Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Kesehatan Tambusai

EVEKTIFITAS SERUM SIMPAN SUHU RUANG MENGGUNAKAN VACUTAINER CLOT ACTIVATOR TERHADAP KADAR GLUKOSA SEWAKTU Supri Hartini; Suryanata Kesuma; Nanda Nur Adha Sari Febriyanti
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 3 (2023): SEPTEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i3.18753

Abstract

Pelayanan laboratorium merupakan salah satu bagian terpenting dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan Laboratorium yang baik harus melalui proses alur kerja laboratorium melalui tiga tahapan yaitu, tahap pra analitik, tahap analitik, dan tahap pasca analitik. Berdasarkan fakta kesalahan yang sering terjadi pada tahap pra analitik, salah satunya yaitu penundaan pemeriksaan dan penyimpanan spesimen. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas serum simpan suhu ruang menggunakan vacutainer clot activator Terhadap Kadar Glukosa Sewatu, penelitian ini menggunakan uji One Way Anova dengan uji statistic korelasi pearson. Sampel penelitian ini sebanyak 68 mahasiswa tingkat 1 prodi D-III Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Kaltim. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Metode pemeriksaan glukosa yang digunakan yaitu Glucose Oxsidase – Peroxidase Aminoantypirin (GOD-PAP). Hasil penelitian menunjukan bahwa korelasi kadar glukosa yang segera diperiksa dengan kadar glukosa yang ditunda 6 jam didapatkan nilai p=(0,000), kadar glukosa yang ditunda 6 jam dengan kadar glukosa yang ditunda 24 jam didapatkan nilai p=(0,000), dan kadar glukosa yang segera diperiksa dengan kadar glukosa yang ditunda 24 jam didapatkan nilai p=(0,009), hasil tersebut menunjukan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Kesimpulan penelitian ini yaitu serum simpan suhu ruang selama 6 jam dan 24 jam pada pemeriksaan glukosa sudah tidak efektif digunakan untuk pemeriksaan.
PROFIL BAKTERI PENGINFEKSI PUS PADA LUKA DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI RSUD ABDOEL WAHAB SJAHRANIE PERIODE BULAN JANUARI-JUNI TAHUN 2023 Suryanata Kesuma; Maulida Julia Saputri; Patricia Aleksandra
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 4 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i4.20623

Abstract

Pus adalah salah satu respon tubuh terhadap infeksi yang di mana pus adalah cairan yang mengandung protein dari hasil proses inflamasi yang terbentuk dari sel leukosit, cairan jaringan serta debris selulerPenanganannya adalah dengan melakukan pemberian antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil bakteri yang menginfeksi pus pada luka. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Dari 120 sampel tersebut, terdapat 17 jenis bakteri dimana 11 diantaranya merupakan gram negatif dan 6 sisanya adalah gram positif, diantaranya Escherichia coli (24,6%), Staphylococcus aureus (20,5 %), Klebsiella pneumoniae (16,4%), Proteus mirabilis (14,8%), Pseudomonas aeruginosa  (4,1%),  Enterococcus faecalis (3,3%), Morganella morganii (2,5 %), Staphylococcus haemolyticus (2,5%), Staphylococcus epidermidis (1,6 %),  Enterobacter cloacae (1,6 %), Streptococcus anginosus (1,6%), Acinetobacter haemolyticus (0,8%), Aeromonas hydophila (0,8%), Aeromonas punctata (0,8%), Acinetobacter baumannii (0,8%), Pseudomonas luteola (0,8 %), Streptococcus agalactia (0,8 %). Spesies bakteri yang dominan ditemukan adalah Escherichia coli (24,6%), Staphylococcus aureus (20,5 %), dan Klebsiella pneumoniae (16,4 %). Diagnosis klinis paling banyak ditemukan pada penderita Ulkus Dekubitus sebanyak 15 pasien, penderita DM type II sebanyak 13 pasien, dan penderita Abses Pedis sebanyak 10 pasien. Bakteri yang paling resisten terhadap antibiotik adalah Bakteri yang paling resisten terhadap antibiotik adalah speises bakteri Acinetobacter baumannii lebih resisten terhadap antibiotik sebesar 92%, spesies bakteri Klebsiella pneumoniae  intermediet antibiotik sebesar 47%, dan spesies bakteri Streptococcus agalactiae lebih sensitif terhadap antibiotik sebesar 100%.
STABILITAS REAGEN KERJA TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ASPARTATE AMINOTRANSFERASE (AST) Lamri Lamri; Suryanata Kesuma; Armiah Gita Anggraini
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 4 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i4.19152

Abstract

Stabilitas dapat diartikan bahwa suatu produk reagen yang disimpan pada kondisi tertentu didalam kemasan penyimpanan dan pengangkutan tidak mengalami perubahan dalam batas yang diperbolehkan. Stabilitas suatu reagen penting untuk diketahui agar disaat melakukan pemeriksaan didapatkan hasil yang akurat. Pada beberapa laboratorium preparasi reagen masih dilakukan secara manual sehingga pembuatannya melebihi kebutuhan, namun tidak setiap hari suatu laboratorium melakukan pemeriksaan sehingga penyimpanan reagen memerlukan waktu yang cukup lama. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan reagen kerja yang segera digunakan dan disimpan selama 10 hari dan 12 hari pada suhu 2-8°C menggunakan sampel bahan kontrol normal AST. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi dengan rancangan Posstest Only Control Group Design. Sampel penelitian ini adalah reagen kerja yang dibaca pada bahan kontrol normal sebanyak 30 pemeriksaan. Data yang dikumpulkan dianalisis perbedaan statistik regresi linear kemudian dilanjutkan dengan perhitungan dasar pemantapan mutu. Hasil penelitian yang didapatkan rata rata hasil pemeriksaan aktivitas enzim AST menggunakan  reagen kerja segera digunakan dan reagen kerja setelah disimpan selama 10 dan 12 hari adalah 43,8 U/L, 45,1 U/L, 45,4 U/L dan Persentase selisih kerja segera  digunakan dan reagen kerja setelah disimpan selama 10 dan 12 hari adalah 2,97% dan 3,65%. Nilai akurasi 1,2% pada hari ke 10 dan 1,5% pada hari ke 12. Nilai Presisi 5,0% pada hari ke 10 dan 6,4% pada hari ke 12. Total Error 11,3% pada hari ke 10 dan 14,3% pada hari ke 12. Beradasarkan hasil tersebut reagen kerja yang di simpan selama 10 hari dan 12 hari masih dalam kondisi yang dapat digunakan.