Khairil Armal
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi, Jl. Jenderal Sudirman PO BOX 1 Bukittinggi

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

DAMPAK PENGGUNAAN OBAT BERPOTENSI HEPATOTOKSIK TERHADAP LUARAN KLINIS PADA PASIEN SIROSIS HATI Efmisa, Ariesta Kirana; Rosi, Devahimer Harsep; Farnandi, Rido; Rahmi, Azimatur; Deswati, Deswati; Armal, Khairil
JURNAL FARMASI DAN MAKANAN Vol 7 No 2 (2024): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/jops.v7i2.4719

Abstract

Liver cirrhosis is a pathological liver disease characterized by the formation of fibrous tissue and regenerative nodules in liver cells. The potential for hepatotoxicity due to the use of hepatotoxic drugs leads to worsening of the liver disease suffered by these patients. This study aims to assess the impact of using potentially hepatotoxic drugs on patients' clinical outcomes. This study was an observational study with a cross-sectional design. Data were collected retrospectively through the medical records of patients with liver cirrhosis hospitalized in 2021. The clinical outcomes studied were SGOT, SGPT, albumin, total bilirubin and length of hospitalization. The results obtained were tested using the Kruskal-Wallis statistical test. A total of 62 patients with liver cirrhosis met the inclusion criteria as the study sample. The number of potentially hepatotoxic drug prescriptions received by patients based on Likelihood scores with categories A, B, C, D and E was 368 drugs out of 776 total drug prescriptions (47.4%). The most commonly prescribed potentially hepatotoxic drugs were paracetamol, ceftriaxon, and levofloxacin. It can be concluded that potentially hepatotoxic drugs are still prescribed to patients with liver cirrhosis. Age, gender, child pugh-score, number of drugs, and number of potentially hepatotoxic drugs had no significant effect (p>0.1) on SGOT, SGPT, albumin and total bilirubin. However, patients who received more drugs would have a higher.
INJECTED CITICOLINE IMPROVES IMPAIRMENT AND DISABILITY DURING ACUTE PHASE TREATMENT IN ISCHEMIC STROKE PATIENTS Wahyudi, Rino; Hasmono, Didik; Fitrina, Ruhaya; Armal, Khairil
Folia Medica Indonesiana Vol. 51 No. 4 (2015): Oktober - December 2015
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.922 KB) | DOI: 10.20473/fmi.v51i4.2854

Abstract

Treatment strategy of ischemic stroke is to reduce the extent of the damage and rescue neurons from death in the early days of ischemic events. Recombinant Tissue-Plasminogen Activator (r-TPA) is the only recommended therapy, but their use is very limited. Citicoline is a neuroprotectant with a therapeutic effect on several stages of the ischemic cascade. However, its use is still being debated. The purpose of this study was to analyze the use of supplementation citicoline injection in patients with acute ischemic stroke in relations to differences in changes in the level of interference (impairment), rate limitation (disability) and the level of obstruction (handicap) between the group receiving supplementation of citicoline injection 2x500 mg iv and the group without supplementation during acute phase treatment. This study was a prospective cohort study using experimental design in patients with acute ischemic stroke who met the inclusion and exclusion criteria with or without supplementation citicoline between January - April 2015 in the National Stroke Hospital, Bukittinggi. Rate of interference was assessed with NIHSS, level of limitations with Barthel Index, and level of obstruction with modified Rankin Scale. Assessment was done 2 times, before and after the treatment. Statistical methods used in this study were Wilcoxon signed rank test, paired T-test and Mann-Whitney test. This study was conducted on 50 subjects divided into 2 groups, a control group without supplementation and group treated with injected citicoline of 2x500 mg iv. Demographic and baseline characteristics did not differ between groups. There were differences in level of interference changes. Mean decrease in control group was 0.96 ± 1.74 NIHSS, while that in treatment group was 2.84 ± 1.46 NIHSS (p <0.05). There were differences in changes in the level of limitations. Mean increase of Barthel Index in control group 9.60 ± 11.17 and in treatment group 20.40 ± 13.99 (p <0.05). However, changes in the level obstacle showed no difference. In conclusion, citicoline injection supplementation in patients with ischemic stroke during acute phase treatment showed improvement differences in changes in the level of distraction (impairment) and the rate limitations (disability), but showed no difference in changes in the level of obstruction (handycaps).
ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KEFARMASIAN DI UNIT RAWAT JALAN DAN INAP RUMAH SAKIT X KOTA PEKANBARU Octavia, Rickha; Armal, Khairil; Rahayu, Adnin; Otilia, Alisa; Rahmidasari, Annisa; Putri, Atika; Putra, Fariz; Lestari, Indah; Dwi, Kurnia; Romadhon, Laili; Lismarianti, Lismarianti; Mayang, Rapi; Zahira, Rifka; Aulia, Zulikho; Agustini, Tiara Tri; Iskandar, Benni
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.43999

