Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Medication Error Tahap Prescribing pada Resep Obat Narkotika di Instalasi Farmasi Salah Satu Rumah Sakit Swasta di Minahasa Seran, Ester; Mambo, Christi D.; Masengi, Angelina S. R.
e-CliniC Vol. 12 No. 3 (2024): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v12i3.55090

Abstract

Abstract: Medication errors can lead to inappropriate use of medication and harm to patients. Medication errors most commonly occur at the prescribing stage. This study aimed to evaluate medication errors during the prescribing stage in terms of the clinical completeness of prescriptions, specifically focusing on drug interactions. This was a retrospective study using secondary data of the Drugs.com and Medscape databases. Data were analyzed univariately. The results showed that the most prescribed narcotic drugs were fentanyl (70%) and codeine (30%). The most interacting types of drugs were fentanyl and ondansetron with a total of 58 events (22.9%) that had major severity according to the Drugs.com database. Meanwhile, according to the Medscape database, the type of drug with the most major interactions was Fentanyl - Propofol with 39 events (15.5%). Based on Drugs.com database, 109 interactions were found with major, 141 moderate, and three unknown severity. Based on Medscape database, there were 85 interactions with major severity, 45 moderate and 123 unknown. In conclusion, interaction between narcotic and non-narcotic drugs especially fentanyl showed high risk potential with major severity. Database of drug interaction is important to achieve safe decision of therapu and to prevent the occurrence of medication error.  Keywords: medication error; prescribing stage; narcotics; drug interaction   Abstrak: Medication error dapat menyebabkan penggunaan obat tidak tepat dan membahayakan pasien. Kesalahan pengobatan yang paling sering terjadi pada tahap prescribing atau penulisan resep obat.. Penelitian ini bertujuan untuk menilai medication error tahap prescribing berupa kelengkapan klinis resep yaitu interaksi obat. Jenis penelitian ialah retrospektif. Data sekunder diperoleh di Instalasi Farmasi salah satu rumah sakit swasta di Minahasa periode Januari – Juni 2023. Analisis data berdasarkan basis data Drugs.com dan Medscape menggunakan metode analisis univariat. Hasil penelitian mendapatkan bahwa jenis obat narkotika yang sering diresepkan ialah fentanyl (70%) dan codeine (30%). Jenis obat yang paling banyak berinteraksi menurut basis data Drugs.com ialah fentanyl dan ondansetron dengan jumlah kejadian sebanyak 58 (22,9%) dan tingkat keparahan major Menurut basis data Medscape jenis obat dengan interaksi major paling banyak ialah fentanyl – propofol sebanyak 39 kejadian (15,5%). Berdasarkan basis data Drugs.com didapatkan 109 interaksi dengan tingkat keparahan major, 141 moderate dan tiga tidak diketahui. Berdasarkan basis data Medscape didapatkan 85 interaksi dengan tingkat keparahan major, 45 moderate dan 123 tidak diketahui. Simpulan penelitian ini ialah interaksi obat narkotika dengan non-narkotika terutama fentanyl menunjukkan potensi risiko tinggi dengan tingkat keparahan major. Penggunaan basis data interaksi obat penting untuk keputusan terapi yang aman dan mencegah kejadian medication error. Kata kunci: medication error: tahap prescribing; narkotika; interaksi obat
Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Streptococcus mutans dan Escherichia coli Achmad, Mardhita Nilamsari; Masengi, Angelina Stevany Regina; Posangi, Jimmy; Fatimawali; Mambo, Christi Diana
JURNAL BIOS LOGOS Vol. 14 No. 3 (2024): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.v14i3.54394

