Claim Missing Document
Check
Articles

PENETAPAN KADARNATRIUM(Na)dan KALIUM (K)PADA DAGING SAPI SEGAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nofita Nofita
Jurnal Analis Farmasi Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v5i1.3978

Abstract

Daging sapi merupakan salah satu sumber Na dan K, ketidakseimbangan Na dan K berperan pada kenaikkan tekanan darah (Hipertensi). Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen terhambat sampai kejaringanyang membutuhkannya. Konsumsi Na dan K dibatasi2400 mg perhari. Pemotongan daging sapi dapat dibedakan dari bagian paha belakang, paha depan, has dalam dan has luar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa kadar Na dan K pada beberapa bagian daging sapi. Penetapan kadar Na dan K pada daging sapi dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom Shimadzu AA-7000, untuk Na dilakukan penetapan kadar pada panjang gelombang Na 589,0 nm dan diperoleh persamaan regresi Y= 0,8147x+ 0,1475 dengan koefisien korelasi r = 0,9993. Penetapan kadar K pada panjang gelombang 766,5 nm dan diperoleh persamaan regresi Y = 0,3520 x-0,0086 dengan koefisien korelasi r = 0,9997. Kadar rata-rata Kpada sampel HD 266,30 mg/100g, PB 293,25 mg/100g, PD 298,21 mg/100g dan HL 302,94 mg/100g dan untuk kadar rata-rata Na sampel HD 88,84 mg/100g, PB 107,55 mg/100g, PD 95,13 mg/100g dan HL 90,80 mg/100g. sehingga dapat disimpulkan sampel bagian PB memiliki kadar Na lebih dari 93 mg dan kadar Kdiperoleh kadar dibawah 378 mg sehingga tidak memenuhi syarat yaitu setiap 100 g daging sapi mengandung Na kurang dari 93 mg dan K lebih dari 378 mg.Kata kunci :Daging Sapi, Natrium, Kalium, Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
IDENTIFIKASI VITAMIN B1 PADA JAMU PENGUAT TUBUH YANG BEREDAR DI BANDAR JAYA SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Nofita Nofita; Niken Feladita
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 4 (2017): Volume 2 Nomor 4
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.347 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i4.2140

Abstract

Pengobatan tradisional merupakan upaya yang diselenggarakan dengan cara tradisional untuk meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative). Pengobatan tradisional yang masih banyak diminati masyarakat adalah dengan meminum jamu. Salah satunya, jamu penguat tubuh. Jamu penguat tubuh biasanya diindikasikan untuk memelihara stamina kesehatan, atau daya tahan tubuh, serta menyegarkan badan. Agar produk yang dihasilkan dapat laku dengan keras dalam persaingan, perdagangan suatu industri obat tradisional mungkin menambahkan bahan kimia obat vitamin B1 dalam jamu penguat tubuh, karena akan memberikan efek yang lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya vitamin B1 yang terdapat dalam jamu yang beredar di daerah Bandar Jaya. Penelitian dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) karena metode ini memberikan fleksiblitas yang lebih besar dalam pemilihan fase gerak,memerlukan waktu yang relatif singkat, mudah dilakukan dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah. KLT merupakan proses pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan kepolarannya, penelitiaan ini menggunakan fase gerak berupa campuran air : piridina : ammonia : methanol : asam asetat glassial (6:6:5:1:1) dan fase diamnya silica gel GF 254nm. Diperoleh hasil denga selisih harga Rf ≤ 0,05 Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua sampel jamu penguat tubuh positif mengandung BKO Vitamin B1,dan tidak memenuhi syarat peraturan Menteri Kesehatan nomor 006 Tahun 2012, pada pasal 37 .Kata Kunci : Jamu Penguat, Vitamin B1, KLT
ANALISIS KADAR TIMBAL PADA PERONA BIBIR YANG BEREDAR DI LOKING (SIMPUR) BANDAR LAMPUNG DENGAN METODE SSA Gusti Ayu Rai Saputri; Nofita Nofita; Cicih Ratnasari
Jurnal Analis Farmasi Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v6i1.5483

