Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Dinamika Pelabuhan Murhum: Dari Pelabuhan Lokal ke Pelabuhan Nasional (1971-2023) Ramadhan, Ananda Kurnia; Najamuddin; La Malihu
PESHUM : Jurnal Pendidikan, Sosial dan Humaniora Vol. 4 No. 6: Oktober 2025
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/peshum.v4i6.12887

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Pelabuhan Murhum berkembang dari masa ke masa, mulai dari sejarah awalnya hingga menjadi pelabuhan nasional seperti sekarang. Selain itu, penelitian ini ingin melihat faktor-faktor apa saja yang memengaruhi perubahan tersebut, serta dampak yang dirasakan oleh masyarakat dan Kota Baubau secara umum. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan yaitu: Heuristik, Kritik sumber, Interpretasi dan Historiografi. Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Pelabuhan Murhum di Kota Baubau Berkembang dari Pelabuhan sederhana menjadi pelabuhan nasional yang penting di kawasan timur Indonesia. (2) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelabuhan perkembangan ini tidak lepas dari posisi Pelabuhan Murhum di Jalur Pelayaran yang strategis, sehingga pelabuhan ini sejak masa kesultanan Buton sudah menjadi pusat perdagangan serta lalu lintas maritim. (3) dampak transformasi pelabuhan murhum semakin terasa sejak tahun 1971, seiring dengan pembangunan infrastruktur dan meningkatnya aktivitas bongkar muat barang maupun penumpang.
Sosialisasi Ruang Ekologis Berbasis Nilai-Nilai Religius Pada Masyarakat Nelayan di Desa Liya One Melangka, Wangi-Wangi Selatan Wakatobi Rifal, Rifal; Ahmadin, Ahmadin; Malihu, La; Ridha, M. Rasyid; Sanur, Ilham Samudra
Journal Of Human And Education (JAHE) Vol. 4 No. 6 (2024): Journal of Human And Education (JAHE)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jh.v4i6.1775

Abstract

Artikel ini membahas sosialisasi ruang ekologis berbasis nilai-nilai religius pada masyarakat nelayan di Desa Liya One Melangka, Wangi-Wangi Selatan Wakatobi. Rendahnya tingkat kesadaran ini membuat beberapa praktik yang kurang ramah lingkungan masih terjadi, seperti penggunaan alat tangkap yang merusak terumbu karang. Selain itu, sebagian besar masyarakat belum menguasai konsep ekologi dasar, seperti keanekaragaman hayati dan keberlanjutan. Walaupun masyarakat desa ini memiliki kepercayaan yang kuat terhadap ajaran agama, kaitan antara ajaran tersebut dan upaya pelestarian lingkungan belum sepenuhnya terefleksi dalam keseharian mereka. Metode dalam artikel ini dalam tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tindak lanjut. Nilai-nilai religius seperti menjaga amanah dari Tuhan sering kali belum terwujud dalam tindakan ekologis yang konkret, terutama dalam aktivitas penangkapan ikan dan pengelolaan sumber daya laut dengan melakukan sosialisasi dan pembagian brosur ruang ekologis dan religius.
Patorani di Desa Galesong Baru (1996-2023): Kajian Sejarah Sosial Ekonomi Rafly; La Malihu; Rifal; Ahmadin
PESHUM : Jurnal Pendidikan, Sosial dan Humaniora Vol. 4 No. 2: Februari 2025
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/peshum.v4i2.8031

Abstract

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Latar belakang Patorani di Desa Galesong Baru, Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2) Sistem bagi hasil Patorani di Desa Galesong Baru, Kecamatan Galesong, 3) Dampak sosial ekonomi Patorani. Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode sejarah dengan mengambil lokasi di Desa Galesong Baru, Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Teknik pengambilan informan yang digunakan berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data kualitatif yang digunakan adalah suatu bentuk sejarah dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial, khususnya ekonomi, sosiologi melalui analisa apa yang terjadi.Hasil yang ditemukan dari penulisan ini menunjukkan bahwa Tradisi Patorani tetap bertahan hingga sekarang, namun sistem pembagian hasil pada nelayan yang tidak setara membuat sosial ekonomi Patorani berada pada golongan kemiskinan terstruktur yang berpengaruh pada pendidikan anak dan lingkungan.
Eksodus kaum Kristen Luwu bagian Selatan pada masa Gerakan DI/TII hingga terbentuknya Desa Seriti 1951-1954 Grasia, Geby; Sahabuddin, Jumadi; Malihu, La
Jurnal Pattingalloang Vol. 10, No. 3 Desember 2023
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v10i3.23353

