Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Hubungan pekerjaan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis Rukmana, Nova Mega; Aziza, Nurul; Liana, Safa
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 5 No 4 (2025): September Edition 2025
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v5i4.1594

Abstract

Background: Factors that can determine a person's exposure to disease/health behavior. A theoretical framework known as the Health Belief Model (HBM) is a concept used to examine factors that influence individuals in taking health actions, including tuberculosis prevention measures by TB patients. Purpose: To explore the relationship between occupation and tuberculosis prevention behavior. Method: The research design used was a quantitative study with an analytical cross-sectional method. The subjects in this study were 78 pulmonary TB patients registered in medical records in the Kedaton Community Health Center (Puskesmas) working area during the period January–June 2025. The sample selection used a total sampling method because the available population size was less than 100 respondents. Analysis was conducted using a chi-square test. Results: Of the 6 respondents who work as civil servants/ASN, there are 4 respondents (66.7%) who have good TB transmission prevention behavior, while of the 22 respondents who do not have jobs, 15 respondents (68.2%) have poor TB transmission prevention behavior. Based on the results of statistical tests, a p-value of 0.000 or p-value <0.05 was obtained. Conclusion: There is a relationship between occupation and tuberculosis prevention behavior with a p-value <0.05. Suggestion: These findings can be used as consideration by the Kedaton Community Health Center for evaluation and to help assess the extent of occupational influence in this context.   Keywords: Occupation; TB Transmission Prevention Behavior   Pendahuluan: Faktor yang dapat menentukan seseorang terpapar penyakit/perilaku kesehatan seseorang. Sebuah kerangka teori yang dikenal sebagai Health Belief Model (HBM) merupakan konsep yang dipakai untuk menelaah faktor yang memengaruhi individu dalam melakukan tindakan kesehatan, termasuk langkah pencegahan penyakit tuberkulosis oleh pasien TB. Tujuan: Untuk mengeksplorasi hubungan pekerjaan terhadap perilaku pencegahan penularan tuberkulosis. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kuantitatif dengan metode cross-sectional yang bersifat analitis. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien TB Paru yang tercatat dalam rekam medis di wilayah kerja Puskesmas Kedaton pada periode Januari–Juni 2025 berjumlah 78 orang. Pemilihan sampel memakai metode total sampling karena jumlah populasi yang tersedia dibawah 100 responden. Analisis dilakukan melalui uji chi-square. Hasil: Sebanyak 6 responden yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS/ASN, terdapat 4 responden (66.7%) yang mempunyai perilaku pencegahan penularan TB yang baik, sedangkan dari 22 responden yang tidak mempunyai pekerjaan, dan 15 responden (68.2%) yang mempunyai perilaku pencegahan penularan TB yang kurang. Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan p-value 0,000 atau p-value<0.05. Simpulan: Ada keterkaitan pekerjaan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis dengan nilai p-value<0.05. Saran: Temuan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak Puskesmas Kedaton untuk evaluasi sekaligus membantu menilai sejauh mana pekerjaan berpengaruh dalam konteks tersebut.   Kata Kunci: Pekerjaan; Perilaku Pencegahan Penularan TB.
Pengaruh Promosi Kesehatan Media Leaflet Terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu Dalam Gerakan Pencegahan Stunting Agustina, Bibit Hefrida; Hermawan, Nur Sefa Arief; Rukmana, Nova Mega
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 10 (2025): Volume 12 Nomor 10
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i10.17630

