Claim Missing Document
Check
Articles

TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMILIHAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN Muya Avicienna; Boedi Tjahjono; Atang Sutandi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 2 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1102.956 KB) | DOI: 10.29244/jitl.14.2.56-65

Abstract

Konversi lahan pertanian ke lahan non-pertanian kini telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, oleh karenanya perlindungan terhadap lahan pertanian yang produktif sangat diperlukan (UU No 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan atau PLPPB). Namun bagaimanakah teknis pelaksanaan yang efektif dan efisien untuk dapat menentukan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LPPB)? Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model (metode dan teknik) seleksi dan zonasi LPPB, khususnya untuk lahan sawah agar menjadi LPPB. Studi ini mengambil daerah di Kabupaten Karawang sebagai salah satu kabupaten lumbung padi nasional. Metode yang dipakai merupakan perpaduan antara teknik penginderaan jauh, sistem informasi geografis, dan analisis statistik Hayashi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LPPB untuk Kabupaten Karawang dapat diformulasikan sebagai lahan pertanian sawah beririgasi (teknis, semi teknis, sederhana), memiliki produktivitas lebih dari 4.5 ton ha-1, memiliki nilai Benefit Cost Ratio (BCR) > 1.497, dan memiliki Luasan Kesatuan Hamparan Lahan Sawah (LKHLs) > 10 ha. Data sistem irigasi dan LKHLs dapat diidentifikasi dari citra ALOS AVNIR-2, adapun data produktivitas diduga dari nilai Enhanced Vegetation Index (EVI) yang diturunkan dari citra MODIS Terra dan Aqua (time series 2005-2009). Nilai EVI pada periode picpoint dan nilai Produktivitas Lahan Sawah dari hasil survei lapangan memiliki korelasi yang positif dan diperole persamaan Prod. = 2.9785 + 6.0751 x nilai EVI. Nilai BCR diperoleh dari perhitungan Produktivitas dan Indeks Penanaman (didapat dari citra MODIS) yang dikombinasikan dengan Biaya Produksi Lahan Sawah dari hasil survei lapangan. Teknik zonasi LPPB selanjutnya dapat dibangun dengan cara di atas, yaitu melalui identifikasi data penginderaan jauh, survei lapangan, pengembangan kriteria sesuai kondisi lapangan, dan penentuan kawasan LPPB melalui sistem informasi geografis. Berdasarkan metode ini Kawasan LPPB di Kabupaten Karawang dapat dibedakan menjadi lima, yaitu LPPB1, LPPB2, LPPB3, LPPB4, dan cadangan LPPB. Yang pertama mencerminkan prioritas yang tinggi dan yang terakhir mencerminkan yang rendah.
STUDI GEOMORFOLOGI PULAU TERNATE DAN PENILAIAN BAHAYA LONGSOR Ikqra Ikqra; Boedi Tjahjono; Euis Sunarti
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 1 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.553 KB) | DOI: 10.29244/jitl.14.1.1-6

Abstract

Pusat pemerintahan Kota Ternate terletak di Pulau Ternate yang juga merupakan pulau gunungapi aktif (Gunungapi Gamalama). Meskipun demikian pulau ini mempunyai kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku Utara. Berdasarkan data kependudukan, jumlah penduduk di pulau ini terus bertambah seiring dengan waktu. Gejala ini mengiringi kebutuhan lahan untuk permukiman yang juga semakin meningkat. Lereng bawah gunungapi ini yang dulu merupakan kebun rakyat, kini sebagian telah berubah menjadi permukiman, dan dampaknya di wilayah ini sering melahirkan longsor. Penelitian ini bertujuan mempelajari geomorfologi Pulau Ternate dan menilai tingkat bahaya longsor. Dalam penelitian ini digunakan citra satelit GeoEye yang diunduh dari GoogleEarth dan citra SRTM (resolusi 90 m) untuk interpretasi bentuk lahan di Pulau Ternate. Bentuk lahan digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai bahaya longsor disamping parameter-parameter lain, seperti kemiringan lereng, tekstur tanah, dan penggunaan lahan. Dengan memanfaatkan sistem informasi geografis dan metode pembobotan dan skor terhadap parameter dan variabel yang digunakan, kelas bahaya longsor selanjutnya dapat dinilai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian didominasi oleh bentuk lahan vulkanik (71.1%) sesuai dengan proses pembentukan pulau tersebut, sedangkan yang lainnya terdiri atas bentuk lahan fluvial (26.1%), bentuk lahan marin (2.5%), dan bentuk lahan antropogenik, yaitu berupa lahan urugan (reklamasi) di pantai yang digunakan untuk permukiman dan pusat komersial. Berdasarkan kondisi geomorfologi ini, didapatkan bahwa 18.2% dari luas Pulau Ternate tergolong ke dalam kelas aman dari bahaya longsor, 23.7% tergolong bahaya rendah, 29.8% tergolong bahaya sedang, dan 28.1% tergolong bahaya tinggi.
PEMANFAATAN CITRA QUICK BIRD UNTUK VERIFIKASI PETA BERBASIS KEPEMILIKAN LAHAN (STUDI KASUS: DELTA CIPUNAGARA, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT) Khursatul Munibah; Asdar Iswati; Boedi Tjahjono
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 1 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.397 KB) | DOI: 10.29244/jitl.14.1.37-43

