Claim Missing Document
Check
Articles

PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DITINJAU DARI STRATEGI SELF-MANAGEMENT DALAM MENGATASI WORK-FAMILY CONFLICT PADA IBU BEKERJA Dias Tri Handayani; Salmah Lilik; Rin Widya Agustin
Wacana Vol 3, No 2 (2011)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.887 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v3i2.37

Abstract

Peran ganda yang dimiliki ibu bekerja sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga mengarahkan ibu bekerja pada permasalahan work-family conflict (selanjutnya disebut WFC) yang disebabkan oleh pertentangan dua peran atau lebih sekaligus.   WFC dapat menyebabkan terganggunya psychological well-being (selanjutnya disebut PWB) pada ibu bekerja, jika tidak diatasi dengan benar.  Dengan membangun self-management dalam diri ibu bekerja, dapat membantu ibu bekerja mengatasi WFC, sehingga lebih mengarahkan mereka pada proses pencapaian  PWB.  PWB  adalah kehidupan yang positif, seimbang dan berkelanjutan pada individu dalam menghadapi tantangan menuju kondisi terbaik meliputi fisik, mental dan sosialnya.  Terdapat empat strategi self-management, yaitu positive self-talk, time management, task delegation dan role compartmentalization, yang nantinya masing-masing strategi self-management akan mengarahkan ibu bekerja pada kondisi PWB yang berbeda-beda pula. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah terdapat perbedaan PWB ditinjau dari strategi self-management dalam mengatasi WFC pada ibu bekerja.  Populasi adalah ibu bekerja di 4 Bank Persero (BUMN) di Surakarta.  Sampel berjumlah 72 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan kriteria wanita sudah menikah, pada saat ini memiliki anak berusia 0 – 13 tahun, suami masih hidup dan pendidikan minimal lulusan SMA/ SMK.  Pengumpulan data menggunakan Skala PWB dan Skala Strategi Self-Management dalam Mengatasi WFC. Teknik analisis data yang digunakan adalah One-Way ANOVA dengan bantuan program SPSS 14. Hasil analisis dengan menggunakan teknik One-Way ANOVA diperoleh  = 1,165 lebih kecil dari   = 2,739.  Dari hasil analisis tersebut, dapat dimaknai bahwa tidak ada perbedaan PWB ditinjau dari strategi self-management dalam mengatasi WFC pada ibu bekerja.  Hal ini dikarenakan masing-masing strategi berperan sebagai fungsi afek, tingkah laku dan kognisi dalam diri individu yang sistem bekerjanya saling terpisah tetapi saling mempengaruhi, sehingga ketiganya sama-sama diperlukan untuk mengatasi work-family conflict dan sama-sama berkontribusi dalam mengarahkan psychological well-being pada ibu bekerja.   Kata kunci: psychological well-being, strategi self-management dalam mengatasi work-family conflict, ibu bekerja
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN DIRI DENGAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA MAHASISWA ORGANISATORIS Hiemma Tiar Kusuma Umbara; Salmah Lilik; Rin Widya Agustin
Wacana Vol 4, No 1 (2012)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.917 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v4i1.28

