Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Interpretasi Penyaji Solis Violin pada Pertunjukan Concerto No 1 In A Minor, Liebesleid dan Batanghari Seprizal Seprizal; Nora Anggaraini; Murniati Murniati
MUSICA : Journal of Music Vol 1, No 1 (2021): MUSICA: JOURNAL OF MUSIC
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.999 KB) | DOI: 10.26887/musica.v1i1.1721

Abstract

This article is an article that describes how a violin soloist performs a musical performance and interprets the karaya that is played. The repertoire played in the show is Concerto No. 1 in A minor, Liebesleid, and Batanghari. The presenter dissects the interpretative aspects of playing the work so that a good musical performance is realized. This journal aims to provide an overview of the application of techniques and interpretations of violin solo play in the repertoire of Concerto No. 1 in A minor, Liebesleid, and Batanghari. The techniques used are; rubato, arpeggio, staccato, rhythm variation, vibrato, staccato, legato, and shifting. Execution of expression marks in notations such as; Ritardando, Con Espresso, Con Sentiment, and Poco Meno Mosso are studied to find the right way to play them. Each work has different characteristics and levels of difficulty, so it is very important to do interpretive research on the work before performing. The method used in the performance is related to how the music presenter designs the performance, the rehearsal process, and the techniques used to carry out the execution of the work..Keywords: Violin Solist; Aplication of Techniques; InterpretationABSTRAKArtikel ini merupakan tulisan yang menggambarkan bagaimana seorang solis violin melakukan pertunjukan musik dan interpretasi terhadap karaya yang dimainkan. Adapaun repertoar yang dimainkan dalam pertunjukan adalah Concerto No. 1 in A minor, Liebesleid, dan Batanghari. Penyaji membedah aspek-aspek insterpretatif dalam memainkan karya sehingga terwujud sebuah pertunjunkan musik yang baik. Jurnal ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang penerapkan teknik dan interpetasi permainan solis violin pada pertunjukan repertoar Concerto No. 1 in A minor, Liebesleid, dan Batanghari. Adapun teknik-teknik yang digunakan adalah; rubato, arpeggio, staccato, rhythm variation,vibrato, staccato, legato, dan shifting. Eksekusi terhadap tanda ekspresi dalam notasi seperti; ritardando, con espresso, con sentiment, dan poco meno mosso dikaji untuk ditemukan cara yang tepat dalam memainkannya. Setiap karya memiliki karakteristik dan tingkat kesulitan yang berbeda-beda sehingga sangat penting untuk melakukan research interpretatif terhadap karya sebelum melakukan pertunjukan. Metode yang digunakan dalam pertunjukan adalah terkait bagaimana pernyaji musik merancang pertunjukan, proses latihan, dan teknik-teknik yang digunakan untuk melakukan eksekusi terhadap karya.Kata Kunci: Solis Violin; Penerapan Teknik; Interprestasi
Produksi Karya Musik “The Story of Tapa Malenggang” (Production of Musical Works "The Story of Tapa Malenggang") aby rahman; Yon Hendri; Nora Anggraini
MUSICA : Journal of Music Vol 2, No 1 (2022): MUSICA : JOURNAL OF MUSIC
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/musica.v2i1.2370