Abstract

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) telah dimanfaatkan sebagai bahan alami dalam pengobatan. Tanaman ini memiliki kandungan senyawa aktif seperti flavonoid yang dapat bertindak sebagai antibiotik dengan cara mengganggu fungsi mikroorganisme seperti bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan senyawa aktif dalam ekstrak etanol daun binahong terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Escherichia coli. Jenis penelitian yang digunakan ialah eksperimental laboratorium. Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak etanol daun binahong mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, alkaloid, polifenol, saponin, dan steroid. Hasil pengukuran zona hambat terhadap streptococcus mutans dengan metode cakram menggunakan konsentrasi 20%, 40%, dan 60% diperoleh nilai rata-rata sebesar 9,38 mm, 9,90 mm, dan 11,20 mm, sedangkan pada Escherichia coli diperoleh nilai rata-rata sebesar 8,53 mm, 9,12 mm, dan 10,23 mm. Hasil pengukuran zona hambat terhadap streptococcus mutans dengan metode sumuran menggunakan konsentrasi 20%, 40%, dan 60% diperoleh nilai rata-rata sebesar 10,35 mm, 11,28 mm, dan 12,85 mm, sedangkan pada Escherichia coli diperoleh nilai rata-rata sebesar 9,93 mm, 10,25 mm, 11,50 mm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun binahong memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Escherichia coli.
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Omeprazole atau Ranitidin pada Pasien Dispepsia di Instalasi Rawat Inap Salah Satu Rumah Sakit Swasta Sinaulan, Evania A.; Nangoy, Edward; Masengi, Angelina S. R.
e-CliniC Vol. 13 No. 1 (2025): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v13i1.60737

Abstract

Abstract: Dyspepsia is a common condition that is commonly found in daily practice. The most common drugs for  dyspepsia therapy are proton pump inhibitors (PPIs) and histamine-2 receptor antagonists (H2RAs). One of the factors that affects the cost of treatment that must be incurred by patients is the selection of treatment therapy. Pharmacoeconomic studies can compare the effectiveness of the two drug regimens in the treatment of dyspeptic patients. This study aimed to determine the effectiveness of therapy, average total cost, and cost effective value of the use of omeprazole or ranitidine therapy in dyspeptic patients at the Inpatient Installation of one Type C Private Hospital in Minahasa. This was a descriptive and observational study using the Cost-Effectiveness Analysis method with a retrospective data collection design in the period of January-June 2023. Based on medical record data of 72 patients, there were 30 patients using omeprazole and 42 patients using ranitidine. Ranitidine was more effective than omeprazole with the number of patients who reached the target therapy as many as 32 with a percentage of 76.1%. Ranitidine had a lower average total cost of therapy in dyspeptic patients which was Rp. 2,748,045 compared to omeprazole of Rp. 3,537,487. In conclusion, the use of ranitidine therapy in dyspepsia patients is more cost effective with Average Cost Effectiveness Ratio of Rp. 3,611,097. Keywords: dyspepsia; omeprazole; ranitidine; cost effectiveness analysis   Abstrak: Dispepsia merupakan kondisi umum yang sering ditemukan pada praktek sehari-hari. Terapi dispepsia salah satunya adalah golongan proton pump inhibitors (PPIs) dan histamine-2 receptor antagonists (H2RAs). Salah satu hal yang berpengaruh pada biaya pengobatan yang harus dikeluarkan oleh pasien adalah pemilihan terapi pengobatan. Kajian farmakoekonomi dapat membandingkan efektivitas dua regimen obat tersebut dalam pengobatan pasien dyspepsia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi, rata-rata biaya total, dan nilai cost effective dari penggunaan terapi omeprazole atau ranitidin pada pasien dispepsia di Instalasi Rawat Inap salah satu Rumah Sakit Swasta Tipe C di Minahasa. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional menggunakan metode Cost-Effectiveness Analysis dengan rancangan pengambilan data secara retrospektif pada periode Januari-Juni 2023. Berdasarkan data rekam medis diperoleh 72 data pasien, terdiri dari 30 pasien yang menggunakan omeprazole dan 42 pasien yang menggunakan ranitidin. Ranitidin lebih efektif dibandingkan omeprazole dengan jumlah pasien yang mencapai target terapi sebanyak 76,1%. Ranitidin memiliki rata-rata total biaya terapi pada pasien dispepsia lebih rendah yaitu sebesar Rp. 2.748.045 dibandingkan omeprazole sebesar Rp. 3.537.487. Simpulan penelitian ini ialah penggunaan terapi ranitidin pada pasien dispepsia lebih cost effective dibandingkan omeprazole dengan nilai Average Cost Effectiveness Ratio yaitu Rp. 3.611.097. Kata kunci: dispepsia; omeprazole; ranitidin; analisis efektivitas biaya
Gambaran Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Salah Satu Rumah Sakit Swasta di Sulawesi Utara Rue, Puella; Mambo, Christi D.; Nangoy, Edward; Umboh, Octavianus; Purwanto, Diana S.; Masengi, Angelina S. R.
e-CliniC Vol. 13 No. 2 (2025): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v13i2.61019