Abstract

Kader Posyandu memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya promositif pencegahan stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Promosi Kesehatan Media Leaflet terhadap tingkat pengetahuan Kader Posyandu dalam gerakan pencegahan stunting di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukoharjo Pringsewu Tahun 2024. Jenis penelitian ini berupa jenis kuantitatif dengan menggunakan metode Quasy Eksperimental Design dan teknik stratified random sampling. Objek penelitian ini adalah kader posyandu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukoharjo Pringsewu dengan jumlah populasi sebesar 263 orang dan sampel sebesar 73 orang. Diperoleh nilai mean dari hasil pretest 49 dan posttest 87 yang terjadi peningkatan siginifikan. Uji Statistika yang dilakukan menggunakan uji Independent Samples t Test, menunjukkan hasil berupa nilai Sig atau p value = 0,000 yang berarti jika nilai Sig atau nilai (p) < 0,05 maka artinya Promosi Kesehatan Media Leaflet memberikan pengaruh terhadap tingkat pengetahuan kader posyandu dalam gerakan pencegahan stunting. Atas dasar hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Promosi Kesehatan Media Laflet memberikan pengaruh terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukoharjo Pringsewu.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks bebas pada anak buah kapal (ABK) Aspawi, Asril; Djamaluddin, Abikusno; Rukmana, Nova Mega
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 5 No 5 (2025): October Edition 2025
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v5i5.1468

Abstract

Background: Casual sex is a major risk factor for the transmission of sexually transmitted diseases (STDs), including HIV/AIDS, especially among migrant workers such as crew members (ABK). HIV/AIDS cases in Indonesia are also showing an increasing trend. Purpose: This study aims to determine the relationship between knowledge, attitudes, social support, and the work environment with casual sex. Method: This quantitative study used a cross-sectional approach and a sample of 68 crew members. The study was conducted among crew members at Bakauheni Port, within the working area of ​​the Class I Panjang Health Quarantine Center in 2025. Data were analyzed using univariate and bivariate analyses using the Chi-Square test. Results: The Chi-Square test showed that knowledge (p=0.002; OR=2) and attitudes (p=0.019; OR=2.35) were significantly associated with casual sex. Social support (p=0.366; OR=0.81) and the work environment (p=0.861; OR=0.92) were not significantly associated. Conclusion: Improving education, such as implementing peer education and displaying posters about the dangers of promiscuous sexual behavior on ships, is crucial in preventing promiscuous sexual behavior among seafarers.   Keywords: Attitude; Seafarers; Environment; Knowledge; Promiscuous Sexual Behavior; Social Support; Work.   Pendahuluan: Perilaku seks bebas merupakan salah satu faktor risiko utama dalam penularan penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, terutama pada kelompok pekerja migran seperti Anak Buah Kapal (ABK). Kasus HIV/AIDS di Indonesia juga menunjukkan tren peningkatan. Tujua: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dukungan sosial, dan lingkungan kerja dengan perilaku seks bebas. Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan sampel sebanyak 68 ABK. Penelitian dilakukan pada ABK di Pelabuhan Bakauheni, wilayah kerja Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Panjang Tahun 2025. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil: Uji Chi-Square menunjukkan bahwa pengetahuan (p=0,002; OR=2) dan sikap (p=0,019; OR=2,35) berhubungan signifikan dengan perilaku seks bebas. Sedangkan dukungan sosial (p=0,366; OR=0,81) dan lingkungan kerja (p=0,861; OR=0,92) tidak berhubungan. Simpulan: Peningkatan edukasi seperti penerapan peer education dan pemasangan poster tentang bahaya perilaku seks bebas di kapal sangat penting dalam pencegahan perilaku seks bebas pada ABK.   Kata Kunci: ABK; Dukungan Sosial; Lingkungan; Pengetahuan; Perilaku Seks Bebas; Sikap; Kerja.
Hubungan motivasi kerja dengan kinerja karyawan di ruang operasi dan pemeliharaan (op) Hertanto, Ridho Bagas; Rukmana, Nova Mega; Novariana, Nana
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 5 No 5 (2025): October Edition 2025
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v5i5.1694

