Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian

Pengaruh Laju Alir Umpan dan Suhu Inlet Spray Drying pada Karakteristik Mikrokapsul Oleoresin Jahe Sri Yuliani; nFN Desmawarni; Niken Harimurti; Sri S. Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v4n1.2007.18-26

Abstract

Oleoresin merupakan salah satu bentuk ekstraktif rempah yang memiliki karakter aroma dan rasa yang alami karena kandungan minyak atsiri dan resinnya. Oleoresin bersifat sensitif terhadap cahaya, panas dan oksigen sehingga mempunyai masa simpan yang terbatas. Selain itu, bentuknya berupa cairan kental yang lengket menyulitkan penanganannya. Mikroenkapsulasi menawarkan solusi bagi permasalahan tersebut. Dengan mikroenkapsulasi, bahan aktif akan terlindung dari pengaruh lingkungan yang merugikan selama penyimpanan maupun selama pengolahan. Mikroenkapsulasi juga dapat mengkonversi cairan menjadi bubuk padatan sehingga memudahkan penanganan dan pengemasannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi proses spray drying untuk menghasilkan mikrokapsul dengan karakteristik yang memadai. Dalam penelitian ini, oleoresin jahe (10%) dienkapsulasikan dalam bahan pengkapsul maltodekstrin dan natrium kaseinat (nisbah bobot 2:1) menggunakan teknik spray drying. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor yang dipelajari berupa laju alir umpan (A) yang terdiri atas 2 taraf (A1=15 ml/menit dan A2=20 ml/menit) dan suhu inlet (B) yang terdiri atas 4 taraf (B1=160°C, B2=170°C, B3=180°C dan B4=190°C). Variabel respon yang diukur berupa total oil, oil retention, surface oil, kadar air, aktivitas air dan kelarutan. Struktur mikrokapsul dan profil perisa beberapa mikrokapsul terpilih diamati pula. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa laju alir dan suhu inlet spray drying berpengaruh pada surface oil, kadar air dan aktivitas air. Total oil, oil retention dan kelarutan tidak dipengaruhi oleh laju alir dan suhu inlet spray drying. Laju alir yang lebih tinggi menghasilkan mikrokapsul dengan kadar surface oil, kadar air dan aktivitas air yang lebih tinggi. Peningkatan suhu inlet menghasilkan penurunan kadar surface oil, kadar air dan aktivitas air. Laju alir umpan 15 ml/menit dan suhu inlet spray drying 170°C menghasilkan mikrokapsul dengan karakteristik terbaik. Mikroenkapsul yang dihasilkandiharapkan dapat diaplikasikan sebagai perisa produk makanan dan minuman serta sediaan untuk farmasi.
STORAGE LIFE OF RAMBUTAN PACKED BY USING MICROPERFORATED EMAP AND CAS TECHNIQUES FOR LONG DISTANCE TRANSPORTATION NFN Setyadjit; J. Knol; M Paillard; Sri Yuliani; Sulusi Prabawati; Wisnu Broto; J Rosalina
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v14n2.2017.88-97