Abstract

Abstract: Management of hypertension is conducted to control the  blood pressure in patients with hypertension. There are a variety of antihypertensie agents that can be used in patients with hypertension.  This study aimed to evaluate the pattern of antihypertensive drug use among patients with hypertension in the Inpatient Ward. This was a retrospective and descriptive study using a cross-sectional design. The results showed that the  dominant characteristics were female gender (64.29%), age ≥60 years (71.43%), housewife (51.43%), and completed senior high school education (34.29%). The most commonly prescribed drugs were amlodipine (25.71%), and the combination of amlodipine and candesartan (22.86%). In conclusion, the majority of patients with hypertension are females, aged ≥60 years, working as housewives, and have high school education. The most frequently used single antihypertensive drug is calcium channel blocker group, specifically amlodipine, while the combination therapy involve both a calcium channel blocker and an ARB, namely amlodipine and candesartan. Keywords: hypertension; antihypertensive drugs    Abstrak: Tatalaksana hipertensi dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Terdapat bermacam jenis obat antihipertensi yang dapat digunakan pada pasien hipertensi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan desain potong lintang. Hasil penelitian mendapatkan karakteristik yang dominan ialah jenis kelamin perempuan (64,29%), usia ³60 tahun (71,43%), pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT) (51,43%), dan pendidikan terakhir SMA (34,29%). Penggunaan obat terbanyak ialah amlodipin (25,71%), serta kombinasi amlodipin dan candesartan (22,86%) Simpulan penelitian ini ialah pasien hipertensi paling banyak terdapat pada jenis kelamin perempuan, kelompok usia ³60 tahun, pekerjaan IRT, dan tingkat pendidikan terakhir SMA. Penggunaan obat antihipertensi tunggal terbanyak dari golongan antagonis kalsium yaitu amlodipin, sedangkan kombinasi obat antihipertensi ialah antagonis kalsium dan ARB, yaitu amlodipin dan candesartan. Kata kunci: hipertensi; obat antihipertensi
OPTIMALISASI PERAN REMAJA DALAM PENCEGAHAN STUNTING MELALUI EDUKASI KESEHATAN DAN PENGKAJIAN STATUS GIZI Sanggelorang, Yulianty; Sebayang, F. Ari Anggraini; Rumayar, Adisti; Masengi, Angelina Stevany Regina
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 8 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v8i2.668