Abstract

Background: There has been a decline in the effectiveness of public services in the irrigation sector, characterized by delayed technical responses and suboptimal irrigation canal maintenance. The actual situation indicates a decline in employee performance triggered by a lack of motivation, incentives, training, and weak supervision. Purpose: To analyze the relationship between work motivation and employee performance at the Adipuro Irrigation Regional Technical Implementation Unit (UPTD), Central Lampung Regency. Method: A quantitative approach with a cross-sectional design. The population and sample were all 30 employees in the Operations and Maintenance (OP) division at the Adipuro Irrigation UPTD. Data were collected through questionnaires and analyzed using descriptive and inferential statistics, with the Chi-Square Test as the primary method for testing hypotheses. Results: The majority of respondents (60% or 18 people) reported a "Poor" level of work motivation. Meanwhile, employee performance was evenly distributed, with 50% of respondents reporting "Good" performance and 50% reporting "Poor" performance. Conclusion: There is a significant relationship between work motivation and the performance of operations and maintenance (OP) employees (p < 0.05). This means that the better the work motivation, the better the employee's performance level.   Keywords: Employee Performance; Work Motivation.   Pendahuluan: Terjadinya penurunan efektivitas pelayanan publik di sektor pengairan, yang ditandai dengan keterlambatan respons teknis dan pemeliharaan saluran irigasi yang tidak optimal. Kondisi faktual menunjukkan adanya indikasi penurunan kinerja pegawai yang dipicu oleh kurangnya motivasi, insentif, pelatihan, serta lemahnya pengawasan. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja karyawan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengairan Adipuro, Kabupaten Lampung Tengah. Metode: Pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Populasi sekaligus sampel penelitian adalah seluruh karyawan bidang Operasi dan Pemeliharaan (OP) di UPTD Pengairan Adipuro yang berjumlah 30 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan inferensial, dengan Uji Chi-Square sebagai metode utama untuk menguji hipotesis. Hasil: Mayoritas responden (60% atau 18 orang) memiliki tingkat motivasi kerja yang "Kurang Baik". Sementara itu, kinerja karyawan terdistribusi merata, di mana 50% responden menunjukkan kinerja "Baik" dan 50% "Kurang Baik". Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan  kinerja karyawan operasi dan pemeliharaan (op) (p < 0.05). Artinya, semakin baik motivasi kerja semakin baik tingkat kinerja karyawan.   Kata Kunci: Kinerja Karyawan; Motivasi Kerja.
Efectiveness Of Deep Breath Relaxation And Hand Massage Towards A Decrease In Pain Scale Post-Caesarean Patients Rukmana, Nova Mega; Mariyo, Mariyo
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 10, No 5 (2024): Volume 10,No.5 Mei 2024
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v10i5.15270