Abstract

Tujuan artikel ini adalah untuk menjabarkan proses kerja produksi karya musik The Story of Tapa Malenggang.Tapa Malenggang merupakan sastra lisan yang berasal dari Kabupaten Batanghari, Desa Tanjung, Maruo Provinsi Jambi. Tapa Malenggang mempunyai nama asli yaitu Mambang Diawan yang hidup dipintu langit merupakan sebuah ritual. Dalam ritual Tapa Malenggang, terdapat dendang yang dihadirkan sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas kebaikan Tapa Malenggang yang telah menjaga kedamaian masyarakat disekitar sungai Batanghari. Pengkarya tertarik untuk mengangkat cerita Tapa Malenggang dengan mengadodpsi sepenggal melodi dendang ke dalam konsep musik elektro-akustik dan menggunakan beberapa teknik-teknik sound design. Elektro-akustik merupakan suara atau bunyi yang terdengar, tidak lagi terlihat sumber aslinya. Metode yang di gunakan dalam artikel ini adalah pengolahan elektro-akustik menggunakan beberapa teknik sound design seperti audio synthesis yang meliputi wave shape, LFO dan volume envelope. Hasil yang diperoleh dalam artikel ini adalah gambaran proses kerja dalam produksi karya musik The Story of Tapa Malenggang.ABSTRACTThe purpose of this article is to describe the work process of producing the musical work The Story of Tapa Malenggang. Tapa Malenggang is an oral literature originating from Batanghari Regency, Tanjung Village, Maruo, Jambi Province. Tapa Malenggang has a real name, namely Mambang Diawan, who lives at the door of the sky as a ritual. In the Tapa Malenggang ritual, there is a song that is presented as a form of gratitude and thanks for the kindness of Tapa Malenggang who has kept the peace of the community around the Batanghari river. The authors are interested in bringing up the story of Tapa Malenggang by adopting a piece of dendang melody into the concept of electro-acoustic music and using several sound design techniques. Electro-acoustic is a sound or sound that is heard, no longer seen the original source. The method used in this article is electro-acoustic processing using several sound design techniques such as audio synthesis which includes wave shape, LFO and volume envelope. The results obtained in this article are an overview of the work process in the production of the musical work The Story of Tapa Malenggang.
KREATIVITAS SENIMAN SALAREH AIA (AGAM) DALAM PENGEMBANGAN MUSIK RONGGEANG RANTAK SAIYO Nora Anggraini; Nursyirwan Nursyirwan
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 16, No 2 (2014): Ekspresi Seni
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (955.227 KB) | DOI: 10.26887/ekse.v16i2.79

Abstract

Kajian ini membahas tentang kreativitas seniman Salareh Aia (Agam) dalammengembangkan musik Ronggeang Rantak Saiyo pada acara pesta perkawinanbaralek gadang. Kajian ini dibahas dari sudut keilmuan musikologi denganmenggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif serta pendekatanmultidisiplin, dengan perspektif disiplin ilmu musikologi, etnomusikologi,sosiologi,antropologi dan cabang ilmu lain yang dapat memperkuat tulisan.Ronggeang pada dasarnya bukanlah kesenian yang lahir dari tradisi masyarakatSalareh Aia, namun kesenian ini dapat diterima secara baik dan dikembangkansecara kreatif oleh para senimannya serta telah menjadi bagian dari tradisimasyarakat Salareh Aia sampai sekarang. Musik Ronggeang Rantak Saiyo sangatdihargai oleh masyarakat Salareh Aia, terbukti musik tersebut diperbolehkanbermain pada acara pesta perkawinan baralek gadang. Dalam kenyataannyamusik Ronggeang Rantak Saiyo Nagari Salareh Aia berbeda dengan Ronggenglainnya yang ada di Sumatera Barat, maupun Ronggeng yang ada di Jawa dariberbagai macam aspek. Kreativitas seniman masyarakat Salareh Aia berdampakbaik bagi perkembangan musik Ronggeang Rantak Saiyo hingga sekarang.
Interpretasi dan Penerapan Teknik Vokal Pada Repertoar Ach Ich Fühl’s, Regnava Nel Silenzio, Selayang Pandang, dan Stand Up For Love Angelica Febrianti Br Haloho; Nora Anggraini; Della Rosa Panggabean
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 9, No 1 (2023): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v9i1.3800