Abstract

Pemetaan kadastral atau pemetaan berbasis kepemilikkan lahan telah diamanatkan oleh Pemerintah yang tertuang dalam Keputusan Presiden RI Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan yaitu pada Pasal 1 ayat 3. Namun kebijakan ini belum terrealisasi secara nasional. Kantor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Kabupaten Subang, Jawa Barat telah melakukan pemetaan lahan berbasis kepemilikan lahan, yaitu peta persil lahan tambak di Delta Cipunagara yang dilakukan secara terestris. Di sisi lain, telah banyak tersedia data penginderaan jauh resolusi tinggi seperti Citra Quick Bird yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari manfaat Citra Quick Bird untuk verifikasi peta persil lahan tambak. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan bentuk Delta Cipunagara yang bersumber dari PBB dan Citra Quick Bird; (2) persil tambak yang dibatasi dengan ”galengan” saja mudah diidentifikasi dari Citra Quick Bird; (3) terdapat perbedaan posisi blok dan persil tambak antara Peta Persil dari Kantor PBB dan Citra Quick Bird; dan (4) terdapat pergeseran posisi persil tambak antara peta yang bersumber dari Kantor PBB dengan Citra Quick Bird, berkisar (1.5-57.2) m, dengan rata-rata 19.9 m. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa luas persil yang bersumber dari Kantor PBB memiliki kesesuaian yang tinggi dengan luas persil hasil pengukuran lapang (R2=93.0%). Demikian juga untuk luas persil dari Citra Quick Bird memiliki kesesuaian yang tinggi dengan luas persil dari Kantor PBB (R2=94.3%). Namun tingkat kesesuaian antara luas persil dari Citra Quick Bird dan pengukuran lapang relatif lebih rendah (R2 = 63.2%).
KAJIAN GEOMORFOLOGI, BAHAYA DAN RISIKO BANJIR, SERTA APLIKASINYA UNTUK EVALUASI TATA RUANG KOTA SINTANG Muhammad Pramulya; Komarsa Gandasasmita; Boedi Tjahjono
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 2 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.681 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.2.63-71

