Khairil Armal
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi, Jl. Jenderal Sudirman PO BOX 1 Bukittinggi

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

DAMPAK PENGGUNAAN OBAT BERPOTENSI HEPATOTOKSIK TERHADAP LUARAN KLINIS PADA PASIEN SIROSIS HATI Efmisa, Ariesta Kirana; Rosi, Devahimer Harsep; Farnandi, Rido; Rahmi, Azimatur; Deswati, Deswati; Armal, Khairil
JURNAL FARMASI DAN MAKANAN Vol 7 No 2 (2024): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/jops.v7i2.4719

Abstract

Liver cirrhosis is a pathological liver disease characterized by the formation of fibrous tissue and regenerative nodules in liver cells. The potential for hepatotoxicity due to the use of hepatotoxic drugs leads to worsening of the liver disease suffered by these patients. This study aims to assess the impact of using potentially hepatotoxic drugs on patients' clinical outcomes. This study was an observational study with a cross-sectional design. Data were collected retrospectively through the medical records of patients with liver cirrhosis hospitalized in 2021. The clinical outcomes studied were SGOT, SGPT, albumin, total bilirubin and length of hospitalization. The results obtained were tested using the Kruskal-Wallis statistical test. A total of 62 patients with liver cirrhosis met the inclusion criteria as the study sample. The number of potentially hepatotoxic drug prescriptions received by patients based on Likelihood scores with categories A, B, C, D and E was 368 drugs out of 776 total drug prescriptions (47.4%). The most commonly prescribed potentially hepatotoxic drugs were paracetamol, ceftriaxon, and levofloxacin. It can be concluded that potentially hepatotoxic drugs are still prescribed to patients with liver cirrhosis. Age, gender, child pugh-score, number of drugs, and number of potentially hepatotoxic drugs had no significant effect (p>0.1) on SGOT, SGPT, albumin and total bilirubin. However, patients who received more drugs would have a higher.
INJECTED CITICOLINE IMPROVES IMPAIRMENT AND DISABILITY DURING ACUTE PHASE TREATMENT IN ISCHEMIC STROKE PATIENTS Wahyudi, Rino; Hasmono, Didik; Fitrina, Ruhaya; Armal, Khairil
Folia Medica Indonesiana Vol. 51 No. 4 (2015): Oktober - December 2015
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.922 KB) | DOI: 10.20473/fmi.v51i4.2854

Abstract

Treatment strategy of ischemic stroke is to reduce the extent of the damage and rescue neurons from death in the early days of ischemic events. Recombinant Tissue-Plasminogen Activator (r-TPA) is the only recommended therapy, but their use is very limited. Citicoline is a neuroprotectant with a therapeutic effect on several stages of the ischemic cascade. However, its use is still being debated. The purpose of this study was to analyze the use of supplementation citicoline injection in patients with acute ischemic stroke in relations to differences in changes in the level of interference (impairment), rate limitation (disability) and the level of obstruction (handicap) between the group receiving supplementation of citicoline injection 2x500 mg iv and the group without supplementation during acute phase treatment. This study was a prospective cohort study using experimental design in patients with acute ischemic stroke who met the inclusion and exclusion criteria with or without supplementation citicoline between January - April 2015 in the National Stroke Hospital, Bukittinggi. Rate of interference was assessed with NIHSS, level of limitations with Barthel Index, and level of obstruction with modified Rankin Scale. Assessment was done 2 times, before and after the treatment. Statistical methods used in this study were Wilcoxon signed rank test, paired T-test and Mann-Whitney test. This study was conducted on 50 subjects divided into 2 groups, a control group without supplementation and group treated with injected citicoline of 2x500 mg iv. Demographic and baseline characteristics did not differ between groups. There were differences in level of interference changes. Mean decrease in control group was 0.96 ± 1.74 NIHSS, while that in treatment group was 2.84 ± 1.46 NIHSS (p <0.05). There were differences in changes in the level of limitations. Mean increase of Barthel Index in control group 9.60 ± 11.17 and in treatment group 20.40 ± 13.99 (p <0.05). However, changes in the level obstacle showed no difference. In conclusion, citicoline injection supplementation in patients with ischemic stroke during acute phase treatment showed improvement differences in changes in the level of distraction (impairment) and the rate limitations (disability), but showed no difference in changes in the level of obstruction (handycaps).
ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KEFARMASIAN DI UNIT RAWAT JALAN DAN INAP RUMAH SAKIT X KOTA PEKANBARU Octavia, Rickha; Armal, Khairil; Rahayu, Adnin; Otilia, Alisa; Rahmidasari, Annisa; Putri, Atika; Putra, Fariz; Lestari, Indah; Dwi, Kurnia; Romadhon, Laili; Lismarianti, Lismarianti; Mayang, Rapi; Zahira, Rifka; Aulia, Zulikho; Agustini, Tiara Tri; Iskandar, Benni
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.43999