Abstract

Timbal pada kosmetik dapat diakibatkan sebagai kontaminan dari bahan bakuyang digunakan atau penggunaan pigmen yang mengandung timbal, selain itu timbal biasanya ditambahkan untuk sediaan warna.Temuan kosmetik berbahaya di dominasi oleh kandungan pewarna merah K3, merah K10, rhodamin, dan timbal yang banyak digunakan pada produk perona bibir, cemaran logam berat arsen, dan merkuri.Senyawa timbal organik umumnya masuk ke dalam tubuh melalui jalur pernafasan, dan atau penetrasi melalui kulit.Penyerapan lewat kulit ini dapat disebabkan karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak.Pada umumnya timbal yang terdapat dalam sediaan sangat kecil maka untuk itu dipilih metode analisis yang mempunyai kepekaan sangat tinggi yaitu SSA.Karena SSA merupakan instrument yang dapat digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (race) dan sangat sekelumit (ultra trace).Berdasarkan hasil analisis kadar logam timbal pada perona bibir kadar rata-rata yang diperoleh dari lima sampel yaitu : sampel A 1,66 mg/g, sampel B 0,15 mg/g, sampel C 1,39 mg/g, sampel D -0,11 mg/g, dan sampel E -0,38 mg/g. Sehingga apat disimpulkan bahwa kadar tersebut tidak melebihi kadar batas kadar yang telah ditetapkan oleh BPOM. Sedangkan pada analisa penandaan kemasan maka sampel tidak memenuhi persyaratan teknis kosmetika oleh BPOMKata Kunci : Perona Bibir; Timbal; SSA
PENETAPAN KADAR NIPAGIN (METHYL PARABEN) PADA SEDIAAN PELEMBAB WAJAH SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DANSPEKTROFOTOMETRI UV Nofita Nofita; Ade Maria Ulfa
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.269 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i3.1158

Abstract

Pelembab wajah merupakan salah satu bentuk perawatan yang biasanya digunakan untuk mencegah kekeringan, melembabkan kulit, menutrisi kulit wajah dan mencegah kerusakan kulit akibat faktor-faktor eksternal. Didalam sediaan kosmetik biasanya ditambahkan pengawet yang dapat memperpanjang masa penyimpanan kosmetik selama mungkin contoh pengawet yang sering digunakan salah satunya nipagin. Penggunaan pengawet nipagin dalam sediaan kosemetik sangat penting untuk mengawetkan dan menahan laju pertumbuhan bakteri dan jamur. Berdasarkan peraturan BPOM RI No. HK.03.1.23.08.11.07517 kadar nipagin yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 0,4% karena jika melebihi batas kadar yang telah ditetapkan dapat menyebabkan reaksi seperti iritasi dan alergi. Sampel diambil di jalan Kartini Lorong King, Bandar Lampung. Identifikasi sampel dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dan penetapan kadar dilakukan dengan Spektrofotometri Ultraviolet. KLT merupakan suatu metode yang digunakan untuk identifikasi atau memisahkan suatu senyawa sehingga menjadi senyawa murni sedangkan Spektrofotometri Ultraviolet merupakan pengukuran cahaya oleh suatu sistem pada panjang gelombang tertentu. Dari hasil penelitian pada metode KLT semua sampel menunjukkan hasil positif mengandung nipagin sedangkan pada penentuan panajang gelombang dengan menggunakan Spektrofotometri Ultraviolet didapatkan kadar rata-rata tiap sampel yaitu sampel A 0,04% sampel B 0,02%, sampel C 0,03 % hal ini menujukkan sampel pelembab wajah sesuai  dengan peraturan yang telah ditetapkan BPOM RI No. HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 yaitu tidak lebih dari 0,4%. Kata Kunci : Pelembab Wajah, Pengawet, KLT, Spektrofotometri Ultraviolet 
PENETAPAN KADAR TIMBAL (Pb) PADA KEMPLANG PANGGANG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) Niken Feladita; Nofita Nofita; Yuliana Yuliana
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 4 (2017): Volume 2 Nomor 4
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.928 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i4.2145

