Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

KEARIFAN LOKAL TRADISI MARHAROAN BOLON MASYARAKAT SIMALUNGUN Damanik, France Pepin; Damanik, Ramlan
Kompetensi : Jurnal Pendidikan dan Humaniora Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIBA Vol 16 No 1 (2023): Kompetensi
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36277/kompetensi.v16i1.107

Abstract

Artikel ini membahas tentang tradisi gotong royong pada kegiatan marharoan bolon etnik Simalungun di kelurahan Sipolha, kecamatan Pamatang Sidamanik, kabupaten Simalungun. Marharoan bolon adalah sebuah wujud kearifan lokal penduduk Simalungun, marharoan bolon merupakan kegiatan gotong royang yang merupakan kegiatan tahunan pada masyarakat Simalungun. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan jenis marharoan bolon beserta tahap pelaksanaannya dan menjelaskan nilai-nilai kearifan lokal dalam marharoan bolon. Dalam penyelesaian artikel ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan kajian kearifan lokal. Untuk menunjang hasil dalam artikel ini penulis menggunakan metode pengumpulan data yakni (1) Wawancara langsung dengan informan, (2) Observasi dan (3) Dokumentasi terkait objek yang diteliti. Adapun hasil yang ditemukan dalam artikel ini adalah terdapat 3 kegiatan marharoan bolon pada masyarakat Sipolha yaitu kegiatan gotong royong yang dilakukan secara bergiliran dalam mengerjakan ladang (marsialopari), kegiatan gotong royong guna menyukseskan acara pesta atau hajatan yang dibuat oleh tuan rumah (marhobas) dan gotong untuk memperbaiki maupun membersihkan jalan yang dilakukan oleh masyarakat di kelurahan Sipolha untuk keperluan dan kepentingan bersama (padearhon dalan). Dalam setiap pelaksanaan gotong royong ini terdapat langkah-langkah dan aturan yang harus dipatuhi terlebih dahulu. Kegiatan marharoan bolon merupakan suatu kegiatan yang harus dilestarikan dikarenakan tujuan dari marharoan bolon ini yakni agar masyarakat saling peduli dan saling menghargai satu sama lainnya. Terdapat banyak nilai-nilai kearifan lokal pada kegiatan marharoan bolon ini oleh sebab itu dengan adanya artikel ini penulis berharap kegiatan marharoan bolon ini harus dijaga kelestariannya agar tetap dilaksanakan oleh masyarakat Simalungun khususnya masyarakat Sipolha.
LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BATAK KARO DAN BAHASA BATAK TOBA: SUATU KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF Ginting, Ria Clara; Sinaga, Warisman; Damanik, Ramlan
Kompetensi : Jurnal Pendidikan dan Humaniora Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIBA Vol 17 No 1 (2024): Kompetensi
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36277/kompetensi.v17i1.219

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan genetik antara bahasa Batak Karo dan Batak Toba, menentukan waktu perpisahan linguistik mereka, dan memperkirakan usia kedua bahasa tersebut. Menggunakan teori linguistik historis komparatif, khususnya pendekatan leksikostatistik dan glotokronologi yang dikemukakan oleh Gorys Keraf, penelitian ini menyediakan kerangka analisis untuk memahami evolusi linguistik dari bahasa-bahasa ini. Data untuk penelitian ini dikumpulkan melalui kombinasi metode observasi, wawancara, teknik pencatatan, dan perekaman. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 500 kosakata yang diteliti, terdapat 320 pasangan kata kerabat yang menunjukkan hubungan genetik sebesar 65%. Perpisahan antara bahasa Batak Karo dan Batak Toba diperkirakan terjadi sekitar tahun 1028 M atau pada abad ke-11, sekitar 995 tahun yang lalu (dihitung dari tahun 2023). Hasil ini memiliki implikasi penting bagi klasifikasi dan pemahaman hubungan genetik dalam bahasa-bahasa Batak. Temuan ini menekankan pentingnya penelitian komparatif yang lebih komprehensif yang melibatkan semua varian bahasa Batak guna mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang hubungan genetik dalam keluarga bahasa Batak. Penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada studi linguistik historis komparatif bahasa-bahasa Austronesia di Indonesia, tetapi juga menyoroti pentingnya melestarikan keunikan dan kekayaan linguistik setiap varian bahasa Batak.
BENTUK DAN RITUAL MANGAN NA PAET DI ALIRAN KEPERCAYAAN PARMALIM ETNIK BATAK TOBA Silalahi, Ayudya Annisa; Siahaan, Jamorlan; damanik, Ramlan
Kompetensi : Jurnal Pendidikan dan Humaniora Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIBA Vol 17 No 1 (2024): Kompetensi
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36277/kompetensi.v17i1.220