Abstract

Ada banyak teknologi untuk meningkatkan umur simpan rambutan, yang merupakan buah non klimakterik, antara lain teknik EMAP (Equillibrium Modified Atmosphere Packaging) dan teknik CA (Controlled Atmosphere). Percobaan laboratorium menggunakan teknik EMAP pada rambutan cv. Binjai dan Lebak Bulus dilakukan dengan menggunakan 4 tingkat jumlah lubang pada LDPE film dengan perforasi mikro: 0, 5, 10, 30 lubang (100 μm) dan stretch film (kontrol supermarket); dikombinasikan dengan suhu penyimpanan (kamar vs 10oC). Sebelum menempatkan buah di ruang penyimpanan 10oC, rambutan telah diadaptasi dengan suhu 15oC selama 24 jam. EMAP 10 perforasi mikro lebih unggul untuk menjaga kesegaran buah hingga 21 hari pada suhu 10oC untuk 'Binjai' dan 'Lebak Bulus'. Perforasi mikro EMAP 10 yang diterapkan di kontainer yang diangkut udara dari Jakarta ke Belanda (Amsterdam, 40 jam, jarak 11350.64 km) menunjukkan penyimpanan selama 18 hari untuk Binjai dan Lebak Bulus, tetapi hanya 14 hari untuk Rapiah. Penyimpanan lanjutan dengan menggunakan CA, tidak bisa mencapai 30 hari. Oksigen rendah (3 % O2) ditambah CO2 14-17% menunjukkan retensi warna daging yang lebih baik. Dengan demikian, agar tranport udara memungkinkan untuk mengirim rambutan ke Eropa, direkomendasikan menggunakan liner plastic dalam karton dan perlu dikemas dengan EMAP setelah tiba di tujuan.
Penggunaan Mixture Response Surfa Ce Methodology Pada Optimasi Formula Brownies Berbasis Tepung Talas Banten (Xanthosoma Undipes K. Koch) Sebagai Alternatif Pangan Sumber Serat Winda Haliza; Sari Intan Kailaku; Sri Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v9n2.2012.96-106

Abstract

Optimasi formula brownies berbasis tepung talas Banten (Xanthosoma undipes K. Koch) telah dilakukan dengan menggunakan desain mixture simplex lattice dari Response Surface Methodology (RSM). Pengaruh komposisi formula dari tepung talas Banten kisaran 70-100% dan maizena kisaran 0-30% terhadap karakteristik tekstur dan organoleptik Brownies dipelajari. Signifikansi seluruh model regresi yang menjelaskan pengaruh prosentase tepung talas dan maizena ditentukan dalam bentuk analisis ragam, nilai p dan R2. Hasil analisis ragam diperoleh seluruh respon memiliki nilai p yang signifikan dan R2 diatas 0.8 (>80%). Berdasarkan hasil optimasi dari RSM diperoleh formula kombinasi tepung talas Banten dan maizena sebesar 86% - 14% dengan nilai desirability sebesar 0,812 adalah formula optimum dan mengandung 4,66% protein, 33,84% lemak, 15,20% air, 1,66% abu, 44,64% karbohidrat, dan 11,26% serat pangan. Secara keseluruhan panelis memberikan penerimaan yang baik dengan nilai 6,7 dari 9,0. Kandungan serat pangan Brownies tergolong tinggi (16.05% dari Angka Label Gizi pada setiap takaran saji), sehingga dapat digolongkan sebagai pangan sumber serat.
Efektivitas Starter Kering Bakteri Asam Laktat Terhadap Mutu Dadih Sapi Yang Dihasilkan Sri Usmiati; Ermi Sukasih; Sri Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n2.2010.64-74