Abstract

Sumber daya manusia adalah hal yang terpenting dalam menjalankan dinamika organisasi untuk mencapai visi dan misi. Maka dari itu, perlu ditetapkan SDM yang diatur  optimal untuk dapat menyumbangkan peran yang maksimal. Dengan hal ini, dibutuhkan suatu pengaturan yang terstruktur dan sistematis supaya tujuan yang sudah dibuat dapat diwujudkan di masa yang akan datang dan masa kini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahi kebutuhan SDM di rawat jalan dan rawat inap interne di instalasi farmasi rumah sakit X. Penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental melalui penghimpunan data dengan retrospektif menggunakan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN). Hasil analisis kebutuhan tenaga kefarmasian dengan metode WISN di rawat inap dibutuhkan 5 orang Apoteker dan 6 orang Tenaga Teknis Kefarmasian sementara yang tersedia di RS X hanya 2 Apoteker dan 7 orang Tenaga Teknis Kefarmasian. Kemudian untuk di rawat jalan dibutuhkan 2 orang Apoteker dan 6 orang Tenaga Teknis Kefarmasian sementara yang tersedia di RS X adalah 1 Apoteker dan 10 orang Tenaga Teknis Kefarmasian. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tenaga apoteker di rawat inap dan apoteker rawat jalan belum memenuhi kebutuhan RS X. Sedangkan tenaga teknis Kefarmasian yang ada di apotek rawat jalan dan rawat inap sudah memenuhi kebutuhan sesuai dengan hasil perhitungan WISN. Oleh sebab itu, perlu adanya penambahan dan evaluasi secara berkala terkait kebutuhan tenaga kefarmasian karena kebutuhan Apoteker di rawat inap dan apoteker rawat jalan belum memenuhi kebutuhan. Hal ini sesuai dengan Permenkes No 3 Tahun 2020 mengenai kebutuhan apoteker dan tenaga teknis kefrmasian di Rumah sakit.
TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA BPJS KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI Anida, Niki; Armal, Khairil; Farnandi, Rido
Journal of Science and Clinical Pharmacy Research Vol. 1 No. 1 (2025): February 2025
Publisher : LPPM Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kepuasan pasien merupakan keluaran “outcome” layanan kesehatan tentang peningkatan kualitas layanan kesehatan. Kepuasan pasien diartikan sebagai suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya. Badan penyelenggara jaminan sosial atau yang lebih dikenal dengan BPJS merupakan sebuah badan hukum untuk menyelenggarakan program jaminan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Instalasi farmasi adalah unit pelaksanaan fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman dan efektif di Rumah Sakit secara keseluruhan.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode sampling probabilitas, penelitian dilakukan dengan jumlah sampel 100 responden dan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur dimana responden diminta untuk mengisi kuesioner adalah pasien rawat jalan peserta BPJS kesehatan..Tingkat kepuasan pasien rawat jalan peserta BPJS terhadap pelayanan kesehatan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi ketanggapan 80,8% (Puas), kehandalan 80,6% (Puas), kepastian 80,2% (Puas), empati 80,6% (Puas)dan bukti langsung 84,4% (Sangat Puas) dengan tingkat kepuasan rata-rata adalah 81,12% dan termasuk dalam kategori sangat puas. Uji karakteristik responden yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak mempengaruhi tingkat kepuasan pasien rawat jalan peserta BPJS kesehatan terhadap pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi. Kata kunci: Kepuasan Pasien, BPJS Kesehatan, Instalasi Farmasi
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DENGAN RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK NUSANTARA KOTA BUKITTINGGI Puti Munyati Thahirah; Devahimer Harsep Rosi; Armal, Khairil
Journal of Science and Clinical Pharmacy Research Vol. 1 No. 1 (2025): February 2025
Publisher : LPPM Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1144/jscpr.v1i1.261

