan kesehatan perlu diberikan. Tujuan dari Pendidikan Kesehatan/ edukasi ini untuk meningkatkan pemahaman orang tua mengenai pentingnya pencegahan penyakit cacar air pada pada siswa TK Bunga Pertiwi, sehingga orang tua dapat melakukan pencegahan dan jika anak mengalami cacar air orang segera mencari pengobatan ke puskesmas/ dokter keluarga serta mampu merawat anak dengan baik dan benar, meminimalkan terjadinya penularan terhadap orang-orang dilingkungannya dan mencegah terjadinya komplikasi pada anak yg menderita cacar air.
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Identifikasi Dermatitis Atopik di Rumah Tahanan Negara Kelas II-B Kupang Irine Yunila Prastyawati; Fransiskus Dede Kusumawan Sose
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 9 (2022): Volume 5 No 9 September 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i9.6075

Abstract

ABSTRAK Dermatitis Atopik (DA) merupakan salah satu jenis kelainan kulit yang subjektif, seringkali ditandai oleh rasa gatal. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan narapidana Kelas IIB Kupang dalam mengidentifikasi DA. Metode yang digunakan adalah pendidikan kesehatan dan pelatihan deteksi DA. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan edukasi tentang DA, kemudian diberikan pelatihan untuk identifikasi DA dengan alat ukur Scoring Atopic Dermatitis (SCORAD). Terdapat 85% responden yang pengetahuannya meningkat setelah mendapat edukasi. Dari pelatihan SCORAD, seluruh responden 100% mampu mengobservasi DA yang sedang dialami dan didapatkan 67,89% yang termasuk dalam kategori DA sedang, terdapat 31,19% dengan DA ringan dan 0,92% dengan DA berat. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah tingkat pengetahuan responden menjadi lebih baik setelah mendapatkan edukasi. Seluruh responden mampu melakukan observasi terhadap DA yang dialami, dan mayoritas responden saat ini mengalami DA tingkat sedang. Saran dari kegiatan yang dilakukan ini adalah observasi mandiri yang dilakukan oleh responden hendaknya terus dilakukan rutin untuk mencegah timbulnya komplikasi DA. Kata kunci: Atopik, Dermatitis, Gatal   ABSTRACT Atopic Dermatitis (AD) is a subjective skin disorder, often characterized by itching. The purpose of this activity was to increased the knowledge and skills of Class IIB Kupang prisoners in identifying DA. The activity began with education about AD, then training was given to identify AD with the Scoring Atopic Dermatitis (SCORAD) measuring instrument. The target of this activity is all prisoners of Class IIB Kupang Rutan. There were 85% of respondents whose knowledge increases after receiving education. From the SCORAD training, all respondents were 100% able to observe the AD being experienced and it was found that 67.89% were included in the moderate AD category, there were 31.19% with mild AD and 0.92% with severe AD. The conclusion of this activity is that the respondents' knowledge level becomes better after receiving education. All respondents were able to observe the AD experienced, and the majority of respondents currently experience moderate AD. Suggestions from this activity is that self-observation carried out by respondents should continue to be carried out routinely to prevent AD complications. Keywords: Atopic, Dermatitis, Itch
IMPLEMENTASI DETEKSI KADAR KOLESTEROL PADA WARGA KEDUNG ANYAR II RT 3 RW 12 SURABAYA Marcellina Rasemi Widayanti; Irine Yunila Prastyawati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 2 (2022): Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : STIKes William Booth Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47560/pengabmas.v3i2.372