Abstract

Sumber daya manusia adalah hal yang terpenting dalam menjalankan dinamika organisasi untuk mencapai visi dan misi. Maka dari itu, perlu ditetapkan SDM yang diatur  optimal untuk dapat menyumbangkan peran yang maksimal. Dengan hal ini, dibutuhkan suatu pengaturan yang terstruktur dan sistematis supaya tujuan yang sudah dibuat dapat diwujudkan di masa yang akan datang dan masa kini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahi kebutuhan SDM di rawat jalan dan rawat inap interne di instalasi farmasi rumah sakit X. Penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental melalui penghimpunan data dengan retrospektif menggunakan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN). Hasil analisis kebutuhan tenaga kefarmasian dengan metode WISN di rawat inap dibutuhkan 5 orang Apoteker dan 6 orang Tenaga Teknis Kefarmasian sementara yang tersedia di RS X hanya 2 Apoteker dan 7 orang Tenaga Teknis Kefarmasian. Kemudian untuk di rawat jalan dibutuhkan 2 orang Apoteker dan 6 orang Tenaga Teknis Kefarmasian sementara yang tersedia di RS X adalah 1 Apoteker dan 10 orang Tenaga Teknis Kefarmasian. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tenaga apoteker di rawat inap dan apoteker rawat jalan belum memenuhi kebutuhan RS X. Sedangkan tenaga teknis Kefarmasian yang ada di apotek rawat jalan dan rawat inap sudah memenuhi kebutuhan sesuai dengan hasil perhitungan WISN. Oleh sebab itu, perlu adanya penambahan dan evaluasi secara berkala terkait kebutuhan tenaga kefarmasian karena kebutuhan Apoteker di rawat inap dan apoteker rawat jalan belum memenuhi kebutuhan. Hal ini sesuai dengan Permenkes No 3 Tahun 2020 mengenai kebutuhan apoteker dan tenaga teknis kefrmasian di Rumah sakit.
TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA BPJS KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI Anida, Niki; Armal, Khairil; Farnandi, Rido
Journal of Science and Clinical Pharmacy Research Vol. 1 No. 1 (2025): February 2025
Publisher : LPPM Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kepuasan pasien merupakan keluaran “outcome” layanan kesehatan tentang peningkatan kualitas layanan kesehatan. Kepuasan pasien diartikan sebagai suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya. Badan penyelenggara jaminan sosial atau yang lebih dikenal dengan BPJS merupakan sebuah badan hukum untuk menyelenggarakan program jaminan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Instalasi farmasi adalah unit pelaksanaan fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman dan efektif di Rumah Sakit secara keseluruhan.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode sampling probabilitas, penelitian dilakukan dengan jumlah sampel 100 responden dan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur dimana responden diminta untuk mengisi kuesioner adalah pasien rawat jalan peserta BPJS kesehatan..Tingkat kepuasan pasien rawat jalan peserta BPJS terhadap pelayanan kesehatan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi ketanggapan 80,8% (Puas), kehandalan 80,6% (Puas), kepastian 80,2% (Puas), empati 80,6% (Puas)dan bukti langsung 84,4% (Sangat Puas) dengan tingkat kepuasan rata-rata adalah 81,12% dan termasuk dalam kategori sangat puas. Uji karakteristik responden yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak mempengaruhi tingkat kepuasan pasien rawat jalan peserta BPJS kesehatan terhadap pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi. Kata kunci: Kepuasan Pasien, BPJS Kesehatan, Instalasi Farmasi
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DENGAN RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK NUSANTARA KOTA BUKITTINGGI Puti Munyati Thahirah; Devahimer Harsep Rosi; Armal, Khairil
Journal of Science and Clinical Pharmacy Research Vol. 1 No. 1 (2025): February 2025
Publisher : LPPM Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1144/jscpr.v1i1.261

