Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANALGESIK ANTIPIRETIK PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE Hartini, Indah Sri; Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu; Prodyanatasari, Arshy
Jurnal Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan Vol 11 No 2 (2024)
Publisher : LP2M IIK (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan) Bhakti Wiy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56710/wiyata.v11i2.834

Abstract

Latar belakang: Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue akut yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty. Data dinas kesehatan menyebutkan peningkatan Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2020 sebesar 0,8% dan tahun 2021 sebesar 1,1% sedangkan target nasional adalah sebesar 38oC secara mendadak, nyeri kepala atau nyeri dibelakang bola mata, nyeri otot dan tulang. Pengobatan pasien DBD untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami adalah dengan pemberian analgesik antipiretik yang tepat. Tujuan: Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti gambaran penggunaan analgesik-antipiretik untuk mengetahui Tingkat rasionalitas penggunaan analgesik-antipiretik pada pasien DBD. Metode: Rasionalitas penggunaan analgesik-antipiretik yang diukur, meliputi ketepatan pasien, keterapatan obat, ketepatan indikasi, dan ketepatan dosis. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional noneksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dan teknik sampling yang digunakan adalah totality sampling. Pengambilan data dilakukan berdasarkan data rekam medis pasien pada periode Bulan Januari-Agustus 2022. Sesuai dengan pedoman WHO dan Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan tatalaksana Dengue,pemberian obat analgesik-antipiretik yang sesuai dengan drug of choice adalah paracetamol. Simpulan: Berdasarkan data yang diperoleh diketahui sebanyak 74 pasien DBD dengan 57% pasien Perempuan dan 43 pasien laki-laki, serta 42% pasien merupakan anak-anak. Rasionalitas penggunaan analgesik-antipiretik pada pasien DBD diketahui yaitu 100% tepat pasien; 37,84 tepat obat; 100% tepat indikasi; dan 98,65% tepat dosis.
LEVOFLOXACIN VS CEFTRIAXONE PADA PASIEN PNEUMONIA RAWAT INAP DI RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG : STUDI ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu
Journal Medicine And Clinical Pharmacy Vol. 1 No. 2 (2024): MedClip Vol 1 No 2, 2024
Publisher : Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS.DR. Soepraoen Kesdam V/BRW

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47794/medclip.v1i2.6

Abstract

Pendahuluan: Pneumonia berada pada peringkat keempat sebagai penyebab kematian akibat penyakit dan peringkat pertama sebagai penyebab kematian akibat infeksi menular. Pneumonia termasuk penyakit dengan biaya penanganan tertinggi. Biaya yang dikeluarkan untuk pneumonia di Indonesia selama tahun 2018 hingga 2022 mencapai 8,7 triliun. Upaya untuk mengurangi biaya tersebut dapat dipertimbangkan. Memilih antibiotik paling cost effective dan menggunakannya secara rasional merupakan upaya yang dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan efektivitas penggunaan Levofloxacin dan Ceftriaxone pada pasien pneumonia serta mengetahui antibiotik paling cost effective. Metode: Analisis efektivitas biaya dalam penelitian ini dilakukan dari perspektif penyedia layanan kesehatan (Rumah sakit). Pengambilan data dilakukan secara retrospective melalui seluruh data rekam medis dan data billing pasien pneumonia rawat inap di RSUD Dr. Iskak Tulungagung periode Januari hingga Desember 2023. Biaya medis langsung yang dihitung adalah biaya antibiotik, farmasi, radiologi, labolatorium, perawatan, tindakan medis, dan visite dokter. Efektivitas terapi dinilai dari adanya perbaikan klinis pada pasien. Hasil: Pasien yang diteliti berjumlah 18 (6 kelompok Levo, 12 kelompok Ceftri) Efektifitas kedua terapi 100%. Nilai ACER Levo Rp. 40.948 , ACER Ceftri Rp. 38.441. Kesimpulan: Levo (750mg/hari) dan Ceftri (1g/hari) pada pasien penumonia memiliki efektifitas yang sama (100%). Namun demikian dengan analisa efisiensi biaya Ceftri lebih dominan dengan selisih biaya total medik langsung Rp 250.648.
METAMIZOLE VERSUS KETOROLAK OF POSTOPERATIVE CLOSED FRACTURE PAIN MANAGEMENT AT dr. ISKAK TULUNGAGUNG HOSPITAL : A COST EFFECTIVENESS ANALYSIS Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu; Aditya Ayuning Siwi, Mayang
Journal Medicine And Clinical Pharmacy Vol. 2 No. 1 (2025): MedClip Vol 2 No 1, 2025
Publisher : Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS.DR. Soepraoen Kesdam V/BRW