Abstract

ABSTRAKTimbal (Pb) adalah logam berat yang dapat meracuni lingkungan. Timbal (Pb) dapat masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit. Kontaminasi timbal (Pb) didalam kemplang dapat berasal dari udara yang tercemar oleh asap kendaraan bermotor pada saat proses pembuatan (tahap penjemuran). Selain itu cemaran timbal juga dapat berasal dari bahan baku ikan yang digunakan pada saat produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar logam timbal (Pb) yang terkandung pada kemplang panggang yang dijual di pusat oleh-oleh khas Lampung di Jl. Pagar Alam Segala Mider, Bandar Lampung memenuhi persyaratan atau tidak dari batas standar makanan yang telah di tentukan oleh Badan Standar Nasional (2009) yang menganjurkan batas cemaran logam berat timbal (Pb) dalam kerupuk kemplang yang dikonsumsi oleh manusia sebesar 0,3 mg/kg. Analisis kadar logam timbal (Pb) dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) AA-7000 Series pada panjang gelombang 283,35 nm dapat disimpulkan bahwa dari kelima sampel kemplang yang dianalisis memiliki kadar logam timbal (Pb) yang melebihi batas kadar yang telah ditentukan oleh Badan Standar Nasional (2009) yang menganjurkan batas cemaran logam berat timbal (Pb) dalam kerupuk kemplang yang dikonsumsi oleh manusia sebesar 0,3 mg/kg.Kata kunci : Kemplang, Timbal (Pb), Spektrofotometri Serapan Atom
Artikel Penelitian Perbandingan Air Perasan Daucus Carota L. Dengan Povidone Iodine Topikal Dalam Penyembuhan Luka Insisi Mencit Yesi Nurmalasari; Nofita Nofita; Efrida Warganegara; Aprilia Indah Sijabat
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 9 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Keperawatan Sandi Karsa (Merger) Politeknik Sandi Karsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35816/jiskh.v12i2.378

Abstract

Background: Injury is damage or loss of body tissue that occurs due to a factor that interferes with the body's protection system. These factors such as trauma, changes in temperature, chemicals, explosions, electric shock, or animal bites. Wound treatment as the first treatment to prevent infection, among others, using antiseptics such as povidone iodine. one of the agents that can heal wounds and is easily sought after by the public because of its availability such as carrot bulbs. Carrot bulbs (Daucus carota L.) are effective as an antiseptic, strengthen liver function, urinate, get rid of useless substances through the kidneys, laxatives, and protect the body from toxic chemicals. Research Objective: To compare the effects of carrot tuber juice with 10% povidone iodine topically in wound healing so that it can be used as an alternative medicine to accelerate wound healing. Research Methods: The type of research to be conducted in this study is an experimental laboratory with a post test only group design method. Sampling was calculated using the Federer formula. Analysis of bivariate data with Shapiro-Wilk. Research Results: From a total of 24 mice research samples. Statistical analysis using the Shapiro-Wilk test showed p = 0.001. Conclusion: There was a significant difference (p <0.05) between each treatment group.
ANALISA ASAM BENZOAT DAN ASAM SALISILAT DALAM OBAT PANU SEDIAAN CAIR Ade Maria Ulfa; Nofita Nofita
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 2, No 2 (2016): Volume 2 Nomor 2
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v2i2.571

Abstract

Penyakit panu merupakan penyakit kulit yang banyak diderita oleh masyarakat di daerah tropis, salah satunya adalah Indonesia. Oleh karena itu diperlukan obat anti jamur yang mengandung zat-zat aktif tertentu yaitu kombinasi asam benzoat sebagai zat anti jamur dengan asam salisilat sebagai zat keratolitik. Telah dilakukan penelitian penetapan kadar asam benzoat dan asam salisilat pada obat panu sediaan cair yang beredar di toko obat di Pasar Tengah Bandar Lampung secara Alkalimetri dan Spektrofotometri UV-Visible dengan tujuan untuk mengetahui kadar asam benzoat dan asam salisilat seperti yang tertera pada etiket yaitu 4% (asam benzoat) dan 4-10% (asam salisilat). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dua sampel dengan kriteria sampel yaitu obat panu sediaan cair yang mencantumkan asam benzoat dan asam salisilat pada komposisi. Kesimpulan dari hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar asam benzoat pada sampel A yaitu 4,312% dan sampel B yaitu 4,422%. Hal itu menunjukkan bahwa kadar asam benzoat untuk sampel A dan B memenuhi kadar yang sesuai dengan kadar etiket yaitu 4%.  Untuk kadar asam salisilat pada sampel A yaitu 4,689% dan sampel B yaitu 4,651%. Hal itu menunjukkan bahwa kadar asam salisilat pada sampel A memenuhi kadar etiket yaitu 4% dan sampel B tidak memenuhi kadar yang sesuai dengan etiket yaitu 10%. Kata kunci :     Asam benzoat, asam salisilat, obat panu, alkalimetri, spektrofotometri Ultraviolet-Visible
PERBANDINGAN KADAR AMPISILIN DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA GENERIK DAN NAMA DAGANG SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Nofita Nofita; Ade Maria Ulfa
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 2, No 2 (2016): Volume 2 Nomor 2
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v2i2.573