Abstract

Keterampilan mental seseorang berkembang salah satunya melalui keterampilan sosial. Keterampilan sosial menjadi modal yang mengarahkan seseorang pada pembentukan mental yang optimal. Kematangan emosi berperan dalam pengendalian emosi dan penerimaan diri membuat seseorang nyaman berinteraksi yang berdampak pada keberalngsungan interaksi seseorang dengan lingkungan. Mahasiswa organisatoris dalam menjalani dinamika organisasi memiliki kesempatan yang besar untuk mendapatkan pengalaman interaksional. Berkembangnya kematangan emosi dan penerimaan diri positif pada seorang mahasiswa organisatoris dapat menjaga keberlangsungan interaksi, sehingga pengalaman interaksional semakin banyak dan keterampilan sosial menjadi semakin berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dan penerimaan diri dengan keterampilan sosial pada mahasiswa organisatoris. Responden penelitian ini adalah mahasiswa UNS yang menjadi pengurus organisasi BEM tingkat universitas dan fakultas dengan usia keanggotaan minimal satu tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive incidental sampilng. Pengumpulan data menggunakan Skala Keterampilan Sosial, Skala Kematangan Emosi, dan Skala Penerimaan Diri. Analisis data menggunakan teknik regresi linear berganda. Hasil penelitian menghasilkan nilai F-test = 70,310, p<0,05, dan R=791, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis I dapat diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai rx1y=0,290; p<0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan positif dan lemah yang signifikan antara kematangan emosi dan keterampilan sosialNilai rx2y=0,386; p<0,05; dapat disimpulkan terdapat hubungan positif dan lemah yang signifikan antara penerimaan diri dan keterampilan sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial kematangan emosi dan penerimaan diri memiliki hubungan yang lemah dengan keterampilan sosial, jika hanya salah satu diantara kematangan emosi atau penerimaan diri yang dimiliki seseorang kurang menunjang berkembangnya keterampilan sosialnya. Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 0,6260 atau 62,60%, terdiri atas sumbangan efektif kematangan emosi terhadap keterampilan sosial sebesar 25,91% dan sumbangan efektif penerimaan diri terhadap keterampilan sosial sebesar 36,69%. Hal ini berarti masih terdapat 37,4% variabel lain yang mempengaruhi perkembangan keterampilan sosial selain kematangan emosi dan penerimaan diri. Kata kunci: keterampilan sosial, kematangan emosi, penerimaan diri
Perbedaan Psychological Well Being pada Waria Pekerja Seks Komersial (PSK) dan Waria Bukan Pekerja Seks Komersial Ditinjau dari Harga Diri Andini Dwi Yudhanti; Rin Widya Agustin; Arif Tri Setyanto
Wacana Vol 9, No 1 (2017)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.178 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v9i1.106

Abstract

Perbedaan Psychological Well Being pada Waria Pekerja Seks Komersial (PSK) dan Waria Bukan Pekerja Seks Komersial Ditinjau dari Harga Diri     Psychological Well Being Comparison between Transsexual Prostitute and Transsexual Non Prostitute Based on Self Esteem     Andini Dwi Yudhanti, Rin Widya Agustin, Arif Tri Setyanto Program Studi Psikologi FakultasKedokteran UniversitasSebelasMaret       ABSTRAK   Psychological well being merupakan kondisi psikologis dimana individu mampu menjalani peran-peran dalam kehidupannya berdasarkan pengalaman-pengalaman sehingga melahirkan sikap positif dalam hidupnya. Perbedaan perlakuan masyarakat terhadap status pekerjaan waria (waria PSK dan waria Non PSK) menjadi salah satu faktor penting dalam pembentukan penghargaan diri waria kemudian mengarahkan pada kondisi psychological well being yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan psychological well being pada waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) ditinjau dari harga diri, perbedaan psychological well being pada waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK), dan perbedaan harga diri pada waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK). Populasi dalam penelitian ini adalah waria (waria PSK dan waria Non PSK) yang terdapat pada komunitas waria lokal Kota Surabaya yang bernama PERWAKOS dengan rentang usia 18-40 tahun. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang waria pekerja seks komersial (PSK) dan 30 orang waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan skala psychological well being (r=0,883) dan skala harga diri (r=0,902). Hasil analisa data menggunakan uji two way anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada psychological well being waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) ditinjau dari harga diri (Fhitung = 19,291, p < 0,05). Analisis data selanjutnya menggunakan uji t. Hasil analisia data tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan psychological well being pada waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) (thitung =-0,597, p > 0,05); serta tidak terdapat perbedaan harga diri waria pekerja seks komersial (PSK) dan waria bukan pekerja seks komersial (Non PSK) (thitung = 0,521, p > 0,05).   Kata kunci:psychological well being, harga diri, waria
PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL PADA REMAJA TUNARUNGU YANG DIBESARKAN DALAM LINGKUNGAN ASRAMA SLB-B DI KOTA WONOSOBO Ratna Widyastutik; Suci Murti Karini; Rin Widya Agustin
Wacana Vol 3, No 1 (2011)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.909 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v3i1.42

