Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Pendidikan dan Konseling

An Analysis Of Figurative Language Used In Novo Amor’s Song Lyrics Putri M Situmeang; Arsen Pasaribu; Rony Arahta Sembiring
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.7284

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis majas (hiperbola, metafora, simbol, sinekdoke, paradoks, personifikasi, simile, ironi) dan menjelaskan makna majas yang digunakan dalam lirik lagu Novo Amor. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Data penelitian diambil dari lagu Novo Amor yang masuk dalam album “Birthplace”: Emigrate, Utican, Anniversary, State Lines, Birthplace, Seneca, Sleepless, Repeat Hingga Death, Oh Round Lake. Teori majas yang digunakan dari X.J Kennedy, penulis melakukan observasi dengan mengamati lirik lagu Novo Amor dan mengambil kalimat yang mengandung majas. Dari hasil analisis, penulis menemukan bahwa majas yang digunakan dalam lagu-lagu Novo Amor sangat beragam. Ada 63 hiperbola 31 (49%), metafora 5 (7,9%), simbol 15 (23,8%), sinekdok 3 (4,7%), paradoks 6 (9,5%), personifikasi 1 (1,5%) ), simile 1 (1,5). %), ironi 1 (1,5%). Jenis majas yang paling dominan ditemukan dalam lagu Novo Amor adalah hiperbola 31 (49%).
An Analyse Of The Language Functions Of Donald Trump’s Victory And Farewell Speeches On Youtube Kartika Enjelina Aritonang; Sondang Manik; Rony Arahta Sembiring
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.7294

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fungsi bahasa yang disapa oleh Donald Trump untuk mengetahui fungsi bahasa yang digunakan dan jenis-jenis fungsi bahasa yang paling banyak ditemukan dalam Pidato Kemenangan dan Perpisahan Donald Trump. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa transkrip pidato Victory and Farewell Donald Trump dengan menggunakan software (YouTube). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada enam fungsi bahasa menurut Roman Jakobson, yaitu Fungsi Referensial, Fungsi Metalingual, Fungsi Fatik, Fungsi Puisi, Fungsi Emosi, dan Fungsi Konatif. Setelah melakukan penelitian ini, penulis menemukan 6 fungsi bahasa dari pidato Kemenangan Donald Trump dan 6 fungsi bahasa dari Pidato Perpisahan Donald Trump di YouTube. dari 6 fungsi bahasa jenis yang paling dominan atau paling dominan dari Victory Speech adalah Fungsi Konatif 40%, fungsi bahasa kedua yang sering muncul adalah Fungsi Emotif sebanyak 38%, ketiga Fungsi Referensial sebanyak 14%, keempat adalah Fungsi Puitis sebanyak 8%, kelima adalah Fungsi Fatis sebanyak 4%, dan keenam Fungsi Metalingual sebanyak 2%. Dan Pidato Perpisahan yang paling dominan adalah Fungsi Emotive 46%, fungsi bahasa kedua Fungsi Konatif sebanyak 26%, ketiga Fungsi Referensial sebanyak 14%, keempat Fungsi Poetic sebanyak 6 % seperlima adalah Fungsi Metalingual 4%, dan Fungsi Fatik keenam sebanyak 4%. Sehingga dalam Pidato Kemenangannya Donald Trump lebih banyak menggunakan Conative Function untuk mengajak masyarakat Amerika untuk bekerjasama dengannya, sedangkan dalam Farewell Speech Donald Trump lebih banyak menggunakan Emotive Function untuk menyampaikan informasi tentang kerja kerasnya selama menjabat sebagai presiden Amerika.
Directive and Commissive Speech in Roald Dahl Novel: The Umbrella Man Epi Hetnawati Simangunsong; Arsen Nahum Pasaribu; Rony Arahta Sembiring
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.7295