Abstract

Anggapan masyarakat yang cenderung menilai bahwa obat yang berkhasiat adalah obat yang mempunyai harga mahal, persepsi yang salah tersebut menyebabakan obat generik dinilai tidak bermutu maka, dalam penelitian ini, dilakukan penetapan kadar ampisilin dalam sediaan tablet generik dan nama dagang, dan membandingkan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara ampisilin generik dan nama dagang. Ampisilin adalah salah satu antibiotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran pernapasan, saluran cerna, dan saluran kemih. Agar dapat memberikan efek terapi yang diinginkan kadar ampisilin harus memenuhi persyaratan kadar yang telah ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Sampel yang digunakan tablet ampisilin generik (A1) dan tablet nama dagang (B1). Penetapan kadar tablet ampisilin dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) menggunakan fase gerak campuran air : asetonitril : KH2PO4 : asam asetat dengan perbandingan 909:80:10:1 laju alir 1,0 ml/menit menggunakan kolom C18 dan detektor 254 nm. Berdasarkan hasil uji linearitas dari kurva kalibrasi diperoleh koefisien    korelasi   0,9954  dengan  persamaan  regresi  Y= 277,1707 X –   2238,44 Hasil kadar yang didapat dari tablet ampisilin generik dan nama dagang masing-masing adalah 107,7431% dan 107,6156%. Kadar ampisilin yang diperoleh melalui penetapan kadar kemudian diuji signifikannya dengan menggunakan statistik, yaitu uji t. Dari uji t diperoleh tpercobaan< ttabel yaitu 0,04090<2,920 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak terdapat perbedaan kadar secara signifikan antara tablet ampisilin generik dengan ampisilin nama dagang. Kata kunci : Ampisilin, Generik, Nama Dagang, KCKT
PERBANDINGAN KADAR KALSIUM PADA KECAMBAH KACANG HIJAU DAN KECAMBAH KACANG KEDELAI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Ade Maria Ulfa; Nofita Nofita; Shinta Shinta
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.689 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i3.1159

Abstract

Kecambah adalah salah satu sayuran yang mengandung beragam mineral penting, diantaranya yaitu kalsium. Kecambah terbuat dari kacang hijau dan kacang kedelai yang sering kita sebut dengan tauge. Kecambah dapat diolah menjadi berbagai macam masakan sayur, selain itu kecambah dapat dimakan mentah. Ditinjau dari segi konsumsi masyarakat lebih mengenal kecambah kacang hijau dibandingkan kecambah kacang kedelai untuk pendamping sayur di masakan. Sampel diperoleh dari pasar Gintung Bandar Lampung. Sampel kecambah terlebih dahulu dipreparasi agar dapat dianalisis melalui destruksi kering. Kemudian penetapan kadar kalsium dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom dengan menggunakan lampu katoda kalsium pada panjang gelombang 422,51 nm. Diperoleh persamaan garis regresi linier yaitu y = 0,13016x + 0,0091179 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9990. Hasil penelitian menunjukan kadar kalsium dalam kecambah kacang hijau yaitu 1,4945 mg/100gram sedangkan kadar kalsium dalam kecambah kacang kedelai yaitu 2,9917 mg/100 gram. Hasil dari perhitungan uji t didapatkan bahwa thitung = 4,5535 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,78. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kalsium kecambah kacang hijau dan kecambah kacang kedelai. Kata kunci :   kecambah kacang hijau, kecambah kacang kedelai, kalsium, spektrofotometri serapan atom
PENGARUH MASSA DAN WAKTU PENYEDUHAN TERHADAPKADAR KAFEINDARI KOPI BUBUK INDUSTRI RUMAH TANGGASECARA SPEKTROFOTOMETRI UV Niken Feladita Santoso; Nofita Nofita; Tyas Putri Wulandari
Jurnal Analis Farmasi Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.862 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v5i1.3980