Abstract

Kota Sintang di Kalimantan Barat dikenal sebagai kota yang sering tergenang banjir pada musim penghujan. Kota ini tumbuh tepat pada pertemuan dua sungai besar, yaitu Kapuas dan Melawi, atau secara geomorfologi tumbuh di dataran banjir yang luas/dataran aluvial kedua sungai. Bencana banjir pernah terjadi pada tahun 1963, menggenangi sebagian besar pemukiman, menelan banyak korban, dan kerusakan. Meskipun akhir-akhir ini banjir tidak begitu besar, namun banjir besar seperti masa lalu dapat terulang kembali di waktu mendatang. Untuk mengurangi bencana seperti ini, maka diperlukan kajian tentang banjir dan program penanggulangan bencana. Tujuan penelitian ini adalah (1) melakukan analisis dan pemetaan bahaya dan risiko banjir dan (2) evaluasi tata ruang (RDTR) Kota Sintang berdasarkan pada bahaya banjir. Pendekatan geomorfologis digunakan untuk menganalisis bahaya banjir melalui kajian morfogenesis dan morfologi bentuk lahan serta sejarah banjir. Untuk menilai risiko digunakan data bahaya banjir dan kerentanan penggunaan lahan. Scoring terhadap parameter geomorfologi dan penggunaan lahan dibuat dan dikombinasikan dengan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 95% wilayah Kota Sintang dibentuk dari bentuk lahan asal proses fluvial dan menurut penilaian bahaya banjir, 0.8% dari wilayah Kota Sintang terklasifikasi ke dalam bahaya sangat rendah, 57.2% rendah, 31.5% sedang, dan 10.5% tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir separuh wilayah kota terancam banjir pada tingkat sedang hingga tinggi. Berdasarkan hasil analisis bahaya banjir tersebut dikaitkan dengan kerentanan penggunaan lahan, didapatkan bahwa 0.9% dari wilayah kota memiliki risiko banjir sangat rendah, 70.1% rendah, 22.5% sedang, dan 6.5% tinggi. Dua kelas terakhir, menurut persebarannya, mencakup seluruh area terbangun, seperti perumahan, perkantoran, dan kawasan komersial. Keadaan ini menandakan bahwa hampir sepertiga dari area terbangun Kota Sintang terancam oleh banjir baik pada tingkat bahaya sedang maupun tinggi. Hasil evaluasi RDTR menunjukkan bahwa hampir separuh dari alokasi ruang terbangun (44.4%) mempunyai risiko sedang dan hanya sebagian kecil (4.10%) mempunyai risiko tinggi. Dengan demikian upaya penanggulangan bencana harus menjadi prioritas utama oleh Pemerintah untuk menurunkan tingkat risiko.
Analisis Risiko Gempabumi di Cilacap Provinsi Jawa Tengah: Earthquake Risk Analysis in Cilacap, Central Java Province Muhaimin Muhaimin; Boedi Tjahjono; Darmawan Darmawan
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (907.905 KB) | DOI: 10.29244/jitl.18.1.28-34

Abstract

Gempabumi merupakan kejadian yang datangnya secara tiba-tiba. Hingga kini kejadian gempa bumi tersebut masih belum dapat diprediksi kedatangannya. Wilayah yang berdekatan dengan jalur subduksi pada umumnya merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana gempabumi, seperti Kabupaten Cilacap yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa. Gempabumi Tasikmalaya yang terjadi tanggal 2 September 2009, dengan magnitudo M 7.3 terbukti telah berdampak besar terhadap wilayah Kabupaten Cilacap. Hal ini yang membuat perlunya penelitian risiko gempabumi di wilayah Cilacap. Studi bahaya gempabumi dan kerentanan akan sangat mendukung untuk penilaian risiko maupun program mitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis dan pemetaan bahaya, kerentanan, dan risiko gempabumi di kota Cilacap. Metode untuk analisis bahaya gempabumi menggunakan nilai percepatan tanah maksimum di permukaan (PGAM) dari hasil metode probabilistik. Untuk kerentanan gempabumi ditentukan berdasarkan jenis penggunaan lahan. Adapun untuk perhitungan risiko bencana gempabumi digunakan persamaan R = H × V. Berdasarkan hasil analisis bahaya, didapatkan bahwa seluruh Kota Cilacap tergolong ke dalam kelas bahaya sedang dengan nilai PGAM bervariasi dari 0.405 – 0.494 gal. Berdasarkan hasil analisis kerentanan, diperoleh bahwa kerentanan tinggi terdapat di penggunaan lahan permukiman yang meliputi Desa-desa Tambakreja, Sidanegara, Donan, Tritih Kulon bagian selatan, Cilacap, Mertasinga, dan Kamulyan. Adapun hasil analisis risiko menunjukkan bahwa kelas risiko tinggi di daerah penelitian meliputi area seluas 3,237.40 ha yang terdapat di Desa-desa Lomanis, Tambakreja, Tritih Kulon, Sidanegara, Donan, Mertasinga, dan Cilacap, sehingga di desa-desa tersebut perlu mendapat perhatian dan prioritas untuk program mitigasi bencana ke depan. Kata kunci: Kota Cilacap, risiko gempabumi, percepatan tanah maksimum di permukaan, metode probabilistik
Analisis Zona Bahaya Banjir dan Tsunami Berbasis Ekoregion di Provinsi Banten: Analysis of Flood and Tsunami Hazards Based on Ecoregion in Banten Province Zulham Husein; Boedi Tjahjono; Nurwajedi Nurwajedi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 19 No 2 (2017): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (854.182 KB) | DOI: 10.29244/jitl.19.2.60-67

