Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Pengaruh Kombinasi Media Tanam Terhadap Tanaman Timun Apel (Cucumis sp.) Pada Fase Pembibitan Agustia, Putry Nabilah; Bayfurqon, Fawzy Muhammad; Agustini, Rika Yayu
JURNAL AGROPLASMA Vol 11, No 2 (2024): JURNAL AGROPLASMA VOLUME 11 NO 2 TAHUN 2024
Publisher : UNIVERSITAS LABUHANBATU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/agroplasma.v11i2.5985

Abstract

The determination of the application of planting media during seedling is a basic thing that needs to be known (Bayfurqon, 2019).  This study aims to determine the effect of the combination of planting media on the seeding of apple cucumber plants (Cucumis sp.) The experiment was carried out at  the screen house on Jalan Gang Histori, Kalijaya Hamlet 1 RT 003/RW 009 North Rengasdengklok Village, Rengasdengklok District, Karawang Regency starting from March 2024 – April 2024. The research method used was an experimental method using a single-factor Group Random Design (RAK) with 7 treatments that were repeated 4 (four) times, namely: m0 (soil), m1 (Cocopeat), m2 (husk charcoal), m3 (Cocopeat + cow manure), m4 (husk charcoal + cow manure), m5 (Cocopeat + cow manure + soil) and m6 (husk charcoal + cow manure + soil). The effect of the treatment was analyzed using the 5% F test, so to find out the best treatment, it was followed by the Duncan Multiple Range Test (DMRT) at the 5% level. The results showed that the combination of planting media had a real influence on the seeding of apple cucumbers (Cucumis sp.). The M0 (soil) treatment gave the best results in plant height (13.34 cm), stem diameter in M0 treatment (2.35 mm), number of leaves in M0 treatment (4.12 leaves), leaf area in M0 treatment (11.28 cm2), plant fresh weight in M0 treatment (1.29 g) and success percentage in M6 treatment (100.00%), but there was no significant difference in growth synchronicity. Keywords: cucumber apple, nursery, combination of planting media
Efek Kombinasi Pupuk Organik Sludge dan Pupuk NPK Mutiara Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. saccharata Sturt) Camalia, Rafa Adilla Zakhirah; Agustini, Rika Yayu; Wagiono, Wagiono Wagiono
JURNAL AGROPLASMA Vol 11, No 2 (2024): JURNAL AGROPLASMA VOLUME 11 NO 2 TAHUN 2024
Publisher : UNIVERSITAS LABUHANBATU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/agroplasma.v11i2.5978

Abstract

Sludge is formed from the waste of food and beverage industry, that can be processed into organic fertilizer and utilized for agriculture, so that the combination of sludge organic fertilizer and NPK Mutiara fertilizer can increase the growth and yield of sweet corn plants (Zea mays L. saccharata Sturt). The aim of this research is to determine the best combination of organic sludge fertilizer and NPK Mutiara fertilizer for the growth and yield of sweet corn plants (Zea mays L. saccharata Sturt). The research was conducted on land owned by the Republic of Indonesia Money Printing Company (PERURI) from January to April 2024. The method used was a single-factor Randomized Block Design (RBD) with 7 treatments and 4 replications, resulting in 28 experimental units consisting of: A (Control), B (Sludge 10 t/ha + NPK 300 kg/ha), C (Sludge 15 t/ha + NPK 300 kg/ha), D (Sludge 20 t/ha + NPK 300 kg/ha), E (Sludge 10 t/ha + NPK 400 kg/ha), F (Sludge 15 t/ha + NPK 400 kg/ha), G (Sludge 20 t/ha + NPK 400 kg/ha). The results of the experiment were tested with the F test, if it had a significant effect, it was further tested with the Duncan Multiple Range Test (DMRT) at the 5% level. The results showed that treatment G significantly affected the growth and yield of sweet corn plants. Treatment G (Sludge 20 t/ha + NPK 400 kg/ha) gave the highest result for plant height aged14,21,28,35,and42hst, number ofleavesaged21,28,35,and42hst, stemdiameter14,21,28,35,and42hst,cob length (36.40 cm), cob diameter (67.60 mm), corn cob weight with husk (534.00 grams), corn cob weight without husk (354.25 g), wet stover weight (592.00 g), dry stover weight (345.25), but it does not have a significant effect on the number of rows per cob with an average of (13.64 rows). Keywords: sweet corn, organic sludge fertilizer, NPK mutiara fertilizer.
Pengaruh Kombinasi Amelioran Vinasse dan Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Pigmen Warna Daun Aglaonema sp. Utami, Rahma Tri; Saputro, Nurcahyo Widyodaru; Agustini, Rika Yayu
JURNAL AGROPLASMA Vol 11, No 2 (2024): JURNAL AGROPLASMA VOLUME 11 NO 2 TAHUN 2024
Publisher : UNIVERSITAS LABUHANBATU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/agroplasma.v11i2.5980

