Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Masyarakat Adat Sampeong di Desa Lamasi Hulu Kabupaten Luwu, 1988-2020 Nasra, Nasra; Bosra, Mustari; Malihu, La
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang terbentuknya masyarakat adat Sampeong, dinamika masyarakat adat Sampeong, serta peran dan fungsi-fungsi pemerintahan tradisional dan formal masyarakat adat Sampeong. untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu: Heuristik (pengumpulan data atau sumber), kritik sumber, interpretasi dan histiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Menurut masyarakat adat Sampeong bahwa penduduk Sampeong berpangkal dari Datu Laukku. Keturunan Datu La Ukku, yang bernama Pong Mula Tau, sebagai nenek pertama manusia yang turun dari langit ke bumi. Yang kemudian beranak cucu dan salah satu dari keturunannya yaitu Tanduk Pirri yang merupakan nenek moyang dari masyarakat adat Sampeong. (2) Dinamika masyarakat adat Sampeong dari tahun 1988-2010 dimekarkan sebagai desa dan mengadakan pemilihan Tomakaka yang dipilih oleh msyarakat dan ada perubahan dari segi pendidikan, dan fungsi pemangku adat. Sedangkan Pada tahun 2011-2020, pemilihanTomakaka kembali dilakukan oleh para Matua, selain itu juga ada pengurangan aturan adat atau Mapasikalamma serta perkembangan dari segi pendidikan, sosial maupun ekonomi semakin berkembang. (3) Peran dan Fungsi pemerintahan tradisional dan formal yang saling beriringan dan bekerja sama dalam penyelesaian masalah dan utntuk memajukan masyarakat adat Sampeong. Selain itu masyarakat adat Sampeong merupakan masyarakat adat yang masih melaksanakan tradisi hingga saat ini diantaranya Rambu Solo, Rambu Tuka ( Balik Gandang), Mapasakkke, Siaja, Marara Kalo yang didukung oleh para pemangku adat sebagai pemegang pranan penting untuk terlaksannya tradisi dalam masyarakat tersebut.
Masyarakat Polongbangkeng dalam Upaya Penolakan NIT di Polongbangkeng, 1945-1950 Risal, Muhammad; Ridha, M. Rasyid; Malihu, La
Attoriolong Vol 21, No 2 (2023): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya penolakan NIT di Polongbangkeng, reaksi masyarakat Polongbangkeng dalam menolak kehadiran NIT, serta untuk mengetahui dampak penolakan NIT di Polongbangkeng. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan menggunakan pendekatan metode Sejarah yang terdiri dari atas empat tahap yakni: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.Hasil penelitian ini menunjukkan: Reaksi masyrakat Polongbangkeng pada saat mengetahui keberadaan NICA di wilayah Polongbangkeng tentunya menolak hal tersebut termasuk pembentukan NIT karena menganggap bahwa NIT ini dapat mengancam kemerdekaan Indonesia. Dalam rangka untuk menolak NIT maka dibentuklah LAPRIS yang berkedudukan di Borongkaramasa di Polongbangkeng, yang diketuai oleh Kelaskaran Lipan Bajeng dan pada saat itu di wakili oleh Ranggong Dg. Romo dari Polongbangkeng. Dalam rangka penoalakan NIT perjuangan dilakukan kurang lebih 5 tahun (1945-1950) terdapat dua bentuk yaitu perjuangan fisik dan perjuangan non fisik perjuangan ini diperiodesasikan menjadi masa Gerakan Muda Bajeng dan Lipan Bajeng bersama LAPRIS. Adapun Dampak dari penolakan masyarakat Polongbangkeng terhadap NIT dari sisi politik ialah terbentuknya LAPRIS yang merupakan persatuan ke-19 laskar di Sulawesi Selatan yang berfokus pada penolakan pembentukan NIT. Adapun dampak dari sisi ekonomi ialah ditandai dengan besarnya jumlah ekspor beras di Suawesi Selatan terkhusus didaerah Polongbangkeng. 