Abstract

Latar Belakang: Angka persalinan SC di provinsi Lampung menurut Riskesdas tahun 2018 adalah 4,5%, angka kejadian SC di kota Bandar Lampung adalah 3.401 dari 170.000 persalinan (20%) dari seluruh persalinan.Pada pembedahan SC, rasa nyeri biasanya dirasakan pasca melahirkan karena hilangnya pengaruh pembiusan. Pengaruh obat bius biasanya akan menghilang sekitar 2 jam setelah proses persalinan selesai, rasa nyeri pada bagian perut mulai terasa karena luka yang terdapat pada bagian perut. Nyeri pasca bedah akan menimbulkan reaksi fisik dan psikologi pada ibu postpartum seperti mobilisasi terganggu, malas beraktifitas, sulit tidur, tidak nafsu makan, tidak mau merawat bayi sehingga perlu adanya cara untuk mengontrol nyeri agar dapat beradaptasi dengan nyeri post operasi SC dan mempercepat masa nifas.Tujuan : Mengetahui efektivitas relaksasi nafas dalam dan pijat tangan terhadap penurunan skala nyeri pasien post operasi sectio caesarea di Ruang Cempaka Rumah Sakit X.Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen, dengan two group pre test post test design. Penelitian ini dilakukan di Ruang Cempaka Rumah Sakit X  pada 1-30 Juli 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan rata-rata jumlah per bulan adalah 70 orang dengan jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah 30 orang. Variabel bebas (independent) yaitu relaksasi nafas dalam dan pijat tangan, sedangkan variabel terikat (dependent) yaitu skala nyeri pasca operasi sectio caesarea. Kuesioner pengukuran nyeri menggunakan Numeric Rating Scale. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon.Hasil: Pada kelompok relaksasi nafas dalam, nilai rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi adalah 6,53 dan 5,37. Sedangkan Pada kelompok pijat tangan, nilai rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi adalah 6,27 dan 4,07. Nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan nilai rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi relaksasi nafas dalam. Intervensi pijat tangan dan relasasi nafas dalam sama-sama efektif dalam menurunkan skala nyeri persalinan sectio sesarea.Kesimpulan: Ada perbedaan nilai rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi relaksasi nafas dalam. Intervensi pijat  tangan dan relasasi nafas dalam sama-sama efektif dalam menurunkan skala nyeri persalinan sectio sesarea.Saran: Dapat di lakukan Intervensi pijat  tangan dan relasasi nafas dalam dalam menurunkan skala nyeri persalinan sectio sesarea. Kata Kunci : Nafas dalam,Nyeri, Pijat tangan,Post SC ABSTRACT Background: The SC birth rate in Lampung province according to Riskesdas in 2018 was 4.5%, the SC birth rate in Bandar Lampung city was 3,401 out of 170,000 deliveries (20%) of all births.In SC surgery, pain is usually felt after delivery because the anesthesia disappears. The effect of the anesthetic will usually disappear around 2 hours after the birth process is complete, pain in the stomach will begin to be felt due to the wound in the stomach. Post-surgical pain will cause physical and psychological reactions in postpartum mothers, such as impaired mobility, laziness in activities, difficulty sleeping, no appetite, unwillingness to care for the baby, so there needs to be a way to control pain so that they can adapt to post-SC surgery pain and speed up the postpartum period.Objective: To determine the effectiveness of deep breathing relaxation and hand massage in reducing the pain scale of patients post caesarean section surgery in the Cempaka Room, Hospital.Method: This type of research is quasi-experimental research, with a two group pre test post test design. This research was conducted in the Cempaka Room, Hospital The independent variable is deep breathing relaxation and hand massage, while the dependent variable is the pain scale after caesarean section surgery. The pain measurement questionnaire uses the Numeric Rating Scale. Data analysis used the Wilcoxon test.Results: In the deep breathing relaxation group, the average pain scale scores before and after the intervention were 6.53 and 5.37. Meanwhile, in the hand massage group, the average pain scale scores before and after the intervention were 6.27 and 4.07. The p-value is 0.000, which means that there is a difference in the average value of the pain scale before and after the deep breathing relaxation intervention. Hand massage and deep breathing interventions are both effective in reducing the pain scale of caesarean section labor.Conclusion: There is a difference in the average value of the pain scale before and after deep breathing relaxation intervention. Hand massage and deep breathing interventions are both effective in reducing the pain scale of caesarean section labor.Suggestion: You can intervene with hand massage and deep breathing to reduce the pain scale of caesarean section labor. Keywords: Deep breathing, Pain, Hand massage, Post SC 
Hubungan Self Efficacy Dengan Kepatuhan Perawatan Diri Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumur Batu Kota Bandar Lampung Klareta Sari, Silvia Gristina; Rukmana, Nova Mega; Sari, Nova Nurwinda
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 4 (2025): Volume 12 Nomor 4
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i4.17760

Abstract

Salah satu hal yang mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam melakukan perawatan diri penderita hipertensi yaitu dengan self efficacy. Meningkatkan self efficacy maka dapat meningkatkan kepatuhan perawatan diri penderita hipertensi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui self efficacy dengan kepatuhan perawatan diri pada lansia penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sumur Batu Kota Bandar Lampung tahun 2024. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian desktiptif kuantitatif dan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia usia 60 - 74 tahun yang menderita hipertensi berjumlah 65 responden. Total sampel yaitu 56 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Alat pengumpulan data dengan melakukan pengisian kuesioner kemudian diolah menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian dari 56 lansia penderita hipertensi terdapat 41 (73,2%) mempunyai self efficacy kurang baik dan 15 (26,8%) mempunyai self efficacy yang baik. Selain itu, terdapat 43 (76,8%) lansia yang tidak patuh terhadap perawatan diri dan 13 (23,2%) lansia yang patuh terhadap perawatan diri. Hasil analisa bivariat, nilai P value = 0,027 yang menunjukkan bahwa nilai ini lebih kecil dari nilai signifikan α = 0,05. Sehingga ada hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan kepatuhan perawatan diri pada lansia penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sumur Batu Kota Bandar Lampung tahun 2024. Saran untuk puskesmas Sumur Batu diharapkan dapat meningkatkan program posbindu lansia dan lebih memperhatikan lansia usia 60-74 tahun yang tidak aktif dalam kegiatan dan pemerikasaan kesehatan, agar aktif kembali dan tetap melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Program Penyuluhan untuk Pencegahan ISPA dengan Demonstrasi Cuci Tangan dan Etika Batuk Pada Anak-Anak di Panti Asuhan Mustika Lampung Listina, Febria; Surya, Siefa Renanda; Rukmana, Nova Mega; Rustika, Rustika; Erfiyani, Nyoman; Putri, Davina Melani
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 7 (2025): Volume 8 No 7 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i7.18559