Abstract

Vinasse is an ameliorant that can improve the chemical and physical properties of soil, but its use needs to be combined with inorganic fertilizer. One fertilizer can be used is potassium fertilizer which can increase the growth and colour pigment of Aglaonema sp. This research aims to obtain the best combination of Ameliorant Vinasse and Potassium fertilizer on the growth and leaf colour piment of Agalonema sp. This research on screen house at Campakasari Village, Campaka District, Purwakarta Regency, West Java from February 2024 to April 2024. The method used was a single-factor Randomized Block Design (RBD) with 8 treatments and 4 replications, resulting 32 experimental units consisting of: A (Control KCl 300kg/ha), B (Control Vinasse 10ml/l), C (Vinasse 10ml/l + KCl 200kg/ha), D (Vinasse 10ml/l + KCl 300kg/ha), E (Vinasse 10ml/l + KCl 400kg/ha), F (Vinasse 20ml/l + KCl 200kg/ha), G (Vinasse 20ml/l + KCl 300kg/ha), H (Vinasse 20ml/l + KCl 400kg/ha). The experimental result will be tested with an F-test, and if significant, will be further tested with Duncan Multiple Range Test (DMRT) at the 5% level. The method for leaf colour pigments uses questionnaire data scoring and analysed using multiple linear regression. The result showed that treatments significant affected on the growth and leaf colour pigment of Aglaonema sp. Treatment F (Vinasse 20 ml/l + KCl 200 kg/ha) give the highest yield for plant height(38,8 cm), number of leaves (9,50 leaves), number of shoots (2,25 shoots) and provides a strong correlation regression the visual appearance of leaf colour pigment and supporting factors of Aglaonema sp. on cosumer interest. Keywords: aglaonema sp., ameliorant vinasse, potassium fertilizer
Pemanfaatan Fly Ash Dan Pupuk Guano Terhadap Fase Vegetatif Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata Sturt) Varietas Paragon Pada Tanah Ultisol Aji, Wandi Purnama; Agustini, Rika Yayu; Muharam, Muharam
Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia Vol 9 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia
Publisher : Universitas Islam Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32503/hijau.v9i2.5322

Abstract

Penggunaan fly ash batu bara belum banyak digunakan dalam budidaya pertanian. Fly ash ash dapat digunakan sebagai bahan amelioran tanah yang dapat dikombinasikan dengan pupuk guano, sehingga dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata Sturt). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi fly ash dan pupuk guano paling baik terhadap pertumbuhan tanaman Jagung Manis pada tanah Ultisol. Penelitian dilaksanakan di lahan milik Perusahaan Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI) pada bulan November 2023 sampai Januari tahun 2024. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga terdapat 36 unit percobaan terdiri dari : A (Kontrol), B (Pupuk Guano 6 ton/ha), C (Pupuk Guano 12 ton/ha), D (Fly ash 15 ton/ha), E (Fly ash 15 ton/ha + Pupuk Guano 6 ton/ha), F (Fly ash 15 ton/ha + Pupuk Guano 12 ton/ha), G(Fly ash 20 ton/ha), H(Fly ash 20 ton/ha + Pupuk Guano 6 ton/ha), I (Fly ash 20 ton/ha + Pupuk Guano 12 ton/ha), J (Fly ash 25 ton/ha), K (Fly ash 25 ton/ha + Pupuk Guano 6 ton/ha), L (Fly ash 25 ton/ha + Pupuk Guano 12 ton/ha). Hasil percobaan akan diuji dengan uji F, apabila berpengaruh nyata maka akana diuji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perlakuan L (fly ash 25 ton/ha dan pupuk guano 12 ton/ha) memberikan hasil tertinggi untuk tinggi tanaman (199,2 cm), jumlah daun (14 helai), dan diameter batang (29,60 cm).
INVESTIGASI POTENSI PEMANFAATAN MAGGOT KERING DAN KASGOT DARI PROSES BIOKONVERSI SAMPAH ORGANIK Sari, Gina Lova; Agustini, Rika Yayu; Nainggolan, Adinda Melianda
Jurnal Reka Lingkungan Vol 12, No 2 (2024)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v12i2.199-210