Abstract

Kafein adalah salah satu alkaloidyang banyak terdapat pada biji kopi, daun teh, dan biji coklat. Pada pria maupun wanita dewasa asupan maksimal kafein kedalam tubuh yaitu 400 mg. Kelebihan mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gangguan pencernaan, insomnia, kegelisahan, dan ketidakterarturan detak jantung. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar kafein dalam kopi bubuk industri rumah tangga yang biasa diminum masyarakat Perumahan Karunia Indah Bandar Lampung. Dengan memvariasikan massa dan waktu penyeduhan yaitu 3, 4,5, dan 6 grammasing-masing selama 5,7, dan 10 menit untuk melihat ada atau tidak nya peningkatan yang dipengaruhi oleh massa dan waktu penyeduhan tersebut. Pengukuran kadar kafein ditentukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV dengan panjang gelombang 274nm.Didapatkan kadar kafein dari bubuk kopi industri rumah tangga dengan massa Sampel 3 g yang diseduh selama 5, 7, 10 menit yaitu, 1,66 %, 4,67%, 5,42%. Sampel 4,5g yang diseduh selama 5, 7, 10 menit yaitu, 3,52%, 3,78%, 5,25%. Sampel 6g yang diseduh selama 5, 7, 10 menit yaitu, 3,32%, 3,66%, 5,89%. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa semakin banyak massa dan semakin lama waktu penyeduhan maka kadar kafein semakin besar.Kata kunci : Kopi, Kafein, Spektrofotometri UV
Co-Authors Ade Maria Ulfa Aldono Fantoro Alexander Zultoni Angga Saputra Yasir Angga Saputra Yasir Anike Putri Anisa Lutfiana Anjar Jaulin Aprilia Indah Sijabat Arini Susanti Atika Septiani Aulia Fitri Handayani Siregar Aulia Gita Wardhani Bella Afni Ganis Berliana Nadila Bonita Bian Tiara Putri Chusairil Pasa Chusairil Pasa Cicih Ratnasari Clarissa Agie Novilda David Desbrianto davit muhamad muslim Davit Muhamad Muslim Deby Amabel Dhika Azzahra Diah Evita Diah Ningrum Uli Rosidah Dimas Ramadhan Dwi Wijaya Efrida Warganegara Eka Setia Ningsih Elviana Noerdianningsih Erika Indah Safitri Erviana Ekasari Farikha Nur Azizah Febi Dian Nadera Fitri Rohana Gusti Ayu Rai Saputri Gusti Ayu Rai Saputri Gusti Ayu Saputri Hesi Arista Ibnu Fajar Isnaini Hatta Putri Linda Safitri Luciana Cindy Maharani Lukman Diarto Maharani Fathiya Azzahra Mahathir Farhan Muhammad Maria Ulfa, Ade Martianus Perangin Angin Martianus Perangin Angin Mashuri Yusuf Mega Ayuning Phakerti Mochammad Arief Hidayat Niken Feladita Niken Feladita Santoso Nisa A Febriasti NUR HASANAH nurmalasari, yesi Pipit Apriani Primadiamanti, Annisa Rahayu Septia Ayuni Randi Wahyu Ariska Restu Septia Ningsih Retnaningsih, Agustina Rica Novia Sari Risna Dayanti Rizka Damei Yanti Rizky Hidayaturahmah Robby Candra Purnama Ruth Sri Agus Murniningsih Selvi Marcellia Shinta Shinta Siti Aisyah Istiqomah Sriana Sriana Supardi Supardi Tantri Super Tiwi Tiara Veronica Inezia Tutik Tutik Tutik Tutik Tya Garini Tyas Putri Wulandari Vivit Millani Putri Wahyuni Wahyuni Winahyu, Diah Astika Wira Irawan Yuliana Yuliana Yunitauly Hutagalung