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47794/medclip.v2i1.11

Abstract

The pain that appears in postoperative patients is acute pain, but pain that is not properly managed will develop into chronic pain and have long-term negative effects  and also have financial impacts. Metamizole is commonly used in pain management, while ketorolac is currently positioned as an alternative option. The availability of various analgesic options must be accompanied by comparative data on effectiveness and cost assessment.This aim to compare the cost–effectiveness of two therapies for moderate and severe acute pain, Metamizole (3x1g) and Ketorolac (3x30mg) for closed fracture postoperative pain management.. This study is descriptive comparative research using a cross sectional design with retrospective data collection. The sample in this study was the medical records and financial records of BPJS class III closed fracture surgery patients. Cost estimation measured from the provider's perspective. The types of costs considered are all costs directly related to health care at the hospital. Costs are measured in Indonesian rupiah (IDR) currency units. This research is short-term research so the researcher did not analyze the discount rate(0%). The findings of this study showed that Metamizole is a drug with higher effectiveness (37.93%) than ketorolac (35.48%), with a total direct medical cost of metamizole of IDR. 21,990,051 and ketorolac IDR. 23,041,427. ACER value of metamizole IDR. 579,754 and ketorolac IDR. 649,420. Based on the calculation of these real numbers, Metamizole is more cost effective than ketorolac in postoperative fracture pain management. However, statistically the effectiveness and cost of the two therapies did not have a significant difference.
Rationality Of Analgesic-Antipyretic Use In Dengue Hemorrhagic Fever Patients Indah Sri Hartini; Eko Yudha Prasetyo; Dyah Ayu Kusumaratni; Arshy Prodyanatasari
Jurnal EduHealth Vol. 14 No. 04 (2023): Jurnal eduHealt, 2023, December
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengue haemorrhagic fever (DHF) is a disease caused by acute dengue virus infection transmitted through the bite of the Aedes Aegepty mosquito. Data from the health department states that the increase in the Case Fatality Rate (CFR) of DHF in 2020 is 0.8% and in 2021 is 1.1% while the national target is <1%. DHF patients need proper treatment to minimize the occurrence of contraindications in patients. DHF patients generally experience initial symptoms of sudden high fever >38oC, headache or pain behind the eyeball, muscle and bone pain. Treatment of DHF patients to reduce the pain experienced is by giving the right antipyretic analgesic. Based on this, the researcher wants to examine the description of the use of analgesic-antipyretics to determine the rationality level of the use of analgesic-antipyretics in DHF patients. The rationality of analgesic-antipyretic use measured, including patient accuracy, drug accuracy, indication accuracy, and dose accuracy. The type of research conducted was non-experimental observational research with retrospective data collection and the sampling technique used was totality sampling. Data collection was carried out based on patient medical record data in the period January-August 2022. In accordance with WHO guidelines and the National Guidelines for Health Services for Dengue management, the provision of analgesic-antipyretic drugs in accordance with the drug of choice is paracetamol. Based on the data obtained, there were 74 DHF patients with 57% female patients and 43 male patients, and 42% of patients were children. The rationality of analgesic-antipyretic use in DHF patients is known to be 100% right patient; 37.84 right drug; 100% right indication; and 98.65% right dose.