Abstract

Biokonversi sampah organik melalui budidaya maggot diyakini mampu mengurangi timbulan limbah padat organik serta mendukung terciptanya sirkular ekonomi berbasis masyarakat. Budidaya tersebut umumnya terfokus pada hasil berupa jumlah maggot yang dihasilkan, tetapi belum dilengkapi informasi ilmiah mengenai nutrisi dan potensinya sebagai pakan, khususnya maggot yang dikeringkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji nutrisi maggot kering dan potensinya sebagai pakan. Penelitian ini juga mengkaji potensi produk samping yaitu kasgot sebagai pupuk organik. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan variasi jenis sampah organik dan periode budidaya maggot. Proses pengeringan maggot dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu pemisahan dari media, pembersihan menggunakan air panas, serta pengeringan menggunakan oven dan sangrai. Pengujian nutrisi maggot kering dilakukan setiap 7 (tujuh) hari dengan parameter yang meliputi kadar air, abu, serat kasar, lemak kasar, dan protein. Pengujian karakteristik kasgot dilakukan pada periode yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variasi maggot kering berpotensi dimanfaatkan sebagai pakan ikan Ikan Mas dan Lele Dumbo dengan kadar air, abu, serat kasar, protein, dan lemak kasar masing-masing adalah 2,14-2,80%; 4,72-6,03%; 2,17-2,84%; 37,23-38,50%; dan 15,42-16,14%. Sementara itu, kasgot memiliki karakteristik mendekati pupuk organik, khususnya dari campuran sampah organik dapur dan sisa sayuran dengan periode budidaya maggot selama 14 hari.
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. sacchrata Sturt) VARIETAS PARAGON AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH ABU TERBANG BATU BARA DAN PUPUK KANDANG AYAM Ni'mah, Najwa Lailatun; Agustini, Rika Yayu; Subardja, Vera Oktavia
Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia Vol 10 No 1 (2025): Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia
Publisher : Universitas Islam Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32503/hijau.v10i1.5377