Abstract

Artikel ini memuat tulisan tentang pertunjukan solis vokal dalam membawakan repertoar dan interpretasi terhadap repertoar yang disajikan. Repertoar yang disajikan dalam pertunjukan diantaranya Ach Ich Fühl’s, Regnava Nel Silenzio, Selayang Pandang, dan Stand Up For Love. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang penerapan teknik dan interpretasi solis vokal dalam setiap repertoar yang dibawakan. Adapun teknik-teknik yang digunakan seperti; headvoice, chest voice, falsetto, vibrato, staccato, coloratura, riff and runs, phrasering, dan cengkok melayu. Setiap repertoar memiliki zaman, genre, teknik, dan tingkat kesulitan yang berbeda-beda, sehingga penting untuk melakukan tinjauan terhadap repertoar sebelum melakukan pertunjukan.
Membangun Identitas Ronggeang Sebagai Musik Melalui Analisis Lagu Sirek-Sirek dan Baburu Babi Kelompok Rantak Saiyo di Nagari Salareh Aia Agam, Sumatera Barat NORA ANGGRAINI; YADE SURAYYA; FAHMI MARH
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 22, No 2 (2020): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Publisher : LPPM Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/ekspresi.v22i2.2249

Abstract

Artikel ini membahas anlisis musik untuk membangun ronggeang sebagai musik pada kelompok Rantak Saiyo di Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Sumatera Barat. Gambaran dari bentuk musik ronggeang disajikan dalam notasi lagu yang dianalisis diantaranya lagu Sirek-sirek dan Baburu babi. Fokus analisis lagu dari motif, ritme, kalimat, akor serta pantun. Bentuk bernyanyi yang dilakukan dalam menyanyikan lagu tersebut adalah transkripsi musik etnis dengan kelimuan musikologi. Sebagai suatu metode memberikan gambaran musik etnis Minangkabau ronggeang. Alasan pilihan lagu Sirek-sirek dan Baburu babi yang dibawakan Rantak Saiyo utnuk dianalisis adalah dikarenakan lagu tersebut yang paling sering dimainkan dalam pertunjukkan ronggeang. Lagu yang sering mengajak penonton ingin terlibat langsung membawakan pantun-pantun secara spontan
Fantasia Andung Ni Si Boruadi ; Perwujudan Tradisi Andung Batak Toba Ke dalam Komposisi Musik Bentuk Fantasia Tiga Bagian (Fantasia Andung Ni Si Boruadi; Embodiment Of The Andung Batak Toba Tradition Into A Three-Part Fantasia Music Composition) Pane, Wulan Puriani Batman Sitorus; Herdianto, Ferry; Anggraini, Nora
Musica: Journal of Music Vol 3, No 2 (2023): MUSICA : JOURNAL OF MUSIC
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/musica.v3i2.3923

Abstract

Andung Ni Si Boruadi  dalam bahasa Batak Toba berarti ratapan seorang gadis adalah sebuah karya komposisi musik  yang berangkat dari reinterpretasi terhadap budaya andung yang ada di masayarakat Batak Toba. Andung adalah nyanyian ratapan seseorang yang murni atau refleks saat sedang berduka. Dalam karya ini, aspek suasana, karakteristik dan teknik andung akan  menjadi ide garapan yang digarap ke dalam sebuah komposisi musik fantasia tiga bagian. Karya  komposisi ini digarap dengan menggunakan metode penciptaan yaitu:  Interpretasi, orkestrasi dan improvisasi. Bagian penting dalam proses penggarapan karya ini terdiri dari ide tema garapan, tangga nada, sistem atonal, teknik pengembangan, motif sulim, motif hasapi dan motif taganing. Komposisi musik Fantasia Andung Ni Si Boruadi digarap ke dalam formasi full orkestra yang dikolaborasikan dengan penggunaan alat musik tradisonal Batak Toba yaitu sulim  ( Seruling) dan pada bagian tertentu, penggarap memunculkan si pangandung (orang yang meratap) untuk menguatkan tema dari Andung  tersebut. Hasil karya komposisi musik ini yaitu musik programa ideational  dengan bentuk fantasia tiga bagian yang diberi judul Fantasia Andung Ni Si Boruadi.ABSTRACTAndung Ni Si Boruadi in the Toba Batak language means a girl's lament is a musical composition that departs from a reinterpretation of the Andung culture in the Toba Batak community. Andung is a pure or reflexive lamentation of someone when they are grieving. In this work, aspects of the atmosphere, characteristics and techniques of andung will be the ideas worked on into a three-part fantasia musical composition. This compositional work was worked on using creative methods, namely: interpretation, orchestration and improvisation. An important part of the process of creating this work consists of the theme ideas, scales, atonal systems, development techniques, sulim motifs, hasapi motifs and taganing motifs. The musical composition Fantasia Andung Ni Si Boruadi was worked on into a full orchestral formation which was collaborated with the use of traditional Toba Batak musical instruments, namely the sulim (flute) and in certain parts, the composers brought out si pandung (people who wail) to strengthen the theme of Andungthe. The result of this musical composition is ideational programmatic music in the form of a three-part fantasia entitled Fantasia Andung Ni Si Boruadi.
Nyanyian Kromong : Komposisi Musik Dua Bagian (Nyanyian Kromong : Two Part Musical Composition) Nurbaiti, Eliza; Sidik, Hadaci; Anggraini, Nora
Musica: Journal of Music Vol 3, No 1 (2023): MUSICA : JOURNAL OF MUSIC
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/musica.v3i1.2848