Abstract

The importance of awareness to detect cholesterol levels in the blood is a way to recognize the condition of cholesterol levels in the body, with this action, cholesterol levels will be monitored so that prevention can be done before an increase in cholesterol occurs or actions to overcome if cholesterol levels are more than normal, so as not to cause complications. disease caused by hypercholesterolemia. The purpose of this community service activity is to detect cholesterol levels of residents of Kedung Anyar II RT 3 RW 12 Surabaya. The results of the above examination showed that 65.90% (29 respondents) were included in the category of hypercholesterolemia with cholesterol levels > 200 mg/dl and the remaining 34.10% (15 respondents) had normal cholesterol levels. The conclusion of this activity is that this activity is going well, community service activities can be continued in a sustainable manner by routinely observing cholesterol levels in patients. The hope is that with observation, increasing adequate knowledge, prevention and treatment of hypercholesterolemia can be carried out so that complications do not occur.
Korelasi Usia Dengan Tekanan Darah Sistolik-Diastolik, Indeks Massa Tubuh, Kadar Kolestrol Pada Lansia Marcellina Rasemi Widayanti; Irine Yunila Prastyawati
JURNAL KESEHATAN MERCUSUAR Vol. 6 No. 1 (2023): JURNAL KESEHATAN MERCUSUAR
Publisher : STIKes MERCUBAKTIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36984/jkm.v6i1.352

Abstract

Penyakit degeneratif masih menjadi tantangan karena perkembangan lansia terus meningkat setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan usia dengan tekanan darah sistolik-diastolik, indeks massa tubuh, kadar kolesterol di RT 3 RW 12 Kedung Anyar Surabaya. Desain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 44 responden lansia Kedung Anyar Surabaya dan diuji menggunakan Pearson. Hasil menunjukkan jenis kelamin 68% perempuan. Usia rata-rata responden 53,66 tahun. Rata-rata Tekanan Darah Sistolik (TDS) responden adalah 133 mmHg. Nilai rata-rata Tekanan Darah Diastolik (TDD) adalah 84,95 mmHg. Indeks Massa Tubuh (IMT) rata-rata adalah 23,15 kg/m2. Kadar kolesterol rata-rata 185,86 mg/dl. Uji korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antara umur dengan TSD, TDD, IMT dan kadar kolesterol. Saran dari penelitian ini adalah agar dilakukan observasi lanjutan secara berkala untuk mendeteksi masalah sindrom metabolik, sehingga dapat mengurangi masalah degeneratif dan meningkatkan kapasitas seseorang dengan memberikan edukasi tentang masalah kesehatan degeneratif.
KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI Luhat, Birgita Juliani Tukau; Djoar, Raditya Kurniawan; Prastyawati, Irine Yunila
JPK : Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 14 No. 1 (2024): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54040/jpk.v14i1.260

Abstract

Kualitas hidup seseorang dapat berubah seiring bertambahnya usia serta adanya penyakit, salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi mengakibatkan berkurangnya vaskularisasi pada area otak yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Fenomena lansia dengan hipertensi sering ditemukan bahwa lansia tidak mampu berkonsentrasi, kelemahan dan keterbatasan aktivitas. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya. Desain penelitian menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Variable penelitian menggunakan kualitas hidup. Responden penelitian 80 lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dan diambil dengan teknik sample total sampimg. Instrumen dalam penelitian adalah kuesioner World Health Organization Quality Of Life-BREF (WHOQOL-BREF) yang dimodifikasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan Analisis Statistik Deskriptif Proporsi Prosentase. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar 85% responden lansia yang menderita hipertensi memiliki kualitas hidup rendah. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan pada UPTD Griya Werdha Jambangan, salah satu landasan upaya memberikan motivasi dan dukungan emosional, serta mendukung kesejahteraan lansia upaya meningkatkan kualitas hidup mereka.
Optimalisasi Peran Kader dalam Melakukan Latihan Fungsional Pasien Post Stroke di Desa Gisikcemandi Sidoarjo Prastyawati, Irine Yunila; Pramono, Dominggus Ruku Yudit; Yuliati, Ignata; Kurniawaty, Yuni; Dwianto, Ignatius Heri
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 8 (2024): Volume 7 No 8 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i8.15899