Abstract

Tingkat ketidakrasionalan masyarakat dalam melakukan swamedikasi cukup tinggi. Tingginya prevalensi penggunaan obat yang tidak rasional pada swamedikasi menyebabkan jumlah masyarakat yang tidak mendapatkan perawatan dengan bantuan tenaga kesehatan sebesar 68,9%. Ketidak rasionalan pengobatan ini dapat terjadi karena kurangnya tingkat pengetahuan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan pasien dengan penggunaan obat swamedikasi batuk di Apotek Nusantara Kota Bukittinggi. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Populasi pasien swamedikasi batuk pada bulan September 2024, teknik sampling yang digunakan adalah teknik purpose sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dengan jumlah sampel yaitu 50 pasien. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner. Uji Statistik menggunakan uji chi-square. Dari penelitian disimpulkan tingkat pengetahuan pasien Apotek Nusantara Kota Bukittinggi memiliki kategori Baik. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan rasionalitas penggunaan obat batuk di Apotek Nusantara Kota Bukittinggi. Dengan hasil uji statistik tingkat pengetahuan pasien didapat p value 0,00 < 0,05 dan terdapat hubungan tingkat pengetahuan pasien dengan rasionalitas penggunaan obat batuk di Apotek Nusantara Kota Bukittinggi. Kata kunci : Swamedikasi, Batuk, Rasionalitas, Pengetahuan
HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS RASIMAH AHMAD KOTA BUKITTINGGI: The Relationship Between Drug Information Services and the Level of Patient Compliance in the Use of Antibiotics at the Rasimah Ahmad Health Center in Bukittinggi City Azqiya, Maharani; Armal, Khairil; Afriani, Tika
Journal of Science and Clinical Pharmacy Research Vol. 1 No. 1 (2025): February 2025
Publisher : LPPM Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1144/jscpr.v1i1.275