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis tindak ilokusi, yaitu tindak direktif dan komisif dalam cerpen The Umbrella Man karya Roald Dahl. Teori yang digunakan adalah teori direktif dan komisif Searle (1979) yang membantu penulis untuk mengidentifikasi jenis tindak tutur direktif yang diucapkan oleh pembicara. Sebagai metode analisis data, penelitian ini menggunakan analisis transkrip percakapan yang mempertimbangkan tidak hanya ucapan tetapi juga tindakan yang terlibat di dalamnya. Hasil penelitian menemukan total 73 data direktif dan komisif. Ada 33 arahan, yaitu Memerintahkan 6 data (8,3%), Mengundang 2 data (2,7%), Melarang 1 data (1,3%), Meminta 2 data (2,7%), Menyarankan 2 data (2,7%), Mengizinkan 1 data ( 1,3%), Menanyakan 17 data (23,4%), Mengemis 2 data (2,7%). Sedangkan komisif terdapat 40 tuturan, yaitu Janji 3 data (4,2%), Tolak 5 data (6,9%), Ikrar 27 data (36,9%), Ancaman 3 data (4,2%), Tawarkan 2 data (2,7%). Jenis tindak ilokusi yang dominan dalam cerpen The Umbrella Man karya Roald Dahl adalah Commissive Pledge, yaitu sebanyak 27 data (36,9%). Ikrar komisif adalah tipe yang dominan karena dalam cerpen The Umbrella Man lebih banyak ungkapan untuk meyakinkan seseorang tentang sesuatu.
Analysis Rhetoric Style In The Song Lyrics Avicii’s Arsen Nahum Pasaribu; Rony Arahta Sembiring; Samuel Situmeang
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.7338

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gaya retorika dalam lirik lagu Avicii. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif karena menggunakan kalimat sebagai data yang diambil dari lagu-lagu Avicii. Teori yang digunakan untuk memenuhi tujuan penelitian ini yaitu teori dari Gorys Keraf (2006) mengklasifikasikan gaya retorika berdasarkan makna langsung dan tidak langsung, yaitu gaya retorika dimana retorika terdiri dari aliterasi, eufemisme, litotes, hiperbola, anastrofe, dan paradoks. Data penelitian ini diambil dari lirik lagu. Lirik lagu ini oleh produser musik elektronik Swedia Avicii. Selain itu, dengarkan lagu dan baca liriknya sambil mengidentifikasi kalimat yang mengandung retorika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam jenis gaya retorika berdasarkan langsung dan tidak langsung yang terkandung dalam lirik lagu mengandung 0 (0%) litotes, 1 (4%) paradoks, 6 (22%) aliterasi, 0 (0%) eufemisme, 2 (7%) hiperbola, dan 19 (67%) anastrophe. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa yang paling sering digunakan adalah anastrophe.
Impoliteness Strategies on Anies Baswedan's Twitter Comments Agnes Shinta Sibarani; Sondang Manik; Rony Arahta Sembiring
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.7460

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis-jenis komentar tidak sopan dari netizen pada akun twitter Anies Baswedan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui jenis ketidaksopanan yang dominan. Penelitian ini menerapkan teori strategi ketidaksopanan yang dikemukakan oleh Culpeper (1996). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari 108 komentar netizen yang ditemukan di twitter Anies Baswedan dari November 2021 hingga Januari 2022 yang berisi strategi ketidaksopanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis-jenis ketidaksantunan strategis yang digunakan oleh Gubernur DKI Jakarta adalah (1) ketidaksantunan langsung, (2) ketidaksantunan positif, (3) ketidaksantunan negatif, (4) kesantunan sarkasme atau pura-pura. Sedangkan (5) Menahan kesantunan tidak ditemukan pada komentar netizen di akun twitter Anies Baswedan. Ketidaksantunan negatif terdapat 40 tweet atau 37.0% yang menjadi tipe paling dominan. Kemudian, peringkat kedua adalah ketidaksopanan positif yang berisi 34 tweet atau 31.4%. Selanjutnya, ketidaksopanan botak pada catatan berisi 18 tweet atau 16.6%. Terakhir adalah sarkasme atau kesopanan pura-pura, hanya ada 16 tweet atau 14.8%. Temuan menunjukkan bahwa netizen cenderung menggunakan ketidaksopanan negatif karena kata-kata yang merendahkan, mengejek, mengejek, meremehkan Anies Baswedan.