Dinamika Pandai Besi Tradisional Desa Pamboborang Kec. Banggae Kab. Majene 1960-2019 Maskur, Muhammad Yusuf; Malihu, La; Khaeruddin, Khaeruddin
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadan pandai besi di tanah mandar sudah ada dari Abad ke 17 yaitu di Salogang yang sekarang di kenal dengan Desa Baruga Dhua,dimanaada seseorang yang berasal dari arah Selatan Tanah mandar yang hendak melakukan perjalanan untuk memperdalam ilmu ke agamaannya dan salah satu tempat tujuannya adalah Tanah Mandar, Baru sekitar Tahun 1960 salah satu Dari keturunannya Melakukan pernikahan di Desa Pamboborang Dan memperkenalkan pandai Besi di Desa tersebut dan diteruskan para anaknya dan berkembang hingga sekarang. Dalam perjalan pandai besi didesa pamboborang memiliki perkembangan dalam beberapa alat yang diganakan dalam proses penempaan besi salah satunya seperti penggunaan mesin gerinde yaitu alat yang digunakan dalaam proses penghalusan hasil kerajianan tangan tetapi ada beberapa alat yang tidak di lakukan moderenisasi seperti alat penempah besi karena dianggap akan mengurangi kualitas karya yangdihasilkan. Beberapa Masyarakat di Desa Pamboborang Menjadikan pandai besi tradisional sebagai mata pencaharian mereka dan menganggap dapat memenuhi kebutuhan sehari-harimereka baik itu sandang dan pangangnya walaupun menurut mereka pekerjaan pandai besi tradional ini sangat berisiko dalam hal kecelakaan kerjanya karnamasih sangat tradisional, besar harapan para pengrajin ada perhatiaan khusus daripemerintah daerah dalam mendukung usaha mereka dalam bentuk pemasaraannya agar penghasilan yang di dapatkan stabil setiap bulannya. Kehadirian pandai besi di Desa Pamboborang sangat membantu dalam penyediaanlapangan kerja khususnya bagi para pemuda di desa tersebut, mempermudah para petani kelapa dalam memasarkan tempurung kalapa yang dimanfaatkan para pandai besi sebahagaibahan pembakaran dalam proses peleburan besi dan juga mempermudah para buruh bangun dan para petani dalam ham pembuatan serta perbaikan alat yang digunakan dalampekerjaannya seperti parang, sabit, cangkul, palu, sabit dan lain-lain.
PRRI/Permesta dalam Pandangan Sejarahwan Dr. RZ Leirissa La Malihu
Jurnal Kajian Sosial dan Budaya: Tebar Science Vol 6 No 2 (2022): TEBAR SCIENCE: JURNAL KAJIAN SOSIAL & BUDAYA
Publisher : Rayhan Intermedia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The history of PRRI/Permesta has been written in various forms of scientific work. However, in the view of historian RZ Leirissa, a number of works on PRRI/Permesta tend to be one-sided because they do not pay attention to the perceptions of leaders in turbulent areas. For this reason, Leirissa tries to look at the history of PRRI/Permesta from a more neutral point of view by using the oral history method and a structural approach. From the results of archive data analysis and interviews with a number of leading actors, Leirissa concluded that PRRI/Permesta was not actually a rebellion movement, nor was it merely a central and regional issue, but also related to differences in the concept of development and at the same time civil-military issues. Therefore, according to Leirissa, PRRI/Permesta cannot be equated with DI/TII in West Java and South Sulawesi and RMS in Maluku.
Perlawanan Rakyat Unra Terhadap Jepang di Kerajaan Bone Sulawesi Selatan Bustan Buhari; Mr. Jumadi; La Malihu
Jurnal Kajian Sosial dan Budaya: Tebar Science Vol 6 No 3 (2022): TEBAR SCIENCE: JURNAL KAJIAN SOSIAL & BUDAYA
Publisher : Rayhan Intermedia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36653/jksb.v6i3.123