Abstract

Ekoregion merupakan karakteristik penciri wilayah yang biasa digunakan untuk menilai potensi lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana ekoregion dapat digunakan untuk menilai kerentanan zona bencana banjir dan tsunami di Provinsi Banten. Penentuan zona kerentanan berbasis ekoregion dilakukan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) yang diimplementasikandalam bobot dan skor geoindikator. Geoindikator terpilihdalam penelitian ini merupakan hasil ekstraksi dari faktor pembentuk ekoregion. Langkah selanjutnya adalah penilaian zona bahaya berdasarkan kelas kerawanan (susceptibility) sedang sampai sangat tinggimenggunakanpendekatan parametrik. Hasil AHP menunjukkan bahwa bentuklahan merupakan geoindikator yang paling berpengaruh dalam penilaian zona kerawanan. Bobot geoindikator bentuklahan pada bencana banjir dan tsunami adalah 0.678 dan 0.605. Sementara geoindikator ekosistem dan komunitas vegetasiuntuk banjir bobotnya masing-masingadalah 0.150 dan 0.173,sedangkan untuk bencana tsunami,bobotnya masing-masing adalah 0.157 dan 0.237. Hasil analisis kerentanan banjir selanjutnya diuji dengan menggunakan indeks akurasi Kappa.Hasilnya menunjukkan korelasi lebih dari 81% antara hasil analisis dan kondisi eksisting. Adapun, uji akurasi analisis bahaya menunjukkan akurasi kurang dari 80%. Hasil analisis kerentanan bencana berbasis ekoregion dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengembangan kawasan berbasis bencana, mengingat Indonesia adalah salah satu negara denganpotensi bencana alam tinggi. Kata kunci: Ekoregion, banjir, bentuk lahan, kerawanan, tsunami
Penilaian Bahaya dan Arahan Mitigasi Banjir di Cekungan Bandung: Hazard Assessment and Mitigation Directives of Flood Disaster in Cekungan Bandung Area Muhammad Fitrah Irawan; Yayat Hidayat; Boedi Tjahjono
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 20 No 1 (2018): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.306 KB) | DOI: 10.29244/jitl.20.1.1-6

Abstract

Banjir di Cekungan Bandung terjadi setiap tahun di wilayah cekungan terendah seperti di Kecamatan Majalaya, Ciparay, Deyeuhkolot, Rancaekek, Bojongsoang, dan Baleendah, Kab. Bandung. Kajian analisis bahaya dan arahan mitigasi banjir merupakan salah satu upaya untuk mengurangi risiko dari bencana tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bahaya dan menyusun arahan mitigasi banjir di wilayah Cekungan Bandung. Bahaya banjir diidentifikasi dengan menganalisis daerah bahaya banjir menggunakan Modification Topography Wetness Index (MTWI), sedangkan arahan mitigasi banjir dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil analisis bahaya dengan data penggunaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2.36% daerah Cekungan Bandung termasuk kelas bahaya tinggi, 7.15% termasuk bahaya sedang, dan 90.49% termasuk daerah bahaya rendah. Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan yang rendah juga menjadi salah satu faktor penyebab banjir di Cekungan Bandung. Pada zona prioritas arahan mitigasi banjir dilakukan dengan pembuatan saluran drainase tambahan untuk mengalirkan air dari cekungan terendah. Selain itu, perlu dilakukan pengendalian penggunaan lahan dengan cara penegakan hukum terhadap penggunaan lahan yang tidak sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan dilakukan rehabilitasi hutan dan lahan pada lahan kritis di DAS Citarum Hulu.
Mitigasi Banjir DAS Citarum Hulu Berbasis Model HEC-HMS: Flood Mitigation of Upper Citarum Base on HEC-HMS Model Diah Listyarini; Yayat Hidayat; Boedi Tjahjono
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 20 No 1 (2018): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.19 KB) | DOI: 10.29244/jitl.20.1.40-48

