Pada era modern ini, perpustakaan bukan lagi hanya tempat untuk meminjam dan membaca buku, tetapi juga merupakan pusat komunitas yang berfungsi sebagai ruang untuk belajar, berdiskusi, dan berinovasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi implementasi program inklusi sosial di Perpustakaan Wigati Desa Glinggang sebagai sarana untuk mempromosikan literasi moderasi beragama dan memperkuat kerukunan sosial di masyarakat. Program-program ini meliputi kegiatan-kegiatan seperti "Baca Sama-sama", lokakarya literasi, dan pameran buku yang menampilkan keberagaman agama dan budaya. Menggunakan pendekatan kualitatif, data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan pengelola perpustakaan, partisipan program, dan pemangku kepentingan terkait. Analisis data menunjukkan bahwa program inklusi sosial telah berhasil menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung dialog antaragama dan antarbudaya, meskipun menghadapi tantangan seperti tantangan dalam mengatasi prasangka dan stereotip, ketersediaan tenaga ahli dan relawan, kesadaran penuh masyarakat, dan kesulitan dalam mempertahankan keterlibatan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program ini memberikan dampak positif termasuk peningkatan pemahaman antaragama, penguatan jaringan sosial, dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan literasi. Untuk meningkatkan efektivitasnya di masa depan, disarankan agar pemerintah daerah meningkatkan pendanaan untuk perpustakaan, melanjutkan edukasi dan pelatihan masyarakat tentang literasi moderasi beragama, dan memperkuat kolaborasi antar stakeholder. Dengan langkah-langkah ini, program inklusi sosial di Perpustakaan Wigati Desa Glinggang dapat terus menjadi model berkelanjutan dalam mendukung literasi moderasi beragama dan mempromosikan inklusi sosial di masyarakat.