Abstract

Upacara ritual Mangan na Paet merupakan praktik penting dalam kepercayaan masyarakat Parmalim, yang secara harfiah berarti "makan yang pahit." Frasa ini memiliki makna simbolis dan spiritual, mengajarkan filosofi hidup Parmalim tentang menerima kesulitan dan penderitaan sebagai bagian dari proses spiritual dan pembelajaran hidup. Penelitian mengenai kearifan lokal dalam ritual ini bertujuan mengungkap nilai-nilai penting seperti penghormatan terhadap leluhur dan alam, gotong royong, pelestarian tradisi, seni dan budaya lokal, serta nilai spiritual dan moral. Menggunakan teori kearifan lokal dari Sibarani, yang dibagi menjadi kearifan lokal kedamaian dan kesejahteraan, penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan triangulasi data untuk menggali pemahaman mendalam mengenai ritual Mangan na Paet. Metode pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan analisis data dilakukan secara deskriptif dan kualitatif untuk menghasilkan kesimpulan objektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kearifan lokal kedamaian dalam ritual ini mencakup etika, kebenaran, solidaritas, kedamaian, mediasi, dan konsistensi. Sementara itu, kearifan lokal kesejahteraan meliputi kerja keras dan pendidikan. Ritual Mangan na Paet dalam kepercayaan Parmalim memiliki makna mendalam, memperkuat identitas budaya, dan menjadi media edukasi bagi generasi muda dalam memahami nilai-nilai luhur kepercayaan ini.
BULANG (WOMEN’S HEAD COVERING) SIMALUNGUN BATAK ETHNIC damanik, ramlan; sinaga, warisman; r purba, asriaty; sinulingga, jekmen; herlina
Lingue : Jurnal Bahasa, Budaya, dan Sastra Vol. 6 No. 1 (2024): Indonesian Language and Literature Studies
Publisher : LP2M IAIN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33477/lingue.v6i1.7568

Abstract

This article was written to reveal the meaning of the head covering for women or bulang for the Simalungun Batak community. The use of bulang or head coverings for women and what the meaning and function are for millennials, especially those who live in urban areas, has very little understanding. Therefore, the author created this article for describing the types of bulang and what the function and meaning of bulang are for the Simalungun Batak ethnic community. This research uses a qualitative approach and descriptive method and uses semiotic theory by Charles Sanders Pierce and data collection is carried out by observation, interviews and literature study. Data analysis was carried out using data reduction, translation and conclusions and suggestions. There are 4 types of bulang, namely Bulang Sulappei, Bulang Teget, Bulang Suyuk /Gijang and Bulang Hurbu Salalu. Bulang is for head cover and for giving identity. The meaning of wearing this bulang is as a symbol of maturity for Simalungun women.
The Simalungun Script in the Development of Cultural Heritage and Local Wisdom Learning Plans Damanik, Ramlan; Sinaga, Warisman; Herlina; Purba, Asriaty r; Sinulingga, Jekmen
Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 3 (2025): Mei 2025
Publisher : Raja Zulkarnain Education Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55909/jpbs.v4i3.745