Abstract

Penelitian dan penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana latar belakang terjadinya Eksodus Kaum Kristen Luwu bagian Selatan pada tahun 1951, bagaimana upaya penyelamatan pengungsi yang dilakukan kaum Kristen Luwu bagian Selatan selama 1952-1953, bagaimana proses terbentuknya Desa Seriti 1954. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan historis. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Dari penelitian ini diketahui bahwa kaum kristen luwu bagian selatan pada masa gerakan DI/TII adalah masyarakat kristen yang bertempat tinggal di luwu bagian selatan yang dipaksa untuk di islamkan dan ingin direkrut menjadi anggota DI/TII maka mereka melakukan penyelamatan diri atau pengungsian ke daerah Lamasi/ Luwu bagian Utara. Dalam perjalanannya mereka meramba hutan yang dimana dipimpin oleh kepala-kepala kampung, pemerintah setempat dan TNI-AD Batalyon 506 Sriti pada saat itu, sebagian dari mereka dititipkan di masyarakat jawa yang berada di Lamasi dan sebagian melakukan peninjauan lokasi dengan kepala kampung bernama Mangentang Ia menancapkan kayu ke tanah apabila kayu itu semakin panjang berarti tanah itu layak untuk di huni oleh kaum Kristen luwu bagian selatan pada saat itu, kemudian ketika lokasi itu telah didapatkan maka empat bulan kemudian keluarga yang masih ada di luwu bagian selatan menyusul ke daerah lamasi dan prosesnya dibantu oleh TNI-AD Batalyon 506 Sriti. Hal ini menegaskan bahwa kaum Kristen Luwu bagian Selatan tetap berpegang teguh terhadap keyakinannya sekalipun nyawa mereka adalah taruhannya dan hingga akhirnya mereka bisa selamat dari gangguan dan ancaman DI/TII. DI/TII dikatakan pemberontak Negara dikarenakan ingin mengubah ideologi Pancasila menjadi Negara islam seperti yang diketahui bahwa Indonesia terbentuk karena adanya semangat yang tinggi dari berbagai daerah, agama, etnis dan golongan, maka dari itu seharusnya perbedaan itulah yang menjadi landasan untuk berpikir dan membangun Negara ini. Kata Kunci : kaum Kristen Luwu bagian Selatan, DI/TII, Lamasi, TNI-AD AbtractThis research and writing aims to find out the background to the exodus of Southern Luwu Christians in 1951, how efforts to rescue refugees were carried out by Southern Luwu Christians during 1952-1953, how the process of forming Seriti Village in 1954 was carried out. This research uses qualitative methods with historical approach. Data collection techniques use interviews and observation. From this research it is known that the Christians in southern Luwu during the DI/TII movement were Christians who lived in southern Luwu who were forced to convert to Islam and wanted to be recruited as members of DI/TII, so they carried out self-saving or refuge in the Lamasi/TII area. North Luwu. On their journey, they explored the forest, which was led by village heads, the local government and TNI-AD Battalion 506 Sriti at that time, some of them were entrusted to the Javanese community in Lamasi and some of them carried out site inspections with the village head named Mangentang. wood to the ground, if the wood becomes longer, it means that the land is suitable for habitation by Christians in southern Luwu at that time, then when the location has been found, four months later the families still in southern Luwu follow them to the Lamasi area and are assisted in the process. by TNI-AD Battalion 506 Sriti. This confirms that the Southern Luwu Christians still adhere to their beliefs even though their lives are at stake and until they are finally able to survive the harassment and threats from DI/TII. DI/TII are said to be state rebels because they want to change the ideology of Pancasila into an Islamic state. As is known, Indonesia was formed because of the high enthusiasm of various regions, religions, ethnicities and groups, therefore these differences should be the basis for thinking and developing this country.Keywords: Southern Luwu Christians, DI/TII, Lamasi, TNI-AD
Diversity, Identity And Cultural Expression: A Perspective From The Local Cultural Wisdom Of The Sultanate Of Buton Malihu, La
Jurnal Pattingalloang Vol 11, No. 2, Agustus 2024
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v11i2.68498

Abstract

This study aims to trace the philosophical expressions that developed in the Buton Sultanate. Using a historical method by reviewing the archives documents and other relevant books and articles. The results of the study show that there are a number of philosophical expressions that are filled with unity and the spirit of self defense for survival. This has proven to be an integrative factor that unites society in everyday life so that the Buton Sultanate was able to maintain its existence from the threat of various external forces for around 600 years.Keywords: Diversity, Cultural Wisdom, Sultanate of Buton
Edukasi Budaya kepada Mahasiswa melalui Pengenalan Nilai dan Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kajang Ramadhany, A.Noer Chalifah; Kabubu, Rusmala Dewi; Malihu, La; Wati, Fitra Widya; Sumardin, Oschar
Humanis Vol 24, No 2 (2025): Juli-Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/humanis.v24i2.73803

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi budaya kepada mahasiswa melalui pengenalan langsung terhadap nilai-nilai dan kearifan lokal masyarakat adat Kajang di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Mahasiswa diperkenalkan pada sistem nilai, pola hidup, struktur sosial, serta praktik pelestarian lingkungan dan spiritualitas yang menjadi ciri khas masyarakat adat tersebut. Metode yang digunakan adalah pendekatan partisipatif melalui observasi lapangan, wawancara, diskusi reflektif, dan dokumentasi kualitatif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa mahasiswa memperoleh pemahaman mendalam tentang pentingnya sejarah lisan, pelestarian budaya lokal, serta keterkaitan budaya dan identitas bangsa. Selain itu, kegiatan ini menstimulasi mahasiswa untuk lebih peka terhadap isu-isu sosial dan budaya, serta memperkuat penghargaan mereka terhadap kekayaan budaya bangsa. Integrasi nilai-nilai lokal dan kearifan budaya dalam pendidikan sejarah memperkuat proses pembelajaran yang bermakna dan transformatif, sekaligus menumbuhkan kesadaran untuk melestarikan budaya. Salah satu keluaran dari kegiatan ini adalah dorongan untuk mengadopsi sejarah lokal dalam kurikulum perguruan tinggi dan membangun kemitraan yang kuat antara lembaga akademik dan masyarakat adat demi keberlangsungan.