Abstract

ABSTRAK Kader memiliki kontribusi dalam optimalisasi fungsional pasien post stroke, agar pasien mampu meningkatkan derajat kesehatan serta kemandirian pasien. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keterampilan kader untuk membantu memberikan tindakan latihan fungsional kepaada pasien. Metode yang dilakukan metode partisipatoris Participatory Rural Apraissal (PRA). Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat diawali dengan perijinan kepada Kepala Desa Gisikcemandi, koordinasi dengan mitra, pembagian tugas diantara tim pelaksana. Partisipasi mitra dilakukan dengan mempersiapkan tempat dan alat pengeras suara. Proses diskusi lancar, mitra memperhatikan penjelasan, beberapa pertanyaan diajukan kepada tim pelaksana. Hasil terdapat peningkatan keterampilan mitra tentang latihan fungsional pada stroke dengan tingkat keterampilan baik setelah diberikan pelatihan kesehatan kepada mitra. Diharapkan dengan adanya peningkatan keterampilan latihan fungsional pada kader, terjadi perubahan perilaku menolong yang lebih spesifik khususnya pada bidang latihan fungsional. Kata Kunci: Optimalisasi, Kader, Stroke ABSTRACT Cadres have a contribution in optimizing the functional function of post-stroke patients, so that patients are able to improve the patient's level of health and independence. The aim of this activity is to improve the skills of cadres to help provide functional training procedures to patients. The method used is the Participatory Rural Appraisal (PRA) method. Implementation of community service activities begins with permission from the Gisikcemandi Village Head, coordination with partners, division of tasks between the implementing team. Partner participation is carried out by preparing a place and loudspeakers. The discussion process was smooth, partners paid attention to the explanation, several questions were asked to the implementing team. The results showed an increase in partners' skills regarding functional training for stroke with good skill levels after health training was provided to partners. It is hoped that by increasing functional training skills in cadres, there will be changes in more specific helping behavior, especially in the area of functional training. Keywords: Optimization, Community Health Workers, Stroke
Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Leptospirosis pada Siswa SMA Etik Lusiani; Irine Yunila Prastyawati; Adventia Nobita
Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK) Vol 5, No 2 (2023): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36565/jak.v5i2.542

Abstract

Leptospirosis is a zoonotic disease caused by Leptospira interrogans infection of all serotypes. The transmission of Leptospirosis occurs due to poor environmental conditions and this incidence increases in conditions of natural disasters, that is, floods. Leptospirosis has a bad impact on health because someone who is exposed can experience lung problems, kidney problems, or bleeding in the body. There are several high school students in grades 10-12 who have never received information about Leptospirosis, which is one of the effects of the flood disaster. This condition is necessary for the millennial generation to care about preventing Leptospirosis and contributing to flood disaster management activities. Information on preventing Leptospirosis is provided through community service activities. The process of this activity starts with the principal of a high school in Surabaya submitting a letter of application to provide health information to the LPPM STIKES Catholic unit of St Vincent a Paulo, then obtaining permission and carrying out community service activities. The results after the health education process were that there was a change in the level of knowledge of respondents, where before the activity, 17 people (57%) had less knowledge of respondents, 10 (33%) had sufficient knowledge and 3 (10%) had good knowledge of disease. Leptospirosis. The level of knowledge after being given health education 19 people (64%) had sufficient knowledge, 10 people (33%) had good knowledge and 1 person had less knowledge (3%). Based on these activities, it shows that health education can increase respondents' knowledge about Leptospirosis
Knowledge, Attitudes, and Experiences of Adolescents on Disaster Preparedness in an Area with a High Disaster Risk Index Prastyawati, Irine Yunila; Djoar, Raditya Kurniawan; Anggarani, Anastasia Putu Martha; Pinto, Aurea da Piedade
International Journal of Disaster Management Vol 7, No 2 (2024)
Publisher : TDMRC, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/ijdm.v7i2.38227