Abstract

The Simalungun script is one of the intangible cultural heritages of the Simalungun Batak community, possessing significant historical, linguistic, and symbolic value. However, modern developments and the dominance of the Latin alphabet have led to a significant decline in its usage. This article aims to examine the role of the Simalungun script in cultural heritage development through a community-based preservation and revitalization approach. Utilizing Laurajane Smith’s (2006) theory of heritage preservation and an ecolinguistic perspective, this study analyzes strategies for strengthening the Simalungun script through education, digitalization, and integration into creative media. The research employs a descriptive method with a qualitative approach. The findings reveal that the Simalungun script can serve as a contextual and educational tool for cultural transformation and identity formation among younger generations. School involvement programs, the development of local curriculum, and the implementation of technology-based initiatives using the script have proven effective in raising awareness and enhancing cultural literacy skills. The study also identifies that the Simalungun script consists of 19 ina ni surat (main letters): a, ha/ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, nya, i, and u. These characters are typically curved and angular, and are written from left to right on media such as tree bark, bamboo, or bone. Additionally, eight anak ni surat (derived letters) are recognized: haluan, haboritan, hatalingan, sihorlu, hamisaran, hatulungan, hajoringan, and panongon. Therefore, preserving the Simalungun script is not merely an act of conservation, but a dynamic strategy for the development of cultural heritage that is adaptive to the times.
Sulang-Sulang Pomparan Ethnic Batak Toba Study: Oral Tradition Nainggolan, Amoy Karamoii; Damanik, Ramlan; Sinaga, Warisman; Sinulingga, Sinulingga; Purba, Asriaty
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 9, No 3 (2025): JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan) (Juli)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pendidikan (LPP) Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58258/jisip.v9i3.9035

Abstract

Sulang-sulang pomparan (tradition of feeding parents) is a family tradition carried out as a form of respect for both parents, usually when one of the parents is sick or critical. This study aims to describe the stages, performance (text, co-text and context) and values of oral tradition contained in the Sulang-sulang pomparan Ethnic Batak Toba. The theory used in this study is the theory of local wisdom proposed by Robert Sibarani (2014). The method used in the study is a qualitative method that is descriptive. The stages in the Sulang-sulang pomparan Ethnic Batak Toba are divided into two stages, namely the stages before which include: 1) The Sirarion Fellow (Discussion) between siblings and the stages of implementing the tradition which include: 1) Worship Event,2) Mampasahat Tudu-tudu Sipanganon Sian Sude Pomparan Event, 3) Manulangi Sian Sude Pomparan Event, 4) Mampasahat Dengke, Ulos, Dohot Manulangi Sian Hula-hula/Paraman Event. Performance in this tradition is divided into three parts, namely: 1) Text analysis, 2) Co-text analysis, and 3) Context analysis. The values in this tradition include: 1) Religious values / gratitude, 2) Cooperation values, 3) Art values, 4) Politeness values, 5) Social solidarity, 6) Gender management, 7) Harmony and conflict resolution attitudes, 8) Environmental care.
Jejak Genealogis dan Budaya: Mengungkap Kekerabatan Etnik Batak Toba dan Karo melalui Perspektif Linguistik Historis-Komparatif dan Antropologi Sitorus, Oliviya Sera; Damanik, Ramlan
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.30679

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji antara etnik Batak Toba dan etnik Batak Karo dari perspektif linguistik historis komparatif dan antropologi budaya. Kedua kelompok etnik ini merupakan bagian dari rumpun Batak di Sumatra Utara, namun menunjukkan variasi dalam aspek bahasa, adat istiadat, dan struktur sosial. Melalui pendekatan linguistik historis komperatif dan antropologi budaya ditemukan sejumlah korespondensi fonologis yang menunjukkan hubungan genealogis antara bahasa Batak Toba dan bahasa Batak Karo. Di sisi lain, kajian budaya mengungkap adanya kesamaan dalam sistem marga (clan), ritual adat, dan kosmologi, meskipun terdapat pula perbedaan signifikan yang mencerminkan proses divergensi kultural. Hasil penelitian ini bahwa kedua etnik berasal dari akar yang sama, namun mengalami perkembangan terpisah karena faktor geografis dan historis.
Utilization of Speech Events in the Marunjuk Custom of the Batak Toba Ethnic Group as a Medium for Learning Cultural Values in Multicultural Education Purba, Asriaty R; Gaol, Zacklyn Dwi Vanesa Imanuela Lumban; Tampubolon, Flansius; Sinaga, Warisman; Damanik, Ramlan
Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 5 (2025): September 2025
Publisher : Raja Zulkarnain Education Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55909/jpbs.v4i5.763