Abstract

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pelayanan informasi obat terhadap kepatuhan penggunaan antibiotik di Puskesmas Rasimah Ahmad. Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan penelitian korelatif dengan cara mengukur dua variabel. Hasil uji analisa univariat menunjukkan yang mengkonsumsi antibiotik terbanyak pada usia 17-25 tahun sebanyak 19 responden dengan persentase (38,0%), jenis kelamin perempuan 28 responden dengan persentase (56,0%), pekerjaan sebagai pelajar 19 responden dengan persentase (38,0%), jenis penyakit adalah demam sebanyak 28 responden dengan persentase (56,0%), jenis antibiotik yang dikonsumsi adalah amoxicillin sebanyak 39 responden dengan persentase (78,0%). Tingkat kepatuhan penggunaan antibiotik di Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi tergolong baik, diketahui bahwa dari 50 responden didapatkan 28 responden tergolong patuh dengan persentase (56,0%) lebih dari separuh responden tergolong patuh dalam penggunaan antibiotik. Hasil bivariate menggunakan hasil uji Chi-Square menunjukkan hasil p-value sebesar 0,007 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan signifikan antara pelayanan informasi obat terhadap tingkat kepatuhan dalam penggunaan antibiotik di Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi. Kata kunci : pelayanan informasi obat (PIO), kepatuhan, antibiotik.
Alur Pelayanan dan Waktu Tunggu Apotek Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit Otak Drs. Dr Muhammad Hatta Bukittinggi Dewi, Ratna Sari; Armal, Khairil; Vasmawati, Della; K, Della Yunita Sary.; Anggraini, Dhiva; Safitri, Elsa; Sari, Fatwa Aulia; Aprilia, Indri; Fazira, Intan; Novrianti, Nisa; Pramudita, Risa; Yunelva, Rinda; Alamin, Silmy Anugra Tillah; Nabilla, Yoanita
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 3 (2025): Desember
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berperan penting dalam menjamin efektivitas dan keamanan terapi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan alur pelayanan dan mengevaluasi waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit Otak DR. Drs. M. Hatta Bukittinggi. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan observasional, dilakukan melalui pengamatan langsung selama dua hari kerja. Data waktu tunggu diperoleh dari pencatatan waktu mulai penerimaan resep hingga penyerahan obat kepada pasien, baik untuk resep non racikan maupun racikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata waktu pelayanan resep non racikan di rawat jalan dan apotek rawat inap masih berada dalam standar pelayanan kefarmasian yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu ≤30 menit untuk resep non racikan dan ≤60 menit untuk resep racikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelayanan kefarmasian di RSOMH telah berjalan efektif dan sesuai standar mutu.
PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN COVID-19 DI SELURUH PUSKESMAS KOTA BUKITTINGGI Mega Yulia; Luthfi, Fakhri; Armal, Khairil
Jurnal Pharmacopoeia Vol 2 No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33088/jp.v2i1.375

Abstract

Bukittinggi is a city in the province of West Sumatera with a population of 121,028 people. From this large population, it is predicted that the need for vaccines is very large. For this reason, the role of health service facilities in terms of handling vaccines is urgently needed, especially in terms of vaccine storage so that vaccine quality can be maintained. This research is a descriptive study using a checklist which aims to find out whether the storage of the covid-19 vaccine in Bukittinggi City complies with the standards for storing the covid-19 vaccine. From the research conducted, it can be concluded that the suitability of the requirements for facilities and infrastructure is categorized as very good for all Puskesmas in Bukittinggi City with a percentage range of 86.66% -93.33%. Sari, Mandiangin Health Center, Plus Mandiangin Health Center, Gulai Bancah Health Center and Tigo Baleh Health Center with a percentage range of 89.47% -84.21%. The Guguk Panjang Health Center is categorized as good with a percentage of 78.94%. Meanwhile, the suitability of vaccine management requirements is categorized as very good for all health centers in Bukittinggi City with a percentage range of 92.85% -100%.
Relationship between Patient Knowledge and Attitude Level in the Use of Antibiotic at Tanjung Paku Community Health Center Solok City: Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien dalam Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Armal, Khairil; Azkia, Nisa; Afriani, Tika
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol. 6 No. 2 (2023): Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/idjpcr.v6i2.13711

Abstract

Low levels of knowledge about the proper use of antibiotics can lead to incorrect usage, which raises the possibility of antibiotic side effects. The goal of this study is to evaluate patient attitudes and knowledge regarding the use of antibiotics at the community health center in Tanjung Paku Solok City. A questionnaire acted as the data collection tool in a cross-sectional study with a descriptive approach and accidental sampling as the sample process. 60 patients who met the inclusion criteria were included in the sample. The Chi Square test, partial T test, simultaneous F test, and multiple linear regression test were used to examine the results. The results revealed that in good category for knowledge is 57 people (95%), in enough category is 3 people (5%), and there is no one in less category. While the results for good category in attitude is 48 people (80%), in enough category is 12 people (20%) and there is no one in less category. It can be stated that the patients of community health center in Tanjung Paku Solok City has knowledge and attitude category in the use of antibiotic is good. The results of the analysis between knowledge and attitude is having a significant relationship (Sig. = 0.039) but has less influence value, and there is no relationship between variables with the sociodemography (age, gender, lastest education, and occupation). And respondent achievement level (TCR) showed that 80% were good at knowledge statements and 70% were good at attitude statements.