Abstract

ABSTRAK ISPA adalah salah satu dari sepuluh penyakit teratas di negara berkembang, termasuk Indonesia, dan berkontribusi signifikan pada morbiditas anak-anak. Penyakit ini dapat dicegah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, terutama melalui penyuluhan kesehatan. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak-anak mengenai pencegahan ISPA melalui praktik mencuci tangan dan etika batuk yang benar. Penyuluhan dilaksanakan melalui ceramah, demonstrasi langsung, dan Diskusi interaktif bersama anak-anak di panti Asuhan Mustika Bandar Lampung. Partisipan memahami pengertian, penyebab, gejala, dan pencegahan ISPA serta mampu mempraktikkan kebiasaan mencuci tangan dan etika batuk dengan baik. Penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak-anak mengenai pencegahan ISPA. Perlu adanya dukungan dan pengawasan dari pengasuh panti serta pengadaan fasilitas yang mendukung (seperti sabun cair, tisu, dan masker) agar kebiasaan Mencuci tangan dengan sabun (CTPS) dan tata cara batuk yang benar ini dapat terus diterapkan. Kata Kunci: ISPA, Pencegahan, Etika Batuk, Cuci Tangan, Anak-Anak  ABSTRACT Acute Respiratory Infection (ARI) is among the top ten diseases in developing countries, including Indonesia, significantly contributing to childhood morbidity. It can be prevented by increasing public knowledge, especially through health education. To enhance children's knowledge and awareness of ARI prevention through proper handwashing and coughing etiquette practices. Outreach was conducted via lectures, live demonstrations, and interactive Q&A sessions at Mustika Orphanage, Bandar Lampung. Participants understood ARI concepts, causes, symptoms, and prevention, and successfully adopted proper handwashing and coughing etiquette. The outreach program effectively increased children’s awareness of ARI prevention. Suggestion: there needs to be support and supervision from nursing home caregivers as well as providing supporting facilities (such as liquid soap, tissues and masks) so that the habit of washing hands with soap properly (CTPS) and cough etiquette can continue to be implemented. Keywords: ARI, Prevention, Coughing Etiquette, Handwashing, Children
Hubungan pengetahuan, pendapatan, dan pekerjaan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis Liana, Safa; Surya, Syiefa Renanda; Rukmana, Nova Mega
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 5 No 6 (2025): November Edition 2025
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v5i6.1491