Abstract

Berbagai kesulitan karena keterbatasan pendengaran maupun kesulitan-kesulitan masa remaja dihadapi remaja tunarungu mengarahkan pada kondisi ketertekanan. Dukungan sosial sangat membantu remaja tunarungu untuk menghadapi kesulitan tersebut dan membangun kondisi psychological well-being. Melihat adanya korelasi antara dukungan sosial dengan psychological well-being, maka tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bentuk dukungan sosial yang efektif untuk membangun psychological well-being pada remaja tunarungu. Perbedaan bentuk dukungan yang paling banyak diterima oleh remaja tunarungu akan mengarahkan pada psychological well-being yang berbeda pula. Populasi penelitian ini ialah remaja tunarungu Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu Don Bosco dan Dena Upakara, Wonosobo, masing-masing sebanyak 62 dan 58 siswa. Sampel diambil dengan kriteria Remaja dengan usia 13-18 tahun, laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan baca dan tulis, serta memiliki kecerdasan normal atau di atas rata-rata. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Seluruh populasi masuk ke dalam kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti. Pengumpulan data menggunakan skala psychological well-being dan skala dukungan sosial. Teknik analisis data yang digunakan ialah analisis varians klasifikasi satu arah (One Way Anova). Hasil analisis dengan menggunakan teknik One Way Anava diperoleh F hitung (11,478 ) > F tabel (2,725) serta taraf sigifikansi 0,000 < 0,05. Dari hasil analisis tersebut, maka dapat dikemukakan ada perbedaan yang sangat signifikan psychological well-being ditinjau dari bentuk dukungan sosial pada remaja runarungu. Selain itu, hasil analisis deskriptif menunjukkan adanya perbedaan rata-rata psychological well-being ditinjau dari dukungan sosial. Rata-rata psychological well-being tertinggi berada pada bentuk dukungan emosional dan terendah berada pada bentuk dukungan instrumental.   Kata kunci: psychological well-being, dukungan sosial, remaja tunarungu
PENGARUH PENYULUHAN MENSTRUASI TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS VII SMP N 2 PUNGGELAN BANJARNEGARA Grhasta Dian Perestroika; Rin Widya Agustin; Erindra Budi C
Jurnal Kebidanan Vol 3, No 1 (2014): February 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.784 KB) | DOI: 10.26714/jk.3.1.2014.58-65

Abstract

Latar belakang : Pada masa pubertas terjadi perubahan fisik dan mental remaja. Pada masa ini hormon seksual yaitu estrogen dan progesterone meningkat kuat. Hormon seksual tersebut menyebabkan perubahan dalam tubuh remaja putri seperti menstruasi pertama atau menarche. Perubahan hormonal yang dramatis dapat mempengaruhi kondisi emosi. Hal tersebut dapat menimbulkan perasaan bingung, berbagai pertanyaan, ketakutan dan kecemasan. Oleh karena itu diperlukan pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja (KRR) khususnya tentang menstruasi dan salah satu caranya melalui penyuluhan. Tujuan : untuk mengetahui adanya pengaruh penyuluhan menstruasi terhadap kecemasan menghadapi menarche pada remaja putri kelas VII SMP N 2 Punggelan Banjarnegara. Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan model rancangan non equivalent control group. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas VII SMP N 2 Punggelan Banjarnegara tahun 2011 yang berjumlah 60 siswi, dimana kelompok perlakuan 30 siswi dan kelompok kontrol 30 siswi yang diambil dengan cara systematic sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner skala tingkat kecemasan yang dibuat oleh peneliti. Analisis data menggunakan uji beda t-test yaitu independent t-test. Hasil: Hasil penelitian dengan statistik independent t-test menunjukan t hitung sebesar 6,377 dengan df = 58, t tabel =2,04. nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Nilai p < 0,05 (0,000 <0,05) artinya ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Simpulan : ada pengaruh positif penyuluhan menstruasi terhadap kecemasan menghadapi menarche pada remaja putri kelas VII SMP N 2 Punggelan Banjarnegara.
Hubungan Self-Esteem dengan Fear of Missing Out pada Remaja Pengguna Media Sosial di SMA Negeri 1 Muntilan Kabupaten Magelang Alya Auni Mahfuzah; Agustin, Rin Widya
Observasi : Jurnal Publikasi Ilmu Psikologi Vol. 3 No. 1 (2025): February: Observasi: Jurnal Publikasi Ilmu Psikologi
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/observasi.v3i1.950