Abstract

Penyediaan starter kering bakteri asam laktat dalam pembuatan susu fermentasi mempunyai beberapa keunggulan antara lain mempermudah penanganan dan distribusi, menghindarkan kontaminasi, serta berdaya simpan relatif lebih lama. Salah satu jenis susu fermentasi tradisional lndonesia asli Sumatera Barat adalah dadih yang dibuat secara tradisional menggunakan susu kerbau tanpa starter. Ketersediaan susu kerbau yang makin terbatas perlu dicari alternatif penggantinya antara lain dengan susu sapi yang tersedia relatif melirnpah di beberapa wilayah Indonesia, dengan modifikasi susu skim dan agar-agar sebagai bahan pengisi untuk dapat menghasilkan dadih dengan karakteristik mirip dadih susu kerbau. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas starter kering bakteri asam laktat dengan metode pengeringan semprot (spray drying) melalui pengamatan karakteristik dadih susu sapi yang dihasilkan. Penelitian didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial, dengan faktor pertama adalah kombinasi starter kering BAL (A1= L. bulgaricus :L.casei (1:1); A2 = L. bulgaricus : L.casei (1:2), dan A3 = S. thermophillus: L. casei (1:2); dan faktor kedua adalah konsentrasi starter kering BAL (B1 = 2 g atau 4% b/v, dan B2 = 3 g atau 6% b/v ke dalam 150 mL susu hasil pemekatan), masing-masing diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dadih susu sapi terbaik adalah menggunakan starter kering kombinasi Streptococcus thermophilus : Lactobacillus casei = 1:2 sebanyak 6% b/v atau 3 g dengan karakteristik memiliki nilai total asam tertitrasi tertinggi (0,038%), kadar air terendah (77,11 %), viskositas yang baik (240,0 cP), total mikroba yang tinggi (1,5x I 011 cfu/mL), kadar protein sebesar 4,2%, dan kadar lemak sebesar 4,89%, dengan tingkat kesukaan yang lebih baik terhadap sensori warna dan rasa. Effectivity of Dried Starter of Lactic Acid Bachteria on the Quality of Cow's DadihUsage the dry starter of lactic acid bacteria for producing fermented milk has some advantages that are ease handling and distribution, avoid contamination, and prolong the storage time of product. One kind of traditional fermented milk in Indonesia original from West Sumatera is dadih which is made of traditionally by using buffalo milk spontaneous fermentation. The limited availability of buffalo milk needs are effort to substitute it, for example the usage of cow's milk which is abundant, modified by skim milk and agar as filler to provide raw material for dadih which has similar characters to buffalo's dadih. This research aims to determine the effectiveness of dry starter of lactic acid bacteria which is produced by spray drying method through the observation of the characteristic dadih of cow's milk produced. Design of research was factorial; the first factor were combination dry starter of lactic acid bacteria (three combinations: Lactobacillus bulgaricus : Lactobacillus casei (1:1); Lactobacillus bulgaricus : Lactobacillus casei (1:2), and Streptococcus thermophillus : Lactobacillus casei (1:2), and the second factor were concentration of dry starter of LAB (two levels of two g (4% w/v) and three g (6% w/v) into 150 mL concentrated cow's milk), each has three replicate. Results of research showed that cow's milk dadih using dry starter of combination of Streptococcus thermophilus Lactobacillus casei = 1:2 for 3 g (6% b/v), it was characterized by highest titrable acidity (0.038%), lowest water content (77.11%), viscosity similar to dadih (240.0 cP), high total microbes (1,5x I 011 cfu/mL), protein content of 4.2% and fat content of 4.89% with better of hedonic value of color and taste of product.
Efektivitas Lilin Penolak Lalat (Repelen) Dengan Bahan Aktif Limbah Penyulingan Minyak Nilam Sri Yuliani; Sri Usmiati; Nanan Nurdjannah
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.1-10