Abstract

Banjir yang terjadi hampir setiap tahun di DAS Citarum Hulu menyebabkan DAS ini menjadi sorotan oleh berbagai pihak. Pemodelan hidrologi merupakan salah satu teknik mitigasi banjir untuk memprediksi debit banjir di daerah aliran sungai. Model HEC-HMS dapat digunakan sebagai dasar untuk prediksi debit banjir di suatu DAS, terutama untuk menghitung hujan-runoff yang tidak terukur. Model HEC-HMS terdiri dari curah hujan dan karakteristik sebagai input serta debit aliran dan volume runoff sebagai output. Tujuan dari penelitian ini adalah: (i) untuk memprediksi debit puncak di DAS Citarum Hulu; (ii) melakukan analisis terhadap debit banjir menggunakan simulasi model HEC-HMS; dan (iii) memberi rekomendasi skenario mitigasi banjir untuk mengurangi debit puncak di DAS Citarum Hulu. Persiapan parameter utama untuk input model HEC-HMS dihitung dengan menggunakan extention HEC-GeoHMS dengan metode SCS. Debit banjir yang dihitung pada model HEC-HMS menggunakan metode SCS-UH pada komponen transform, metode recession pada komponen baseflow, dan metode lag pada komponen routing. Hasil analisis menunjukkan bahwa model HEC-HMS memiliki performance yang baik dalam memprediksi debit banjir dengan nilai R2 dan NSE pada proses kalibrasi berturut-turut sebesar 0.81-0.96 dan 0.56-0.87. Pada proses validasi dalam memprediksi debit banjir menghasilkan nilai R2 dan NSE masing-masing sebesar 0.81-0.94 dan 0.45-0.76. Skenario 4 merupakan skenario mitigasi banjir yang dapat diimplementasikan dalam penurunan debit banjir hingga 61.96%, meningkatkan time to peak hingga 3.75 jam dan mengurangi volume debit aliran hingga 49.58%.
Identifikasi Daerah Risiko Bencana Longsor di Kota Bogor: Identification of Landslide Risk in the City of Bogor M. Galih Permadi; Boedi Tjahjono; Dwi Putro Tejo Baskoro
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 20 No 2 (2018): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.181 KB) | DOI: 10.29244/jitl.20.2.86-94

Abstract

Landslide is one of the disasters that often hit Indonesia. Data collected from BPBD Office of Bogor City also shows that landslide events ranked first out of 6 types of disasters in Bogor City; in 2017 there were 179 landslides (40.5%) of the 442 recorded disaster events. To support development programs in the city, landslide risk research is needed. This study aimed to assess and map the risk of landslides in Bogor City and formulate mitigation recommendations. The method used is the Multi Criteria Evaluation where the weights and scores of each parameter are obtained from the Analytical Hierarchy Process (AHP). The results obtained show that the highest level of susceptibility and landslide hazard is in the South Bogor District, this is in accordance with the landform conditions in the region, where 60.5% of the area has landforms with steep slopes i.e. denudational volcanic cones, river banks, and valleys with alluvial terrace. However, for the highest risk, the extent area is located in North Bogor District. This is due to the dominance of residential and high population, so the vulnerability factor is an indicator of rising risk values. For Bogor City which is dominant with residential, recommended mitigation include 3 types of engineering, namely civil, vegetative, and social for medium and high risk classes. Bogor Selatan sub-district in this case is the district with the most extensive area to implement mitigation measures.
Analisis Pola Hujan untuk Mitigasi Aliran Lahar Hujan Gunungapi Sinabung: Analysis of Rainfall Pattern for Lahar Mitigation at Sinabung Volcano Supriyati Supriyati; Boedi Tjahjono; Sobri Effendy
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 20 No 2 (2018): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.674 KB) | DOI: 10.29244/jitl.20.2.95-100