Abstract

Stunting, a manifestation of chronic malnutrition, affects cognitive abilities, academic performance, physical health, and economic potential. The persistence of stunting cases in North Sulawesi, particularly in North Minahasa Regency, becomes a significant issue that requires urgent attention. Health education for adolescents has been proven as an effective intervention in preventing various nutritional problems, including stunting. This Community Partnership Program (CPP) was conducted through health education and anthropometric measurements at SMP Advent Wineru and MTs Biharul Ulum, involving students from these two schools. The CPP activities comprised four stages: preparation, pre-test, health education and anthropometric measurement, and post-test. The education sessions covered basic concepts of stunting, related factors, and the role of adolescents in stunting prevention. Meanwhile, the anthropometric measurements, including weight and height, were conducted to determine nutritional status using the BMI-for-age index. A total of 57 students participated in the program. The results indicated a significant difference of students’ knowledge about stunting, before and after the health education (p-value < 0.05). The anthropometric measurements revealed that 73.7% of the students had normal nutritional status, although issues of undernutrition and overnutrition were still present. This PKM successfully enhanced adolescents' knowledge about stunting and specifically identified nutritional problems within the student population at both locations. Sustainable education and interventions are necessary to improve adolescent health and prevent stunting in the future. Stunting, manifestasi dari kekurangan gizi kronis, berdampak pada kemampuan kognitif, prestasi belajar, kesehatan fisik, dan ekonomi. Masih ditemukannya anak stunting di Sulawesi Utara, khususnya di Kabupaten Minahasa Utara, menjadi permasalahan yang perlu untuk ditanggulangi. Edukasi kesehatan pada remaja menjadi salah satu intervensi yang terbukti efektif dalam dalam pencegahan berbagai masalah gizi, termasuk stunting Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dilakukan melalui edukasi kesehatan dan pengukuran antropometri di SMP Advent Wineru dan MTs Biharul Ulum dengan peserta siswa dari kedua sekolah ini. Kegiatan PKM terdiri dari empat tahap: persiapan, pre-test, edukasi kesehatan dan pengukuran antropometri, serta post-test. Penyuluhan meliputi konsep dasar stunting, faktor terkait, dan peran remaja dalam pencegahan stunting. Pengukuran antropometri, berat dan tinggi badan, dilakukan untuk menentukan status gizi menggunakan indeks IMT/U. Sebanyak 57 siswa berpartisipasi dalam kegiatan ini. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan siswa tentang stunting pada saat sebelum dan setelah edukasi kesehatan (p-value < 0.05). Pengukuran antropometri menunjukkan bahwa 73.7% siswa memiliki status gizi normal, namun masih terdapat masalah gizi kurang dan lebih. PKM ini berhasil meningkatkan pengetahuan remaja tentang stunting dan mengidentifikasi secara spesifik masalah gizi pada populasi siswa di kedua lokasi kegiatan. Edukasi berkelanjutan dan intervensi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan remaja dan mencegah stunting di masa depan
Investigation on low-performance tuned-regressor of inhibitory concentration targeting the SARS-CoV-2 polyprotein 1ab Sengkey, Daniel Febrian; Regina Masengi, Angelina Stevany; Sambul, Alwin Melkie; Tallei, Trina Ekawati; Unsratdianto Sompie, Sherwin Reinaldo
IAES International Journal of Artificial Intelligence (IJ-AI) Vol 14, No 4: August 2025
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijai.v14.i4.pp3003-3013

Abstract

Hyperparameter tuning is a key optimization strategy in machine learning (ML), often used with GridSearchCV to find optimal hyperparameter combinations. This study aimed to predict the half-maximal inhibitory concentration (IC50) of small molecules targeting the SARS-CoV-2 replicase polyprotein 1ab (pp1ab) by optimizing three ML algorithms: histogram gradient boosting regressor (HGBR), light gradient boosting regressor (LGBR), and random forest regressor (RFR). Bioactivity data, including duplicates, were processed using three approaches: untreated, aggregation of quantitative bioactivity, and duplicate removal. Molecular features were encoded using twelve types of molecular fingerprints. To optimize the models, hyperparameter tuning with GridSearchCV was applied across a broad parameter space. The results showed that the performance of the models was inconsistent, despite comprehensive hyperparameter tuning. Further analysis showed that the distribution of Murcko fragments was uneven between the training and testing datasets. Key fragments were underrepresented in the testing phase, leading to a mismatch in model predictions. The study demonstrates that hyperparameter tuning alone may not be sufficient to achieve high predictive performance when the distribution of molecular fragments is unbalanced between training and testing datasets. Ensuring fragment diversity across datasets is crucial for improving model reliability in drug discovery applications.
PKM Pelatihan dan Pendampingan Produksi Sabun Organik Pala Kelompok Ibu Dusun Kema III dan Ibu Majelis Ta’lim Al Munawarah di Minahasa Utara Abdullah, Surya Sumantri; Antasionasti, Irma; Masengi, Angelina Stevany Regina; Jayanto, Imam; Abdullah, Rezky Putri Indarwati
Jurnal Lentera: Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2024): Jurnal Lentera - Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Bina Lentera Insan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57207/vnfax265