Abstract

Telah dilakukan uji efektivitas lilin dari ekstrak limbah penyulingan minyak nilam di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor dan di Laboratorium Entomologi FKH-IPB, Bogor. Penelitian menggunakan limbah penyulingan minyak nilam yang kemudian diekstrak menggunakan pelarut metanol 1:4. Ekstrak limbah tersebut diformulasikan menjadi 9 formula lilin dengan kombinasi bahan aktif sebagai berikut; a) ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dan minyak sereh wangi (1: 1) dengan konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50%. b) ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dan minyak cengkeh (1: 1) dengan konsentrasi 12,5, 25%, dan 50%. c) minyak sereh wangi (25%). d) minyak cengkeh (25%). e) Lilin tanpa bahan aktif (kontrol). Selanjutnya dilakukan uji efektivitas terhadap day a tolak (repelen) lalat menggunakan udang busuk 12 jam, pengujian menggunakan 25 ekor lalat umur 2-5 hari kenyang air gula. Pengamatan dilakukan setiap menit dengan menghitung jumlah hinggapan lalat ke udang tiap menitnya sampai menit ke-60, pengamatan dilakukan dengan menggunakan glass chamber. Hasil pengujian efektivitas lilin terhadap lalat rumah menunjukkan bahwa formula 113 dengan kombinasi bahan aktif ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dengan minyak cengkeh (konsentrasi 50%), merupakan formula paling optimal dibandingkan dengan formula lainnya dengan daya tolak sebesar 87,6% pada menit ke 10 dan 100% pada menit ke 60. The Effectiveness of repellent candle with the extract solution of patchouly distillation waste as the active componentThe effectiveness of repellent candle was examined at laboratory of Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development and Entomology Laboratory of VeterinaryFaculty of Bogor Agricultural University. Patchouly distillation waste was extracted using methanol with ratio of 1:4 and then formulated into 9 formulas of candle. The combination of active compound in the formula were: (a) mixing of patchouly distillation waste and citronella oil (I: I) with of 12.5%; 25% and 50% concentration; (b) mixing of patchouly distillation waste and clove oil (1:1) with 12.5%; 25% and 50% concentration; (c) citronella oil (25%); (d) clove oil (25%) and (e) without active compound as control. The effectiveness determination of repellent activity on flies was conducted using 12 hours decayed shrimp. The trial was using 25 flies 2-5 days age which already fully fed with sugar solution. The observation was conducted every minute in glass chamber by counting flies which lied on the decayed shrimps, for the period of 60 minutes. The results showed that the optimum formula was combination of active compound of distillation waste from patchouly and clove oil (concentration 50%) with 87.6% repellent activity at the tenth minutes and 100% at the sixtieth minutes.
Pengaruh Konsentrasi Oleoresin Dan Komposisi Bahan Penyalut Terhadap Karakteristik Mikroenkapsulasi Oleoresin Jahe ( Zingiber Officinale) Dengan Metode Spray Draying Niken Harimurti; Nhadira Nhestricia; Sri S. Yuliaru; Sri Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v4n2.2007.83-90