Abstract

Lahar merupakan proses alami, namun menjadi berbahaya jika memberikan dampak bagi manusia dan lingkungan. Lahar yang terjadi karena hujan dengan intensitas tinggi dan membentuk aliran merupakan bahaya sekunder gunung api. Gunungapi Sinabung yang meletus pada tahun 2010 hingga saat ini telah mengeluarkan material piroklastik lebih dari seratus juta kubik yang siap menjadi aliran lahar. Untuk mengantisipasi aliran lahar, perlu diketahui pola hujan di sekitar Gunungapi Sinabung. Informasi pola hujan dapat digunakan untuk menyusun rencana mitigasi menghadapi aliran lahar Gunungapi Sinabung. Analisis pola hujan menggunakan data hasil pengukuran Stasiun Klimatologi Sampali, Stasiun Geofisika Parapat dan Stasiun Geofisika Tuntungan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2017. Data curah hujan diuji dengan Rentang Buishand untuk mengetahui homogenitasnya, kemudian distribusi curah hujan ditampilkan dalam diagram batang. Analisis trend menggunakan regresi linier sederhana dengan waktu sebagai peubah bebas dan curah hujan sebagai peubah tak bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hujan di Gunungapi Sinabung merupakan pola hujan equatorial dengan dua puncak musim hujan pada bulan Mei dan Oktober. Analisis trend kenaikan curah hujan yang cukup tinggi juga terjadi pada bulan Mei, sehingga upaya mitigasi menghadapi aliran lahar perlu ditingkatkan pada bulan Mei dan Oktober.
Co-Authors A Kasno A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abdjad Asih Nawangsih Achmad, Alfredian Alamin Yang First Alfin Murtadho Amalia Ratnasari Andrea Emma Pravitasari, Andrea Emma Annajmi, Nabila ANTONIUS KASNO Arief Hartono Asdar Iswati Atang Sutandi Aufa H. A. Syafril, Aufa H. A. Baba Barus Bambang Hendro Trisasongko Bambang Hendro Trisasongko Bambang Hero Saharjo Budi Marwoto Chiharu Hongo, Chiharu D.P. Tejo baskoro Darmawan Dede Nurrahman Hakim Despry Nur Annisa Ahmad, Despry Nur Annisa Diah Listyarini Dinik Indrihastuti Dinik Indrihastuti Dwi Putro Tedjo Baskoro Dwi Putro Tejo Baskoro Dwi Shanty Apriliani Gunadi Dyah R Panuju Dyah R. Panuju Dyah R. Panuju Edwin Hidayat, Edwin Ema Suhaema Enni Dwi Wahjunie Ernan Rustiadi Euis Sunarti Febria Heidina, Febria Fifi Gus Dwiyanti Giofandi, Eggy Arya H.A. Syafril, H.A. Hanudin Hanudin Hari Wijayanto Haris, Fikri Dwi Hermanto Siregar I Nengah Surati Jaya Ikqra Ikqra Ilham iwan Tona Imas Sukaesih Sitanggang Indah Firdiana Irzaman, Irzaman Iskandar Lubis Khursatul Munibah Komarsa Gandasasmita Kukuh Murtilaksono Kukuh Murtilaksono Kukuh Murtilaksono Lailan Syaufina Lia Meyana LILIK BUDIPRASETYO Luluk Dwi Wulan Handayani M. Galih Permadi Mahir Rachman, Latief Mahmud A. Raimadoya Mahmud A. Raimadoya Mazlan Muhaimin Muhaimin Muhamad Rizal Gojali Muhammad Fitrah Irawan Muhammad Pramulya Muya Avicienna Nabila Annajmi NINA WIDIANA DAROJATI Nuniek Sutanti Nurwajedi Nurwajedi Panuju, Dyah R. Rakhmad Fadillah Rival Rahman, Rival Rusdi Mahardi Sakti, Harry Hardian SANTUN R.P SITORUS Santun R.P Sitorus Saputra, Roby Sigit, Gunardi Siti Faizah Zauhairah Sobri Effendy Sri Harini Sri Mulatsih Sumardani Kusmajaya Supriyati Supriyati Supriyati Supriyati Suria Darma Tarigan Susanti, Dwi Rahayu Syaiful Anwar Taufik Z. Karim Turmudi Uciningsih, Winda Untung Sudadi Wicaksono Tri Wuryanto Widiatmaka Wistha Nowar Zulham Husein