Abstract

ABSTRAK Kromong adalah salah satu instrumen musik tradisional dan kesenian yang berada didaerah Setangguk Remas, desa Mandiangin Tuo, Kecamatan Mandiangin, Provinsi Jambi. Kromong memiliki idiom musik yang unik dan menarik untuk dikembangkan sebagai ide musikal dalam penciptaan komposisi musik baru. Kromong ditampilkan bersamaan dengan gong, dan gendang pada acara adat penyambutan dan kedatangan keluarga kerajaan serta para pejabat pemerintahan. Dimainkan juga pada ritual acara perkawinan, khitan, dan pengiring tari kain kromong dan serta acara kesenian lainnya. Dari salah satu potongan ritme dan melodi yang dimainkan oleh kromong pada ritual acara perkawinan, dan pengiring tari kain kromong diambil sebagai dasar terciptanya sebuah tematik komposisi musik baru yang digarap ke dalam format orkestra dengan bentuk dua bagian. Komposisi ini digarap melalui identifikasi, eksplorasi, dan eksperimentasi terhadap unsur-unsur musikal, sehingga menjadi musikal baru.Kata kunci: Kromong; komposisi; dua bagianABSTRACTKromong is one of the traditional musical instruments and arts located in Setangguk Remas area, Mandiangin Tuo village, Mandiangin district, Jambi province. Kromong has a unique and interesting musical idiom to develop as a musical idea in creating new musical compositions. Kromong is displayed along with gongs and drums during traditional welcome and arrival ceremonies by the royal family and government officials. It is also played during wedding ceremonies, circumcision ceremonies and accompanies the kromong cloth dance and other artistic events. From one of the rhythms and melodies of the kromong played at the wedding ceremony, and the accompaniment of the kromong dance was taken as the basis to create a new thematic musical piece elaborately orchestrated in the form of an orchestra. the form of two pieces of music. This composition is made possible through the identification, discovery and experimentation of musical elements, so that it becomes a new musical.Keywords:  : Kromong; composition; two parts  
Penanganan Rembesan dan Perkuatan Tanah Menggunakan Metode Insitu Test (Pressure Meter Test) Studi Kasus : Proyek Bendungan Margatiga Nora Anggraini; Endro Prasetyo Wahono; Dyah Indriana Kusumastuti
Jurnal Sipil Terapan Vol. 2 No. 2 (2024): November : Jurnal Sipil Terapan
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58169/jusit.v2i2.434