Abstract

Oleoresin jahe, seperti halnya oleoresin dari rempah lain, merupakan hasil ekstraksi rempah yang memiliki profil flavour atau perisa yang mendekati rempah segar. Dalam industri makanan dan minuman, perisa dalam bentuk oleoresin lebih dikehendaki daripada rempah segar atau kering karena sifat perisanya yang lengkap, konsisten dan terukur. Akan tetapi, oleoresin mudah mengalami degradasi akibat udara, cahaya, air dan temperatur tinggi, bahkan memiliki umur simpan yang singkat jika penyimpannya tidak tepat. Karakteristik oleoresin yang kental dan lengket juga menyulitkan penanganan dan penggunaannya. Mikroenkapsulasi menawarkan penyelesaian bagi masalah-masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi oleoresin dan komposisi bahan penyalut terhadap karakteristik milcroenkapsulasi oleoresin jahe, Oleoresin yang digunakan sebagai bahan aktif, diekstrak secara perkolasi dari serb uk jahe emprit dengan pelarut etano!. Mikroenkapsulasi dilakukan dengan metode spray drying menggunakan bahan penyalut maltodekstrin dan natrium kaseinat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dimana konsentrasi oleoresin (faktor A) terdiri atas 4 taraf : A 1= 5%, A2= 10%, A3= 15% dan A4= 20% serta nisbah maltodekstrin terhadap natrium kaseinat (faktor B) terdiri atas 2 taraf: 81= 92,5:7,5 dan B2 = 70: 30 dengan dua ulangan. Spray dryer Lab Plant SD-05 dioperasikan pada temperatur inlet 160"C dan outlet 100°C dan laju umpan IS ml/menit. Parameter yang diamati meliputi total oil, surface oil, oil recovery dan kadar air. Mikrokapsul oleoresin jahe terbaik diperoleh dari perlakuan konsentrasi oleoresin 10% dan nisbah maltodekstrin terhadap natrium kaseinat 92,5:7,5 dengan total oil 2,34%, oil recovery 87,50%, surface oil 0,27%, dan kadar air 4,97%. Effect Of Oleoresin Concentration And Encapsulating Material Compositions On The Properties Of Microencapsulated Ginger Oleoresin Using Spray Drying MethodGinger oleoresin, like other oleoresins is an extractive product of spices that exhibits flavour profiles close to fresh ground spices. In food and beverage industries, oleoresin is more preferable than fresh or dried spices due to its complete flavour characteristics, consistency and measurability. However, oleoresin undergoes degradation easily in the presence of air, light, moisture and heat, and also has short storage life if not stored properly. Oleoresin is available in the form of viscous and sticky liquid, and difficult to handle. Microencapsulation offers solutions to these problems. In these experiments, oleoresin was encapsulated in maltodextrin and sodium caseinate using spray drying technique. Oleoresin was extracted from dried ground emprit ginger with ethanol using percolation technique. This research was aimed at determining the effect of oleoresin concentration and encapsulating material compositions on the properties of microencapsulated ginger oleoresin. Experiments were performed using complete randomized factorial experimental design with two factors. Factor A (oleoresin concentration) consists of: Al ~ 5%, A2= 10%, A3= 15%, A4=20% and factor B (maltodextrin to sodium caseinate ratio) consists of: 81= 92,5:7,5 and 82= 70: 30; each treatment was done in Lab Plant SD-05 Spray dryer was operated at an inlet temperature of 160°C and outlet temperature of lOO°C and a feed rate of 15 ml/min. Parameters investigated are total oil, surface oil, oil recovery and moisture content. The best microcapsule properties was obtained from microcapsules containing oleoresin 10% and maltodextrin and sodium caseinate at the ratio of 92.5:7.5 with total oil of 2.34%, oil recovery of 87.5% and surface oil of 0.27%.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA NANOEMULSI MINYAK BIJI PALA (Antimicrobial Activity of Nutmeg Oil Nanoemulsion) Iceu Agustinisari; Endang Yuli Purwani; Niken Harimurti; Sri Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n1.2014.1-8