Abstract

Pemanfaatan abu terbang batu bara dapat digunakan sebagai bahan pembenah tanah sebagai ameliorasi pada tanah yang dapat dikombinasikan dengan pupuk kandang ayam, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman Jagung Manis (Zea mays L. saccharate Sturt). Penelitian bertujuan untuk mendapatkan kombinasi limbah abu terbang batu bara dan pupuk kandang ayam paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Penelitian dilaksanakan di lahan milik Perusahaan Percetakan Uang Republik Indonesia pada bulan Desember 2023 sampai Februari 2024. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan 12 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga terdapat 36 unit percobaan terdiri dari : A (Kontrol), B (Pupuk Kandang Ayam 10.000 kg/ha), C (Pupuk Kandang Ayam 20.000 kg/ha), D (Abu Terbang Batu Bara 15.000 kg/ha), E (Abu Terbang Batu Bara 15.000 kg/ha + Pupuk Kandang Ayam 10.000 kg/ha), F (Abu Terbang Batu Bara 15.000 kg/ha + Pupuk Kandang Ayam 20.000 kg/ha), G (Abu Terbang Batu Bara 20.000 kg/ha), H (Abu Terbang Batu Bara 20.000 kg/ha + Pupuk Kandang Ayam 10.000 kg/ha), I (Abu Terbang Batu Bara 20.000 kg/ha + Pupuk Kandang Ayam 20.000 kg/ha), J (Abu Terbang Batu Bara 25.000 kg/ha), K (Abu Terbang Batu Bara 25.000 kg/ha + Pupuk Kandang Ayam Ayam 10.000 kg/ha), L (Abu Terbang Batu Bara 25.000 kg/ha + Pupuk Kandang Ayam 20.000 kg/ha). Hasil percobaan di uji menggunakan F, dengan uji lanju Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perlakuan I memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 14, 21, 28, 35 42 hst, diameter batang umur 14, 21, 28, 35, 42 hst, jumlah daun umur 21, 28, 35, 42 hst, bobot brangkasan kering (792,67 gram), bobot brangkasan basah (156,67g), Panjang tongkol (30,67 cm), diameter tongkol (525,67 mm), bobot tongkol dengan kelobot (525,67 gram), bobot tongkol tanpa kelobot (373,33 gram), dan jumlah baris biji pertongkol (15,33 baris).
PENGARUH SLUDGE DAN PUPUK NPK MUTIARA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS NUANSA SANGGABUAN PADA TANAH ULTISOL Khafadila, Salis Aulia; Agustini, Rika Yayu; Subardja, Vera Oktavia
Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia Vol 10 No 1 (2025): Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia
Publisher : Universitas Islam Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32503/hijau.v10i1.5360

Abstract

Limbah sludge yang dihasilkan dari industri makanan dan minuman memiliki potensi yang besar untuk pertanian. Limbah sludge yang dijadikan pupuk organik dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah Ultisol. Sludge yang dikombinasikan dengan pupuk NPK Mutiara dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.) varietas Nuansa Sanggabuana. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi sludge dan pupuk NPK Mutiara paling baik terhadap respon pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.) varietas Nuansa Sanggabuana pada tanah Ultisol. Penelitian dilaksanakan di lahan milik Perusahaan Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI) pada bulan Januari 2024 sampai April 2024. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 28 unit percobaan terdiri dari : A (Kontrol NPK 250 kg/ha), B (Sludge 10 ton/ha + NPK 250 kg/ha), C (Sludge 20 ton/ha* + NPK 250 kg/ha), D (Sludge 30 ton/ha + NPK 250 kg/ha), E (Sludge 10 ton/ha + NPK 300 kg/ha), F (Sludge 20 ton/ha + NPK 300 kg/ha), G (Sludge 30 ton/ha + NPK 300 kg/ha). Hasil percobaan dianalisis dengan uji F, apabila berpengaruh nyata maka diuji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan G (Sludge 30 ton/ha + NPK Mutiara 300 kg/ha) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Perlakuan G (Sludge 30 ton/ha + NPK 300 kg/ha) memberikan hasil tertinggi untuk tinggi tanaman (107,63 cm), diameter batang (7,00 cm), jumlah daun (106,75 helai), jumlah polong per tanaman (116,75 buah), bobot polong per tanaman (111,58 gram), jumlah isi biji per tanaman (227,75 butir), bobot biji kering per tanaman (28,75 gram), bobot 100 butir biji kedelai (16,78 gram).
Bioremediasi Lahan Sawah Terkontaminasi Oli Bekas Menggunakan Teknik Pengomposan Secara Ek-Situ Safitri, Annisa Nur; Sari, Gina Lova; Agustini, Rika Yayu; Novembrianto, Rizka
Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 17 No. 1 (2025): Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/envirotek.v17i1.1937