Abstract

The bearing capacity of the soil is the support of the foundation, where the foundation transmits the loads derived from the weight of the building itself and the loads acting on the building to the surrounding soil. The purpose of this paper is to determine the handling of seepage and soil reinforcement needed in the case study of the Margatiga Dam Project, East Lampung. Based on the results of geological investigations, the Margatiga Dam is composed of a quarter-aged rock layer with a fragment composition of fine sand - gravel, with a soft - hard hardness level and the need for foundation repair. Based on the lithological conditions of the Margatiga Dam Extraction Gate foundation and the Spillway building which are composed of relatively deep and quite porous alluvial sand deposits, this causes the curtain grouting results to be ineffective, therefore it is necessary to change the seepage control design from the Grouting Curtain to the boundary wall. Based on the simulation check in Plaxis Software for Seepage and Excavation Staging, processing was carried out using Secant Pile and Soldier Pile with a depth of 30 meters with a stretch of 140 m and overlapping with Curtain Grouting of Embankment Dam on the left side and 5 m right side. Field PMT results showed that the maximum stress of the rock layer under the spillway foundation was 0.016 MPa and 0.630 MPa.
Tambua Tansa Performance Form By Sanggar Shimpony Badantiang In Nagari Lubuk Basung, West Sumatera Fikratul, Nesa Ulya; Anggraini, Nora; Munafri, Sastra
Scoring: Journal of Film Music Vol 2, No 2 (2024): Scoring Jurnal of Film Music
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/scoring.v2i2.4895

Abstract

Tambua Tansa is a Minangkabau tradition passed down from generation to generation in West Sumatra. One area that still pays attention to the existence of Tambua Tansa is Lubuk Basung, under Sanggar Shimpony Badantiang, founded by Marisha Isman in 2012. The focus of this research is on the form of Tambua Tansa performance developed by Sanggar Shimpony Badantiang, as well as the existence of this studio in Nagari Lubuk Basung. This research uses qualitative research methods, using a theoretical approach to performance forms and existence theory as supporting theories in examining the existence of Sanggar Shimpony Badantiang. The characteristics of the Tambua Tansa game use simple musical motifs which are then developed into songs. The songs that are often played in performances are divided into two songs, namely; Pangka Matam and Atam Panjang. The existence of Sanggar Shimpony Badantiang has been able to be maintained until now due to good organizational governance as well as creativity and innovation carried out by artists.
The Existence Of Wessa (West Sumatra Sound Aesthetic) Community In Padang City Ahlan, Wahyudi; Anggraini, Nora; Kustilo, Anton
Scoring: Journal of Film Music Vol 1, No 1 (2023): Scoring Jurnal of Film Musik
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/scoring.v1i1.3401

Abstract

Komunitas WESSA (West Sumatera Sound Aesthetic) merupakan komunitas indepeden yang bergerak dibidang seni dan budaya. Nama komunitas West Sumatera Sound Aesthetic diambil dari bahasa inggris yang berarti “Estetika Bunyi Sumatera Barat”. Data yang diperoleh antara lain rekaman wawancara, foto, video pertunjukan dan dokumen pribadi Komunitas West Sumatera Sound Aesthetic. Analisis data yang digunakan melalui 3 cara yaitu: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) dan pemeriksaan keabsahan data menggunakan metode triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, disimpulkan bahwa eksistensi komunitas WESSA (West Sumatera Sound Aesthetic) dapat terbentuk dan masih terjaga sampai sekarang dikarenakan proses kreativitas dan inovasi yang dihadirkan komunitas WESSA untuk melestarikan dan mengembangakan musik di Sumatera Barat. Komunitas ini mampu memberikan social value (nilai sosial) dengan menciptakan wadah bagi seniman serta pertunjukannya dapat dinikmati oleh masyarakat.Kata Kunci : Eksistensi; Kreatifitas; Musik   ABSTRACT WESSA Community (West Sumatra Sound Aesthetic) is an indepedent community engaged with art and culture. The name of the West Sumatera Sound Aesthetic community it means the aesthetic of West Sumatera Sounds. The data obtained include recordings of interviews, photos, performances videos and personal documents of the West Sumatra Sound Aesthetic Community. Data analysis is used in 3 ways, namely: (1) data collection, (2) data reduction, (3) and validation of data using the triangulation method. Based on results of this research, it concluded that the existence of the WESSA (West Sumatra Sound Aesthetic) community can be formed and it’s still maintained until today due to the process of creativity and innovation presented by the WESSA community to preserve and develop music in West Sumatera. This community is able to provide social value by creating a space for artists and the performances that can be served and enjoyed by the publics.Keywords : Existence; Creativity; Music