Abstract

This study aims to analyze speech events in the Marunjuk tradition of the Toba Batak ethnic group and evaluate its potential as a source of learning cultural values ??in the context of multicultural education. The Marunjuk tradition is a form of traditional wedding ceremony that is full of meaning and social symbols, which is carried out by the Toba Batak community by involving various elements of oral communication. This study employs a qualitative approach, incorporating observation, documentation, and discourse analysis techniques, grounded in the theory of speech events developed by Dell Hymes (Speaking). The results of the study indicate that there are ten main stages in the Marunjuk tradition containing 57 speech event data, which include values ??such as respect, gratitude, togetherness, and social responsibility. The ten stages are: entering the party hall, delivering tudu-tudu sipanganon, delivering dengke simudur-udur, manjalo tumpak, mambagi jambar, marsiseanan, handing over panandaion, handing over tintin marangkup, mangulosi, tingkir tangga/paulak une (ulaon sad). From an educational perspective, this speech event serves as a concrete representation of cultural practices that can be utilized in local wisdom-based learning, particularly in strengthening the Pancasila student profile and developing character through language and cultural education. This research suggests integrating the Marunjuk custom as a contextual teaching resource in primary and secondary education curricula.
REKONSTRUKSI TEKS DAN ANALISIS FILOLOGIS NASKAH PAGAR TAWAR SITAHAN RASUN (NO.INV.1226/07.135): KOLEKSI MUSEUM NEGERI SUMATERA UTARA Siallagan, Intan P.; Sinaga, Warisman; Damanik, Ramlan
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 9, No 2 (2025): September
Publisher : Universitas Batanghari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/aksara.v9i2.1276

Abstract

Ancient manuscripts are cultural heritage assets that record past civilizations, knowledge systems, and beliefs of earlier societies. In Indonesia, several ethnic groups still preserve traditional manuscripts written in various indigenous scripts such as Bugis, Balinese, Javanese, Sundanese, Lampung, and Batak scripts. Batak manuscripts are known to contain traditional knowledge, including medicinal formulas, mystical practices, calendrical calculations, and prophecies. This study focuses on identifying the manuscript Pagar Tawar Sitahan Rasun (Inventory No. 1226/07.135), a collection housed at the North Sumatra Provincial Museum. The research applies a philological approach using a qualitative descriptive method to identify the manuscript’s physical and textual characteristics. The findings reveal eighteen essential elements of manuscript identity, including: (1) title, (2) inventory number, (3) storage location, (4) origin, (5) physical condition, (6) dimensions, (7) thickness, (8) number of lines per page, (9) script and writing type, (10) writing technique, (11) writing material, (12) text format, (13) estimated age, (14) language, (15) author (if known), (16) historical background, (17) social function, and (18) content summary. These findings contribute to the initial effort in preserving Batak manuscripts and provide a foundation for further studies on the cultural values contained within them
Unsur Intrinsik dan Nilai Sosiologi Sastra pada Sarkopagus Ompu Domi Raja Nababan Manurung, Yohana Afriani; Damanik, Ramlan; Tampubolon, Flansius; Sinulingga, Jekmen; Purba, Asriaty R
Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and Advanced Vol. 3 No. 4 (2025): Future Academia : The Journal of Multidisciplinary Research on Scientific and A
Publisher : Yayasan Sagita Akademia Maju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61579/future.v3i4.654

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam Sarkopagus Ompu Domi Raja Nababan serta nilai-nilai sosiologis sastra yang terkandung di dalamnya. Teori yang digunakan untuk meneliti unsur intrinsik dan nilai sosiologis sastra yang dikemukakan oleh Semi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Data primer diperoleh melalui observasi langsung, wawancara dengan informan kunci di Desa Tipang, dan dokumentasi lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa legenda tersebut memiliki unsur yang terdiri atas: tema tentang penghormatan kepada leluhur dan pelestarian budaya; alur campuran yang menggabungkan peristiwa masa lalu dan masa kini; tokoh-tokoh yang mencerminkan sifat kepemimpinan, solidaritas, dan kepatuhan adat; latar tempat di Desa Tipang dengan latar waktu dari masa leluhur hingga sekarang; sudut pandang orang ketiga; serta amanat yang menekankan pentingnya persatuan dan penghargaan terhadap warisan budaya. Nilai-nilai sosiologi sastra yang ditemukan meliputi nilai tanggung jawab, tolong menolong, kesetiaan, solidaritas sosial, dan religiusitas dan hubungan dengan leluhur.