Abstract

Background: Many factors can determine a person's exposure to disease or their health behaviors. A theoretical framework known as the Health Belief Model (HBM) is a concept used to examine factors that influence individuals' health practices, including tuberculosis prevention measures by TB patients. Purpose: To explore the relationship between knowledge, income, and employment on tuberculosis prevention behaviors at the Kedaton Community Health Center in Bandar Lampung City. Method: This was a quantitative study using an analytical cross-sectional method. The subjects were 78 pulmonary TB patients registered in medical records within the Kedaton Community Health Center's work area during January–June 2025. The sample selection method used total sampling because the available population size was less than 100 respondents. Analysis was performed using the chi-square test. Results: The bivariate test for the variables of knowledge, income, employment, and tuberculosis prevention behavior yielded a p-value of 0.003 (<0.05). Conclusion: There is a relationship between knowledge, income, and employment with tuberculosis transmission prevention behavior at the Kedaton Community Health Center in Bandar Lampung City in 2025. Suggestion: The Community Health Center is expected to develop transmission prevention education and health promotion program planning, particularly in efforts to improve TB prevention behavior.   Keywords: Occupation; Income; Knowledge; TB Prevention Behavior.   Pendahuluan: Banyak faktor yang dapat menentukan seseorang terpapar penyakit/perilaku kesehatan seseorang. Sebuah kerangka teori yang dikenal sebagai Health Belief Model (HBM) merupakan konsep yang dipakai untuk menelaah faktor yang memengaruhi individu dalam melakukan tindakan kesehatan, termasuk langkah pencegahan penyakit tuberkulosis oleh pasien TB. Tujuan: Untuk mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan, pendapatan, dan pekerjaan terhadap perilaku pencegahan penularan tuberkulosis di Puskesmas Kedaton, Kota Bandar Lampung Metode: Studi kuantitatif dengan metode cross-sectional yang bersifat analitis. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien TB Paru yang tercatat dalam rekam medis di wilayah kerja Puskesmas Kedaton pada periode Januari–Juni 2025, berjumlah 78 orang. Pemilihan sampel memakai metode total sampling karena jumlah populasi yang tersedia dibawah 100 responden. Analisis dilakukan melalui uji chi-square. Hasil: Uji bivariat pada variabel pengetahuan, pendapatan, pekerjaan, dan perilaku pencegahan tuberkulosis diperoleh nilai p = 0.003 (<0.05). Simpulan: Ada hubungan pengetahuan, pendapatan, dan pekerjaan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis di puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung pada tahun 2025 Saran: Puskesmas diharapkan bisa menyusun penyuluhan pencegahan penularan dan perencanaan program promosi kesehatan, khususnya dalam upaya peningkatan perilaku pencegahan TB   Kata Kunci: Pekerjaan; Pendapatan; Pengetahuan; Perilaku Pencegahan Penularan TB.
Hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi Shima, Novia Aulia; Rukmana, Nova Mega; Novariana, Nana
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 5 No 6 (2025): November Edition 2025
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v5i6.1807

Abstract

Background: Hypertension, or high blood pressure, is the leading cause of death worldwide, with essential hypertension accounting for 90-95% of cases. Hypertension is a circulatory system disorder that causes blood pressure to rise above normal values. An estimated 46% of adults with hypertension are unaware they have the condition. Purpose: To determine the relationship between knowledge and adherence to hypertension treatment. Method: This quantitative, observational study used a cross-sectional design. The population in this study was 284 hypertensive patients, with 74 respondents selected using the Slovin formula. Data analysis used Chi-Square analysis. Results: Of the 74 hypertensive respondents, 43 (58.1%) had poor knowledge and poor medication adherence. Conversely, of the 31 respondents (41.9%) with good knowledge, 6 (8.1%) had moderate or high medication adherence. The Chi-Square statistical test showed a p-value of 0.000 (p=0.05). Conclusion: There is a significant relationship between knowledge level and medication adherence in hypertensive patients.   Keywords: Hypertension; Medicine.   Pendahuluan: Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dengan 90-95% kasus didominasi oleh hipertensi esensial. Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan tekanan darah naik di atas nilai normal. Diperkirakan 46% orang dewasa dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi tersebut. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan pengobatan hipertensi. Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan observasional menggunakan rancangan dan pendekatan potong lintang.Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi sebanyak 284 orang yang berjumlah 74 orang dengan teknik perhitungan sampel dengan rumus slovin. Analisis data yang digunakan adalah analisis Chi-Square.  Hasil: Sebanyak 74 responden yang hipertensi diketahui sebanyak 43 orang (58.1%) mengalami pengetahuan kurang dan kepatuhan minum obat kurang. Sebaliknya dari 31 responden (41.9%) yang memiliki pengetahuan baik, sebanyak 6 orang (8.1%) memiliki kepatuhan minum obat sedang dan tinggi. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan nilai p sebesar 0.000 (p=0.05). Simpulan: Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pasien hipertensi   Kata kunci: Hipertensi; Kedokteran.