Abstract

This study reveals the resistance of the Unra people in Bone, South Sulawesi. As in other places, the villagers of Unra have long held grudges over the harsh treatment of Japanese accomplices. Even though they are also countrymen, they are more concerned with Japan than their own countrymen. The hatred of the Unra people grew because those who were appointed as Sullaluang Unra came from outside Unra. Sulaluang also acts unwisely in dealing with his people. There was hatred between the Unra community/residents and the local ruler, Sullaluang, who sided with Japan. This research uses the historical method with stages; heuristics (collecting data), Criticism (Data verification), Interpretation (data interpretation), Historiography (writing).
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Virtual Reality dalam Pembelajaran Sejarah di SMA 23 Makassar Ridha, Muh. Rasyid; Amirullah, Amirullah; Malihu, La; sanur, Ilham samudra; Rifal, Rifal
Humanis Vol. 23, No. 2 Desember 2024
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/humanis.v23i2.68489

Abstract

This study aims to analyze the impact of using Virtual Reality (VR) based learning media in learning history at SMA 23 Makassar. VR technology offers an immersive learning experience with three-dimensional visualization, allowing students to explore historical events and locations virtually without leaving the classroom. The research began with planning in the form of team formation and debriefing, followed by the preparation stage for one week. Preparatory activities include communication with history educators of SMA 23 Makassar, preparation of schedules, determination of implementation locations, making broadcast materials, and procurement of supporting equipment and materials. The results showed that the use of VR had a positive impact in improving students' understanding of complex and abstract historical concepts. Students showed higher interest in learning history due to a more interesting and interactive learning atmosphere. In addition, the use of VR also contributes to the improvement of students' digital literacy, which is relevant to the 21st century skill needs. This study concludes that VR-based learning media has great potential to improve the quality of history learning if supported by the development of adequate infrastructure and content. Recommendations are given for collaboration between educators, technology developers and the government to overcome existing obstacles and maximize the benefits of this technology in education. Abstract. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak penggunaan media pembelajaran berbasis Virtual Reality (VR) dalam pembelajaran sejarah di SMA 23 Makassar. Teknologi VR menawarkan pengalaman belajar yang imersif dengan visualisasi tiga dimensi, memungkinkan siswa menjelajahi peristiwa dan lokasi bersejarah secara virtual tanpa meninggalkan ruang kelas. Penelitian dimulai dengan perencanaan berupa pembentukan dan pembekalan tim, dilanjutkan tahap persiapan selama satu minggu. Kegiatan persiapan meliputi komunikasi dengan pendidik sejarah SMA 23 Makassar, penyusunan jadwal, penetapan lokasi implementasi, pembuatan bahan tayang, serta pengadaan peralatan dan bahan pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan VR memberikan dampak positif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep sejarah yang kompleks dan abstrak. Siswa menunjukkan minat yang lebih tinggi terhadap pembelajaran sejarah karena suasana belajar yang lebih menarik dan interaktif. Selain itu, penggunaan VR juga berkontribusi pada peningkatan literasi digital siswa, yang relevan dengan kebutuhan keterampilan abad ke-21. Penelitian ini menyimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis VR memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah jika didukung dengan pengembangan infrastruktur dan konten yang memadai. Rekomendasi diberikan untuk kolaborasi antara pendidik, pengembang teknologi, dan pemerintah guna mengatasi kendala yang ada dan memaksimalkan manfaat teknologi ini dalam pendidikan.
The History and Character Entities of Gotong Royong in the Bajo Tribe Community Sanur, Ilham Samudra; Ahmadin, Ahmadin; Rifal, Rifal; Malihu, La; Haryono, Indriani; Ridhoh, M Yunasri
JED (Jurnal Etika Demokrasi) Vol 9, No 4 (2024): JED (Jurnal Etika Demokrasi)
Publisher : Universitas of Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jed.v9i4.15994

Abstract

The most concerning social problem today is anomalous behavior and the erosion of collective collegial values. Therefore, character development, especially related to collective values such as mutual cooperation, has become an important issue in Indonesia. This research aims to provide a comprehensive description of the history and character entities that are characteristic of the Bajo Tribe community in Wanci Island, Wakatobi Regency. This study employs a qualitative approach with a descriptive method to obtain objective data through three data collection techniques: interviews, observations, and documentation. The results of this research indicate that the migration of the Bajo tribe to the Mola region on Wanci Island began in the 1960s as a means of avoiding social conflict and accusations of involvement with the DI/TII rebellion movement on Kaledupa Island. The character of mutual cooperation upheld by the Bajo Mola community reflects a fair and inclusive social system, where the practice of mutual aid is manifested regardless of social status, age, or individual background. The conclusion of this study emphasizes the need to maintain mutual cooperation as a pillar of solidarity and social harmony in order to embody virtuous people.
Social Space and Stage of Makassar Cultural Preservation: History of Kampung Paropo 1977-2023 Zulkifli, Zulkifli; Ahmadin, Ahmadin; Malihu, La
Jurnal Kajian Sosial dan Budaya: Tebar Science Vol 9 No 1 (2025): TEBAR SCIENCE: JURNAL KAJIAN SOSIAL DAN BUDAYA
Publisher : Rayhan Intermedia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36653/jksb.v9i1.205