Abstract

Tingkat ketidakrasionalan masyarakat dalam melakukan swamedikasi cukup tinggi. Tingginya prevalensi penggunaan obat yang tidak rasional pada swamedikasi menyebabkan jumlah masyarakat yang tidak mendapatkan perawatan dengan bantuan tenaga kesehatan sebesar 68,9%. Ketidak rasionalan pengobatan ini dapat terjadi karena kurangnya tingkat pengetahuan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan pasien dengan penggunaan obat swamedikasi batuk di Apotek Nusantara Kota Bukittinggi. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Populasi pasien swamedikasi batuk pada bulan September 2024, teknik sampling yang digunakan adalah teknik purpose sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dengan jumlah sampel yaitu 50 pasien. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner. Uji Statistik menggunakan uji chi-square. Dari penelitian disimpulkan tingkat pengetahuan pasien Apotek Nusantara Kota Bukittinggi memiliki kategori Baik. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan rasionalitas penggunaan obat batuk di Apotek Nusantara Kota Bukittinggi. Dengan hasil uji statistik tingkat pengetahuan pasien didapat p value 0,00 < 0,05 dan terdapat hubungan tingkat pengetahuan pasien dengan rasionalitas penggunaan obat batuk di Apotek Nusantara Kota Bukittinggi. Kata kunci : Swamedikasi, Batuk, Rasionalitas, Pengetahuan
HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS RASIMAH AHMAD KOTA BUKITTINGGI: The Relationship Between Drug Information Services and the Level of Patient Compliance in the Use of Antibiotics at the Rasimah Ahmad Health Center in Bukittinggi City Azqiya, Maharani; Armal, Khairil; Afriani, Tika
Journal of Science and Clinical Pharmacy Research Vol. 1 No. 1 (2025): February 2025
Publisher : LPPM Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1144/jscpr.v1i1.275

Abstract

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pelayanan informasi obat terhadap kepatuhan penggunaan antibiotik di Puskesmas Rasimah Ahmad. Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan penelitian korelatif dengan cara mengukur dua variabel. Hasil uji analisa univariat menunjukkan yang mengkonsumsi antibiotik terbanyak pada usia 17-25 tahun sebanyak 19 responden dengan persentase (38,0%), jenis kelamin perempuan 28 responden dengan persentase (56,0%), pekerjaan sebagai pelajar 19 responden dengan persentase (38,0%), jenis penyakit adalah demam sebanyak 28 responden dengan persentase (56,0%), jenis antibiotik yang dikonsumsi adalah amoxicillin sebanyak 39 responden dengan persentase (78,0%). Tingkat kepatuhan penggunaan antibiotik di Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi tergolong baik, diketahui bahwa dari 50 responden didapatkan 28 responden tergolong patuh dengan persentase (56,0%) lebih dari separuh responden tergolong patuh dalam penggunaan antibiotik. Hasil bivariate menggunakan hasil uji Chi-Square menunjukkan hasil p-value sebesar 0,007 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan signifikan antara pelayanan informasi obat terhadap tingkat kepatuhan dalam penggunaan antibiotik di Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi. Kata kunci : pelayanan informasi obat (PIO), kepatuhan, antibiotik.