Abstract

Minyak biji pala mengandung senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antimikroba. Senyawa bioaktif umumnya bersifat tidak stabil sehingga mudah mengalami penurunan aktivitas biologisnya. Salah satu cara untuk meningkatkan stabilitasnya adalah dengan menggunakan teknologi nano. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendapatkan formulasi nanoemulsi minyak biji pala dengan ukuran droplet partikel <300 nm sebagai bahan antimikroba, (2) mendapatkan formulasi nanoemulsi yang memiliki aktivitas antimikroba terbaik terhadap mikroba E.coli, S.aureus dan S.cereviseae. Proses nanoemulsi minyak biji pala dilakukan dengan menggunakan alat High Pressure Homogenizer pada tekanan 20000 psi atau 137,931 KPa dengan 5 siklus. Pengamatan dilakukan terhadap 12 formulasi yang diperoleh dari kombinasi antara tiga konsentrasi minyak (5%, 10% dan 15%) dan dua jenis surfaktan (tween 20 dan tween 80) dengan tiga tingkat konsentrasi (10%, 15% dan 20% dari massa minyak biji pala). Pengujian aktivitas antikmikroba dilakukan dengan metode difusi sumur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi nanoemulsi minyak biji pala yang diperoleh memiliki ukuran droplet partikel 104,80-161,15 nm.. Konsentrasi minyak biji pala berpengaruh secara signifikan terhadap zona penghambatan pertumbuhan mikroba. Nanoemulsi minyak biji pala dengan formulasi konsentrasi minyak biji pala 15% dan jenis surfaktan Tween 80 dengan konsentrasi 20% dari massa minyak (M15S20T80) memberikan efek penghambatan terbaik pada E.coli (11,25 mm), S.aureus (13,06 mm) dan S.cereviseae (11,4 mm).Kata kunci :minyak biji pala, surfaktan, nanoemulsi, antimikroba, penghambatanEnglish Version AbstractNutmeg oil contained bioactive compounds which had antimicrobial activities. Generally, bioactive compounds have a limited stability, so that they undergo biological activity degradation easily. One of ways to increase its stability is using nanotechnology. This research was aimed (1) to obtain nutmeg oil nanoemulsion formulation which having particle size <300 nm as antimicrobial agent, (2) to obtain nanoemulsion formulation which having the best antimicrobial activity toward E.coli, S.aureus and S.cereviseae. Processing of nanoemulsion was conducted using High Pressure Homogenizer at 20000 psi or 137,931 Kpa and 5 cycles. Observation was conducted to 12 nanoemulsion formulation which was gained from combination between concentration of nutmeg oil (5%, 10%, 15%) and types of surfactant (tween 20 and tween 80) with 3 level concentration (10%, 15% and 20% from nutmeg oil mass). Antimicrobial testing was conducted using agar well diffusion method. The result showed that formulation of nutmeg oil nanoemulsion having particle size 104,80-161,15 nm. Nutmeg oil concentration had significantly effect in inhibition zone of microbes growth. Formulation of nutmeg oil nanoemulsion with 15% nutmeg oil and surfactant tween 80 as much as 20% of nutmeg oil mass gave the best growth inhibition on E.coli (11,25 mm), S.aureus (13,06 mm) dan S.cereviseae (11,4 mm).Keywords :nutmeg oil, nanoemulsion, antimicrobial, inhibition
Analisis Korelasi Antar Variabel Respon Pada Ekstrusi Campuran Pati dan D-Limonen Terenkapsulasi Dalam Protein Susu Sri Yuliani; Peter J. Torley; Bhesh R. Bhandari
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v3n1.2006.1-12