Abstract

Urban villages are a topic of interest to researchers, especially in urban social, economic and cultural studies. There are many peculiarities, especially narratives about social systems and cultural heritage, which need to be dialogued in social science studies. This research examines the history of the establishment of Paropo Village in Makassar City, social and cultural development, and efforts to preserve traditional culture. As a type of qualitative historical research, the research method uses four stages, namely: heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The results showed that Paropo Village was founded by four figures, namely I Janggo' Cambang Paropo, Dato' Pung Malaja, and Sheikh Al-Amin, with the first three houses facing north. In 1970, the village officially became part of Makassar City after previously belonging to Gowa. Paropo Village has two types of traditional cultural preservation, namely Kondobuleng Theater and Pepe'pepekka ri Makka Dance, which are preserved by conducting natural regeneration through an art studio known as Baruga Paropo.
SOSIALISASI PENGGUNAAN ALAT TANGKAP TRADISIONAL BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DAN EKONOMI BERKELANJUTAN DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI RELIGIUS PADA MASYARAKAT NELAYAN DI DESA TIRA, SAMPOLAWA BUTON SELATAN Rifal, Rifal; Malihu, La; Misbawati, Misbawati; Ahmadin, Ahmadin; Rahman, Abdul
Jurnal Pemberdayaan Maritim Vol 7 No 2 (2025): Journal of Maritime Empowerment
Publisher : Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Penjaminan Mutu, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/jme.v7i2.7191

Abstract

Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat nelayan di Desa Tira, Sampolawa, Buton Selatan, terkait pentingnya penggunaan alat tangkap tradisional yang ramah lingkungan serta mendukung ekonomi yang berkelanjutan. Pendekatan yang diterapkan bersifat partisipatif, di mana para nelayan dilibatkan secara aktif dalam sosialisasi dan pelatihan yang mengedepankan nilai-nilai religius sebagai landasan moral dan spiritual dalam pengelolaan sumber daya alam. Kegiatan ini mencakup lokakarya, penyuluhan, serta pelatihan praktis dalam penggunaan alat tangkap tradisional yang lebih selektif, seperti bubu, jaring insang, dan pancing, yang tidak merusak ekosistem laut. Selama kegiatan, penekanan diberikan pada prinsip amanah, maslahah, dan mizan untuk menghubungkan praktik ramah lingkungan dengan ajaran agama yang dianut oleh masyarakat. Pendampingan dan monitoring dilakukan setelah pelatihan untuk memastikan penerapan yang tepat dan berkelanjutan. Diharapkan hasilnya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pelestarian ekosistem laut serta memperkuat ekonomi nelayan melalui penggunaan alat tangkap yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Program ini diharapkan menjadi model pengelolaan perikanan berbasis komunitas yang mengutamakan keberlanjutan alam dan kesejahteraan masyarakat.
Pelamonia: Sejarah Rumah Sakit Militer Peninggalan Kolonial di Jantung Kota Makassar (1986-2012) Kabubu, Rusmala Dewi; Malihu, La
Jambura History and Culture Journal Vol 7, No 2 (2025): Juli
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jhcj.v7i2.33119

Abstract

The Dutch established a health facility in 1917 called the Militaire Hospital. After the Dutch government recognized Indonesia's sovereignty, the hospital was transferred to the Indonesian government and began operating under the direct management of the military. The hospital's name was changed multiple times due to changes in the military, particularly in the Army, until it was officially named Pelamonia Hospital. This paper examines the development of military health institutions and their dual role in interacting with civil society. This research uses the historical method to reconstruct, explain, and understand past events. The development of this hospital began in 1986 with the inauguration of a new four-story main building, which was the first physical development carried out by Pelamonia Hospital. From 1986 to 2012, the hospital underwent a series of construction projects to address the escalating demand for patient care, attributable to an increase in both military and civilian patients. This hospital plays a dual role in providing health services. In addition to its main task of providing health services for the military, it also opens health services to the general public. Pelamonia Hospital has a positive impact on both the military and the general public, which can be seen from various perspectives, including health, social, economic, and educational ones.