Abstract

Adolescence is a phase that is prone to experiencing FoMO behavior. FoMO experienced by adolescence has the potential to cause feelings of loss, stress, and feeling distant if they do not know about important events of other individuals or groups. The FoMO experienced by adolescence indicates that their motivational factors are not developed optimally. The motivational factor referred to is self-esteem. Someone who has high self-esteem in general will be more able to be positive in making an assessment of himself.. This research aims to find out the relationship between self-esteem and FoMO in adolescent social media users at SMA N 1 Muntilan, Magelang Regency. The population in this study is 1056 students of SMA N 1 Muntilan. From this population, the research sample was taken using the proportionate stratified random sampling technique of 286 students based on the Isaac and Michael table formula. Data collection was carried out using a modification of the Fear of Missing Out Scale (FoMOS) and the Rosenberg Self-esteem Scale. The data was tested with product moment pearson through the SPSS 25 for windows program. The research results show that there is a significant negative relationship that is in the very weak category between self-esteem and FoMO in social media users at SMA Negeri 1 Muntilan. This means that even though adolescence have good self-esteem, it is not enough to prevent them from FoMO.
Gambaran Celebrity Worship pada Penggemar Boyband Korea BTS (Army) Wiranata, Dinar Cahya; Widya Agustin, Rin
Kasta: Jurnal Ilmu Sosial, Agama, Budaya dan Terapan Vol. 4 No. 2 (2024): AGUSTUS
Publisher : Bale Literasi: Lembaga Riset, Pelatihan & Edukasi, Sosial, dan Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58218/kasta.v4i2.978

Abstract

Celebrity Worship is an admiration to celebrities at low to high levels that leads to pathology based on strong positive feelings but also due to poor psychological well-being. Celebrity Worship is divided into three dimensions: entertainment social value, intense personal feeling, and borderline pathological tendency. One of the celebrities being the object of celebrity worship is BTS, a boyband from South Korea. BTS fans known as ARMY come from various places, one of them in Solo Raya. Army Solo Raya is concerned about experiencing celebrity worship at a high stage and leading to pathology. Therefore, this study aims to get a quantitative picture of celebrity worship experienced by ARMY in Solo Raya. Sampling using purposive sampling with a total of 400 respondents. The scale used is a celebrity worship scale with a likert system of four answers. The existing items are declared valid because they have a score above 0.3 and declared reliable as they have an alpha Cronbach score of 0.933. Data analysis using descriptive and quantitative analysis. The result is that the celebrity worship of ARMY Solo Raya is at a high level with the most dominant social value entertainment aspect, although so the behavior of the Army Solo Raya reflects celebrity worships at all stages or aspects.
Exploration of Altruistic Behavior in Early Adult Volunteers: A Phenomenological Study Fadhilah, Dita Noor; Agustin, Rin Widya
Journal of Educational, Health and Community Psychology Vol 13 No 1 March 2024
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jehcp.v13i1.27713

Abstract

Altruistic behavior is a conduct that prioritizes the interests of others to alleviate their suffering and enhance well-being without expecting any reward for the actions taken. There are still unanswered questions from previous research regarding the motivations that underlie altruistic behavior in disaster relief volunteers. This study aims to explore and delve into the motivations behind altruistic behavior in Indonesian Red Cross volunteers. The phenomenological approach is employed in this research, using semi-structured interviews to gather data. The study participants are individuals aged 18 to 25 who are actively involved as Indonesian Red Cross volunteers in the city of Surakarta. The results of the research indicate that the motivations driving altruistic behavior include the desire to help others, a calling for humanity service to God, enrichment of social interaction, and the influence of family or circumstances. Further discussion is elaborated in this manuscript.