ANALISA HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT DAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI PROLANIS DI PUSKESMAS SIDOMULYO Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu; Serang, Krisogonus Ephrino; Hariyani; Fatimah
JURNAL PHARMA BHAKTA Vol 3 No 2 (2023): November 2023
Publisher : FACULTY OF PHARMACY, INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Prevalensi penderita hipertensi selalu meningkat setiap tahunnya dan berdampak pada pembiayaan oleh pemerintah. Ketidakpatuhan minum obat pasien hipertensi dapat berdampak pada kualitas hidup penderitanya. Mengatasi hal tersebut pemerintah membuat program Prolanis dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien penyakit kronis, termasuk pasien hipertensi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepatuhan minum obat dan kualitas hidup pasien hipertensi serta menganalisa hubunganya dengan karakteristik sosio-demografi pasien hipertensi peserta Prolanis. Metode: Penelitian ini berjenis analisis observasional dengan desain potong lintang. Subjek penelitian adalah pasien hipertensi rawat jalan peserta Prolanis di Puskesmas Sidomulyo Kediri. Instrumen Pengukuran tingkat kepatuhan minum obat menggunakan MMAS-8 dan pengukuran kualitas hidup menggunakan kuisioner WHOQOL-Breef. Teknik analisa bivariat menggunakan uji chi square. Hasil: Kepatuhan minum obat antihipertensi peserta prolanis puskesmas Sidomulyo dengan tingkat kepatuhan rendah (50%) , sedang (30%), dan tinggi (20%). Sementara pasien dengan kualitas hidup buruk (36,66%), sedang (30%), dan tinggi (33,33%). Variabel “Jenis Kelamin” (p-value 0,53), “Usia” (p-value 0,41) dan “Tingkat Pendidikan” (p-value 0,47), “Jumlah Penyakit Komorbid” (p-value 0,02). Hasil uji korelasi tingkat kepatuhan terhadap kualitas hidup domain “Kesehatan Fisik” (p-value 0,77), “Psikiologis” (p-value 0,02) “Kehidupan Sosial” (p-value 0,92) dan “Lingkungan” (p-value 0,38). Simpulan: Karakteristik jumlah penyakit komorbid berhubungan signifikan terhadap tingkat kepatuhan minum obat pasien (p-value 0,02), sementara kepatuhan minum obat berkorelasi signifikan terhadap kualiatas hidup domain Psikologi (p-value 0,02) pasien hipertensi peserta prolanis Puskesmas Sidomulyo Kediri.
Edukasi Penggunaan Obat, Suplemen, Herbal Dan Bahaya Doping Pada Olahragawan Prasetyo, Eko Yudha; Kusumaratni, Dyah Ayu; Marhenta, Yogi Bhakti; Astutik, Widhi; Hartini, Indah Sri; Nugroho, Septiawan Adi
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol. 6 No. 2 (2024)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aktivitas fisik yang dilakukan dalam olahraga selain berdampak pada kebugaran tubuh juga beresiko menimbulkan cidera. Pharmaceutical care di bidang olahraga berkontribusi dalam perkembangan olahraga modern. Besarnya manfaat tersebut juga dibarengi masalah penyalahgunaan dan penggunasalahan obat karena terbatasnya pemahaman. Pengabdian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan peserta tentang penggunaan obat, suplemen dan herbal pada olahragawan. Kegiatan pengabdian dilakukan dengan pendekatan penyuluhan kelompok dengan sasaran anggota komunitas olahraga. Kegiatan meliputi pengisian pre test, penyampaian materi, diskusi tanya jawab dan pengisian post test. Pre dan Post test berisi pertanyaan tentang pengetahuan DAGUSIBU peserta. Kegiatan pengabdian masyarakat ini memberi dampak pada peningkatan pengetahuan penggunaan obat, supplemen, dan herbal pada olahragawan. Peningkatan pengetahuan tertinggi terjadi pada domain cara mendapatkan dan menggunakan obat.