Teaching Factory di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara keterampilan yang diajarkan di sekolah dan tuntutan Dunia Usaha/Dunia Industri (DUDI), khususnya di tengah perkembangan Revolusi Industri 4.0. Model pembelajaran berbasis industri ini memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk terlibat dalam proses produksi nyata, yang memungkinkan mereka mengembangkan keterampilan teknis (hard skills) dan non-teknis (soft skills) yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas Teaching Factory dalam meningkatkan kompetensi siswa SMK dan menganalisis faktor-faktor pendukung serta tantangan yang memengaruhi keberhasilannya. Menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR) berdasarkan pedoman PRISMA, penelitian ini meninjau berbagai literatur yang berfokus pada penerapan Teaching Factory di SMK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Teaching Factory efektif dalam meningkatkan keterampilan teknis siswa, keterampilan interpersonal seperti komunikasi dan kerja tim, serta jiwa kewirausahaan melalui praktik langsung dalam lingkungan kerja industri. Keberhasilan implementasi ini didukung oleh beberapa faktor penting, antara lain infrastruktur yang sesuai standar industri, kemitraan yang kuat dengan DUDI, dan kompetensi guru yang memiliki pengalaman industri. Namun, tantangan utama meliputi keterbatasan fasilitas di beberapa SMK, keterbatasan waktu praktik yang ideal untuk kegiatan industri, serta kurangnya akses terhadap mitra industri di wilayah yang terpencil. Penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk mencapai keberhasilan maksimal, Teaching Factory memerlukan dukungan sumber daya yang memadai, peningkatan kompetensi guru, serta kolaborasi yang berkelanjutan dengan industri. Temuan ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan kebijakan pendidikan vokasional di Indonesia agar lulusan SMK lebih siap dan kompetitif dalam menghadapi dunia kerja yang dinamis