Abstract

Mikroenkapsulasi bahan perisa mcnawarkan solusi masalah penambuhan bahan perisa pada produk-produk ekstrusi. Kunci keberhasilnnya adalah pemilihan teknik mikroenkapsulasi yang tepat. Proses ekstrusi melibatkan panas, geseran dan tekanan yang tinggi sehingga diperlukan bahan pengkapsul tertentu yang dapat melindungi bahan perisa yang secara kimiawi bersifat Iabil. Teknik pengendapan protein merupakan teknik mikroenkapsulasi yang potensial untuk diterapkan pada bahan perisa untuk produk-produk ekstrusi karena bahan pengkapsulnya yang berasal dari protein susu (natrium kaseinat) bersifat tahan Panas. tidak larut air dan aman untuk dikonsumsi. Penelitian dilakukan menggunakan d-limonen sebagai model bahan perisa dan pati jagung sebagai bahan dasar produk ekstrusi. Ekstrusi dilakukan dengan ekstruder berulir ganda pada lima taraf suhu maksimum ekstruder (125, 129, 135, 141 dan 145°C). kecepatan putar ulir (145, 151, 160, 169 dan 175 rpm) dan persentasi penambahan kapsul (0,00, 1,01, 2,50, 3,99 dan 5,00%). Hasil penelitian menunjuk kan dengan teknik ini diperoleh retensi bahan perisa yang cukup tinggi (37,1 – 81,5% dengan rata-rata 67,5%). Keberadaan kapsul mempengaruhi sifat reologi lelehan bahan umpan yang mengubah kinerja ekstruder dan karakteristik produk. Penumbahan kapsul 0-2% menurunkan tekanan , torsi, energi mekanik spesifik dan nisbah ekspansi, sedangkan penambahan kapsul 3-5% memberikan respon sebaliknya. Sebaliknya, retensi bahan perisa meningkat dengan penambahan kapsul 0-2% dan menurun dengan penambahan kapsul 3-5%. Beberapa variabel respon terpilih (tekanan lelehan pada ujung keluaran ekstruder, torsi. energi mekanik spesifik. retensi bahan perisa, nisbah ekspansi dan kekerasan produk) memiliki korelasi satu sama lain yang unik. Tekanan berkorelasi positif dengan nisbah ekspansi , sedangkan nisbah ekspansi berkorelasi negatif dengan retensi bahan perisa dan kekerasan produk. Correlation Analysis of Response Variables on The Extrusion of Mixtures of Starch and D-limonene Encapsulated in Milk ProteinFlavour microencapsulation offers solutions for flavouring problems in extruder snack food industries. The key factor for the functionality of this technology is the right choice of microencapsulation technique. The capsules should provide flavour protections against high temperature. pressure and shear during extrusion. Protein Precipitation is a promising encapsulation technique for snack food extrusion application as the encapsulating material. sodium caseinate, is heat stable. water­ insoluble and food approved. In this experiment. d-limonene was used as a flavour model, and the capsules were added to the extruder feed material (corn starch). A twin screw extruder was used to evaluate the effect of capsule level of addition (0 to 5%). barrel temperature (125 to 145°C) and screw speed (145 to 175 rpm) on extruder operation. flavour retention and extrudate properties. This present study demonstrated a moderate to high d-limonene retention (37.1 to 81.5% with the average or 67.5%). The presence of capsules influenced the rheological behaviour of the starch melt that modified tile extruder operation, flavour retention and extrudate properties. Increasing capsule level from 0 to 2% resulted in a decrease in die pressure. torque, specific mechanical energy (SME) and expansion ratio, while increasing capsule level from 3 to 5% gave inverse responses. On the other hand. flavour retention went up with the increase in capsule level from 0 to 2% and went clown with the increase in capsule level from 3 to 5%. Unique relationships among the selected response variables (die pressure. torque. specific mechanical energy. flavour retention. expansion ratio and extrudate hardness) were observed. Die pressure correlated positively with expansion ratio. while expansion ratio hat! inverse correlations with flavour retention and extrudate hardness.
Pemisahan Gum Dari Minyak Jarak Dengan Membran Mikrofiltrasi Sri Yuliani; Ika Amalia Kartika; Niken Harimurti; Djajeng Sumangat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n1.2008.1-9