Abstract

Studies evaluating teenage knowledge, attitudes, experiences, and readiness for disasters in high-risk areas are scarce, nevertheless. Determine the elements that influence teenage readiness for disasters in an area with a high disaster risk index. 170 high school students in their eleventh grade participated in an anonymous online survey as part of a cross-sectional study design. Purposive sampling was used to choose the respondents. Surabaya was chosen as the study site because it has a high disaster risk index. The partial impact of knowledge, attitudes, experience, and disaster preparedness was determined using the t-test, and the R-Square. It was found that attitudes and prior experience regarding disaster preparedness had a partial influence. The partial test between experience and disaster preparedness and the partial test between attitude and disaster preparedness showed that teenagers in an area with a high disaster risk index had different attitudes and experiences when it came to being prepared for disasters. According to the report, high schools and the government should encourage regular training so that teenagers can get positive attitudes and more experience with disaster preparedness
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN KADER DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI STROKE PRA – RUMAH SAKIT Prastyawati, Irine Yunila; Pramono, Dominggus Ruku Yudit; Yuliati, Ignata
Jurnal Keperawatan Malang Vol 9 No 2 (2024): Jurnal Keperawatan Malang (JKM)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat STIKes Panti Waluya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36916/jkm.v9i2.294

Abstract

Background: Pre-hospital stroke management has been suboptimal, leading to delays from symptom onset to treatment administration in stroke patients. Improving pre-hospital care can be achieved by training community health workers (cadres).Purpose: To determine the impact of training on the skills of cadres in performing early stroke detection before hospitalization. Methods: This study employed a pre-experimental design with a one-group pretest-posttest design. The sample consisted of cadres from Gisikcemandi Village who met the inclusion criteria: 1) willing to participate as respondents, and 2) actively serving as cadres. The sampling technique used was purposive sampling, resulting in 30 respondents. The intervention was training on early stroke detection before hospitalization, with the cadres' skills in early stroke detection measured. Data were analyzed using SPSS with the Wilcoxon testResult: The average age of respondents was 43.37 years (SD±6.8). Before the training, the majority, 83% (25) of respondents, had basic practical skills, and 17% (5) had guided practical skills. After the training on early stroke detection, the respondents' skills improved to 63,34% (19) with adoption-level skills, 33,33% (10) with basic practical skills, and 3,3% (1) with guided practical skills. The results showed a Z-score of -4.796 with a p-value of 0.000 < 0.05, indicating a significant difference before and after the early stroke detection training for the cadres.Implication: The training had a significant impact on the skills of cadres in performing early stroke detection before hospitalization. Continuous training and evaluation of the effectiveness of early stroke detection training are necessary for long-term success
IDENTIFIKASI FAKTOR PENURUNAN VISUS MATA ANAK DI SDN LIDAH KULON 1/464 SURABAYA Widayani Yuliana; Irine Yunila Prastyawati
Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 9 No 2 (2023): Jurnal Penelitian Keperawatan
Publisher : STIKES RS Baptis Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32660/jpk.v9i2.707

Abstract

Miopi merupakan kelainan mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tidak terhingga akan dibiaskan di depan retina. Fenomena penurunan visus mata pada anak di Indonesia khususnya pada masalah penurunan visus mata (myopia) cukup tinggi dan masih menjadi perhatian kesehatan masyarakat. Survei peneliti didapatkan jarak baca antara anak satu dan lainnya berbeda dengan jarak objek yang sama. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi faktor penurunan visus mata pada anak. Desain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah anak kelas 1-3 yang bersedia diteliti dan tidak memiliki penyakit mata penyerta. Teknik sampling adalah total sampling. Jumlah responden 48 responden. Uji statistic menggunakan regresi linear berganda Hasil penelitian adalah bahwa seluruh variabel independen dari 4 factor (keturunan, usia, lama menggunakan gadget, kebiasaan) memiliki R Square 0,180 atau sama dengan 18%. Yang diartikan bahwa secara simultan bersama-sama ke empat faktor tersebut berpengaruh terhadap visus mata anak sebesar 18%, sedangkan sisanya 82% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan visus mata pada anak dapat dipengaruhi dari factor gen orang tua yang memiliki kelainan penglihatan, usia anak pengguna gadget, lama anak dalam menggunakan gadget dan perilaku / kebiasaan anak menggunakan gadget ditempat gelap. Pencegahan meningkatnya kelainan pada mata anak dapat dilakukan dengan menghimbau pihak sekolah untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan memberikan edukasi kesehatan pada orang tua tentang kelainan mata pada anak dan pihak sekolah melalui wali kelas masing-masing dapat mengingatkan orang tua menjadi pengawas penggunaan gadget anak di rumah.