Abstract

Penggunaan oli bekas sebagai bahan tambahan senyawa pestisida untuk mengusir hama pada pertanian padi di Kabupaten Karawang berpotensi menyebabkan kontaminasi tanah oleh hidrokarbon yang bersifat toksik. Salah satu upaya pemulihan yang dapat diterapkan adalah bioremediasi menggunakan teknik pengomposan yang memanfaatkan jerami pasca panen dan kapur dolomit sebagai bahan baku kompos. Penelitian sampel bersifat eksperimen, dimana tanah diambil pada sawah seluas 0,15 ha sebanyak 9 (sembilan) titik pada kedalaman 0,00-30,00 cm yang kemudian dikomposit menjadi satu. Proses pengomposan dilakukan dengan mencampurkan tanah dan bahan baku kompos (rasio 1:1, b/b) menggunakan 5 (lima) variasi yaitu kontrol tanah (tanah 4.500 g), kontrol jerami (4.500 g), A (tanah:jerami:dolomit sebanyak 4.500 gr: 4.410 gr: 90 gr), B (tanah:jerami:dolomit sebanyak 4.500 gr: 4.275 g: 225 g): dan C (tanah:jerami:dolomit sebanyak 4.500 g: 4.050 g: 450 g) dengan 3 (tiga) ulangan selama 30 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH, suhu, dan kelembaban semua rekator berada pada rentang optimal yaitu 5,07-6,43; 33,00-40,00°C; 50,00-70,00%. Kondisi tersebut mendukung terjadinya biodegradasi bahan organik melalui kadar hidrokarbon, dimana penurunan tertinggi ditemukan pada variasi C sebesar 66,22%.
PENGARUH APLIKASI KONSENTRASI POC KEONG MAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS NUANSA SANGGABUANA Napitupulu, Sahala; Sugiono, Darso; Agustini, Rika Yayu
Jurnal Agrotech Vol 15 No 1 (2025)
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/agrotech.v15i1.182

Abstract

Kedelai merupakan tanaman polong yang menjadi sumber protein bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Produksi kedelai di Indonesia cenderung terus menurun akibat adanya degradasi lahan, diperlukan pemberian pupuk organik cair keong mas untuk meningkatkan serapan hara dan meningkatkan produktivitas tanaman kedelai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan rancangan acak kelompok (RAK) faktor tunggal, terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan konsentrasi pupuk organik cair (POC) keong mas terdiri dari P0 (kontrol), P1 (200 ml/l), P2 (300 ml/l), P3 (400 ml/l), P4 (500 ml/l). Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis sidik ragam dan diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat pengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, bagan warna daun, bobot polong basah, bobot polong kering dan bobot 100 biji. Perlakuan P4 (500 ml/l) memberikan hasil terbaik terhadap tinggi tanaman (11,24-30,79 cm), jumlah daun (6,73-18,03 helai), bobot polong basah (498,80 gram), bobot polong kering (283,60 gram) dan bobot 100 biji (21,80 gram).
Utilization of Coal Bottom Ash and Cattle Manure as Soil Ameliorant on Acid Soil and Its Effect on Heavy Metal Content in Mustard (Brassica juncea) Agustini, Rika Yayu; Iskandar, Iskandar; Sudarsono, Sudarsono; Jaswadi, Jaswadi; Wahdaniyah, Gusti
JOURNAL OF TROPICAL SOILS Vol. 22 No. 2: May 2017
Publisher : UNIVERSITY OF LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5400/jts.2017.v22i2.87-95

Abstract

Coal bottom ash and cattle manure can be used as soil ameliorant. The application of coal bottom ash and cattle manure can improve the soil chemical properties, such as pH and the amounts of available nutrients in soil. The objective of the study was to understand the effect of coal bottom ash and cow manure application on soil chemical properties and heavy metal contents in soil and mustard (Brassica juncea).  A pot experiment was conducted in a greenhouse, including three treatment factors, i.e. age of coal bottom ash (fresh, 4 months and 2 years), dose of coal bottom ash, i.e. 0, 40 and 80 Mg ha-1, and dose of cattle manure, i.e. 0 and 10 Mg ha-1. The results show that the application of coal bottom ash and cattle manure increased the pH and the amounts of total-N, available-P and exchangeable cations (K, Ca and Mg) of the soil. The application of coal bottom ash increased the amounts of Pb, Cd and Co in the soil, but did not increase the amounts of Pb and Co in mustard, while the application of cattle manure increased the amount of Cd both in soil and mustard.  Keywords: Coal bottom ash, cattle manure, heavy metal, mustard, soil ameliorant