Abstract

Mata pencaharian masyarakat Desa Kema III kabupaten Minahasa Utara sebagian besar adalah nelayan. Sebagian besar perempuan di desa Kema III adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja terdiri dari komunitas majelis taklim dan kelompok ibu dusun. Namun, kondisi cuaca yang tidak menentu menyebabkan hasil tangkapan tidak menentu. Kelompok Ibu di Desa Kema III menganggur dan tidak punya penghasilan. Hal ini tentu sangat memberatkan beban ekonomi keluarga terutama ditambah dengan inflasi dan kenaikan harga barang kebutuhan pokok masyarakat yang harus tetap dipenuhi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan mengadakan pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan produk sabun dengan tetap memperhatikan kualitas yang memenuhi standar kesehatan dengan memanfaatkan bahan organik minyak Pala. Kegiatan ini diharapkan dapat membekali perempuan di Desa Kema III dengan ketrampilan pembuatan produk sabun yang dapat digunakan sebagai rintisan usaha untuk menopang ekonomi keluarga. Kegiatan dilakukan melalui 4 tahapan yang terdiri dari tahap persiapan, tahap penyuluhan, tahap pelatihan, dan tahap pendampingan. Hasil dari kegiatan ini, peserta pelatihan mendapatkan keterampilan untuk memproduksi produk sabun yang dapat dapat dipasarkan di lingkungan tempat tinggal mereka.
HYPOBARIC HYPOXIA, INTERVENTIONS AND OUTCOMES : A SCOPING REVIEW Masengi, Angelina Stevany Regina; Yunita, Elvira
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 2 (2024): JUNI 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i2.28765

Abstract

Aktivitas pekerjaan di lingkungan dataran tinggi membuat individu mengalami hipoksia hipobarik dan tekanan atmosfer rendah, yang menyebabkan risiko kesehatan yang unik. Memahami dampak fisiologis dari tenaga kerja di ketinggian sangat penting untuk keselamatan pekerja. Ulasan cakupan ini melihat sifat bervariasi dari penelitian hipoksia hipobarik, menyoroti pentingnya dalam memahami respons fisiologis terhadap keadaan hipoksia. Dari 2019 hingga 2024, ekstensi Item Pelaporan Pilihan untuk Tinjauan Sistematis dan Meta-Analisis untuk Tinjauan Pelingkupan (PRISMA-ScR) digunakan untuk melakukan pencarian literatur di PubMed, Perpustakaan Online Wiley, dan publikasi terpilih. Enam puluh lima makalah yang berpotensi relevan ditemukan, 24 di antaranya memenuhi kriteria inklusi. Investigasi yang disertakan, yang diterbitkan antara 2020 dan 2023, mencakup 15 penelitian pada hewan dan dua studi pada manusia. Hipoksia hipobarik intermiten memiliki efek perlindungan pada tingkat molekuler dan fungsional pada 88,24% penyelidikan, terutama dalam hal penurunan indikator stres oksidatif. Penelitian pada manusia telah menunjukkan pelatihan hipoksia intermiten meningkatkan kinerja atletik dan fungsi hemodinamik. Penelitian pada hewan menunjukkan perubahan dalam karakteristik genetik, histologis, dan fungsional di bawah situasi hipoksia hipobarik yang berbeda. Sementara hipoksia hipobarik intermiten tampaknya melindungi fungsi tubuh, efek pada fungsi kognitif tetap tidak diketahui.