Abstract

Pemisahan gum (degumming) merupakan salah satu tahap pemurnian minyak nabati yang menentukan mutu produk dan efisiensi proses lanjutan. Dalam penggunaan langsung sebagai bahan bakar, adanya gum dalam minyak dapat menyebabkan penyumbatan aliran minyak melalui saluran atau sumbu dalam kompor. Gum dalam minyak juga dapat mengganggu jalannya proses esterifikasi/transesterifikasi untuk produksi biodiesel. Aplikasi teknologi membran untuk memisahkan gum merupakan alternatif teknik pemisahan gum yang dianggap ramah lingkungan dan hemat energi. Untuk mendapatkan efisiensi pemisahan gum yang tinggi, diperlukan kajian kondisi operasi membran. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi operasi membran (lama filtrasi dan lama backflush) pada fluks dan rejeksi gum (fosfolipid). Lama filtrasi dan lama backflush yang dikaji masing-masing terdiri atas tiga taraf (berturut-turut 2, 4 dan 6 menit, dan 2, 4 dan 6 detik). Membran yang digunakan berupa membran polipropilen dengan ukuran pori 0,01 µm yang dilengkapi dengan pompa diafragma dan dioperasikan pada tekanan 1 bar. Lama filtrasi dan lama backflush berpengaruh pada fluks dan pengurangan fospolipid. Kombinasi perlakuan lama filtrasi 4 menit dan lama backflush 2 detik memberikan pemisahan fosfolipid tertinggi (25,47%), sedangkan fluks tertinggi (8,42 l/m2) diperoleh dari kombinasi perlakuan lama filtrasi 2 menit dan lama backflush 6 detik. Filtrasi membran juga dapat memisahkan fosfolipid non-hydratable yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar mineral (kalsium, magnesium dan besi) di dalam minyak jarak.Separation of Gum From Jatropha Oil by Using MicrofiltrasiDegumming is an oil-refining step determining 'product quality and further processing efficiency. In direct use of oil for stove fuel, the presence of gum can block the oil channel or wick. Gum can also lower the efficiency of esterification/transesterification process in biodiesel production. The use of membrane filtration is an environmentally friendly and low energy approach for separating gum. Study on membrane process condition is required to obtain high separation efficiency. This reseach was aimed at investigating the influence of membrane operation conditions (length of filtration and backflushing time) on the oil fluxes and rejections of gum (phospholipid). The experiment was conducted in factorial completely randomised design with two factors (length of filtration and backflushing time) and three levels (2, 4 and 6 minutes, and 2, 4 dan 6 seconds, respectively). A polypropylene membrane (average por; size of 0.01/m) equipped with diaphragm pump was operated at 1 bar for the whole experiments. Length of filtration and backflushing time influenced oil fluxes and rejection of phospholipids. Length of filtration time of 4 minutes and length of backflushing time of 2 seconds gave the highest phospholipid separation (25.47%). The highest flux (8.42 1/m2h) was observed at length of filtration time of 2 minutes and length of backflushing time of 6 seconds. Membrane filtration also separated non-hydratable phospholipids indicated by the decrease in mineral contents (calcium, magnesium, iron) in jatropha oils.
Co-Authors Adrian Roy Sanda Manurung Agnes Ardiani Ahmad Farkhan Albanna Sayf Aladl Aly Farhan Andria Agusta Arif Rosidi Ause Labellapansa, Ause Bernad Arifin Pasaribu Bhesh R. Bhandari Dea Sekar Dhiani Dyahjatmayanti Diah Puspa Kumala Dicki Hartanto Dika Meilisan Diyah Ayu Rizqiani Djajeng Sumangat Dyah Susilowati Pradnya Paramita Edi Pramono Singgih Efendi, Darda Ella Afrianty Endang Y Purwani Endang Yuli Purwani Eni Hayani Ermi Sukasih Erpan Nur Saputro Febiola Febiola Gunawan Gunawan Hadi Setyawan Haliatur Rahmai I Made Suastika Iceu Agustinisari Ika Amalia Kartika Inanpi Hidayati Sumiasih, Inanpi Hidayati Indira Hapsari Estiningtyas Istiqoma Helmi Putri J Rosalina J. Knol Jeremy Farrel Pratama Jumsu Trisno Kurnia Saputri, Kurnia Laba Udarno Lilik Kustiyah Luki Alvino M Paillard Marsye Wulandari Martinius Martinius Maulana Al Ghifari Maya Rahmawati Melania Ika Wardani Muhamad Rizal Martua Damanik Musyawaroh Musyawaroh Nanan Nurdjannah Nasrul Ulfa nFN Desmawarni NFN Hernani NFN Ma&#039;mun NFN Risfaheri NFN Setyadjit nFN Suyanti Nhestricia, Nhadira Niken Harimurti Nurdiansyah Nurdiansyah Nurhaliza Nurhaliza Nusyirwan Nusyirwan Ofita Purwani, Ofita Peter J. Torley Puji Astuti, Endang Purwanti, Nunik Rachel Greaty Gracia Reflin Reflin Regina Dewitri Ristiara Wantemas Rita Noveriza Roedhy Poerwanto Ropi Saputri Salsabila, Unik Hanifah Sari Intan Kailaku Sri S. Yuliani Sri S. Yuliaru Sri Usmiati Stefany Windira Pramudita Sulusi Prabawati Sumali M Atmojo Teti Indrawati Titis Srimuda Pitana Verensia Juan Akyani Widi Suroto Winda Haliza Wisnu Broto Wiwik Setyaningsih Yosafat Winarto Yoyok Ariyono Zain Afdha Zulaechah