Claim Missing Document
Check
Articles

STRATEGI PENCEGAHAN KEJAHATAN DENGAN KEBENCIAN (HATE CRIME) MELALUI MEDIA MURAL DI KELURAHAN KEDOYA UTARA, JAKARTA BARAT Nurhadiyanto, Lucky
IKRA-ITH ABDIMAS Vol 2 No 1 (2019): IKRAITH-ABDIMAS vol 2 Nomor 1 Bulan Maret 2019
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.11 KB)

Abstract

ABSTRAKKegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan topik strategi pencegahan kejahatan dengankebencian (hate crime) melalui media mural dilaksanakan di wilayah RT 02/RW 06, Kelurahan KedoyaUtara, Jakarta Barat. Kejahatan dengan kebencian merupakan perbuatan yang seringkali dianggap bukansebagai kejahatan. Mengacu pada Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik maka ujarankebencian berpotensi menjadi kejahatan dengan kebencian. Kondisi ini ditambah dengan penafsiranterhadap Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (hate speech).Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap berbagai bentuk kejahatan dengankebencian, baik yang disampaikan secara langsung (offline) maupun melalui media elektronik (online).Implementasi strategi pencegahan kejahatan tersebut dilakukan dalam bentuk sosialisast materi dan aplikasimedia mural dengan tema pencegahan kejahatan dengan kebencian. Hal ini dilakukan untuk menyasarmasyarakat umum, khususnya generasi milenial dan golongan usia produktif.
ANALISIS CYBER BULLYING DALAM PERSPEKTIF TEORI AKTIVITAS RUTIN PADA PELAJAR SMA DI WILAYAH JAKARTA SELATAN Nurhadiyanto, Lucky
IKRA-ITH HUMANIORA : Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 4 No 2 (2020): IKRAITH-HUMANIORA VOL 4 NO 2 Bulan Juli 2020
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.056 KB)

Abstract

Peningkatan kasus cyber bullying dari tahun ke tahun tidak hanya disebabkan pesatnyaperkembangan teknologi dan informasi, namun di sisi lain adanya asumsi bahwa cyber bullyingbukan bagian dari bentuk kejahatan, kenakalan atau bahkan penyimpangan. Kehadiran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat mengakomodasi batasan hukum cyber bullyingtersebut. Akan tetapi, kenyataannya hal ini belum cukup mereduksi ragam kasus cyber bullyingyang kian marak. Kondisi tersebut melatarbelakangi penelitian ini dengan tujuan untukmerumuskan upaya penanggulangan cyber bullying dengan menggunakan perspektif teori aktivitasrutin. Hal ini meliputi motivasi pelaku, target potensial, dan perlindungan sistem. Penelitian inimendeskripsikan keterlibatan peran pelaku, korban, dan saksi dalam penanggulangan cyberbullying. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melaluiwawancara mendalam, focus group discussion, dan observasi sistematis terhadap perilakunarasumber. Sumber data berasal dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), KomisiNasional Perlindungan Anak (KomnasPA), Polri, Forum Anak Nasional, SMA Islam Harapan Ibu,Sekolah Citra Alam, dan dokumen tertulis. Penelitian mengklasifikasikan peran sekolah untukmengembangkan climate school, peran korban dalam menyikapi cyber bullying, dan peran pelakuterkait potensi jeratan hukum yang berlaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanggulangancyber bullying belum melibatkan peran seluruh pemangku kepentingan, terutama peran sertapemerintah dan aparat penegak hukum.
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN CYBER BULLYING PADA PELAJAR SMA NUSANTARA PLUS Nurhadiyanto, Lucky
IKRA-ITH ABDIMAS Vol 3 No 2 (2020): IKRAITH-ABDIMAS VOL 3 NO 2 BULAN JULI 2020
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena cyber bullying merupakan dampak laten dari kemajuan teknologi yang demikiancepat. Hal ini dapat dipahami bahwa perkembangagn tersebut dapat menghubungkan individuuntuk menjalin komunikasi dengan individu lainnya tanpa sekat ruang dan waktu. Aruskomunikasi tradisional dengan bertatap muka perlahan tergerus dengan keberadaan media sosial.Media sosial berperan mewadahi beragam aspirasi untuk mengeskepresikan berbagai pendapatdengan sebebas-bebasnya. Kehadiran WhatsApp, Facebook, Instgaram, LINE, dan beberapa medialainnya memfasilitasi penggunanya untuk saling berkomunikasi secara individu maupun dalamkelompok. Kondisi ini berpotensi memicu munculnya cyber bullying jika individu tidakmenerapkan etika yang sama dalam komunikasi tatap muka. Manifestasi permasalahan cyberbullying lebih berbahaya karena bersifat masif dan tidak terikat waktu. Melalui Undang-UndangInformasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) memberikan rambu berkomunikasi dan bertransaksidi media sosial. Peran UU ITE adalah untuk mencegah dan menanggulangi berbagai pelanggarandalam penggunaan media elektronik, termasuk cyber bullying. Kesadaran akan dampak cyberbullying harus dicegah sebelum berdampak pada trauma psikologis bagi korban. Tidak hanyakorban, keberadaan pelaku dan saksi turut mendapatkan perhatian serius guna mengurangipengaruh cyber bullying di masyarakat luas.
POLA PENCUCIAN UANG HASIL PERDAGANGAN NARKOBA DAN PEMBALAKAN LIAR Lucky Nurhadiyanto
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol 6, No 2 (2010): Agustus
Publisher : Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research discuss about the distribution and development in money laundering models of drugs trafficking and illegal logging. The distribution in money laundering model of drugs trafficking and illegal logging is divided into three phase, there are placement, layering and integration. The phase includes placing activity of illegal money into finance system, layering them through various finance transaction and integrating the money into legitimate bussines. The trend of that model is based on: first, the techniques of money laundering become more sophisticated because progressive separation between criminal activities and money laundering activities; second, the professional involvement become luster involve more professional launderers such as accountants, lawyers, private bankers; and third, the provision of money laundering services to a wide range of criminals and to more than one criminal organization.
THE IDENTIFICATION OF MONEY LAUNDERING ON DRUG TRAFFICKING Lucky Nurhadiyanto
Asia Pacific Fraud Journal Vol 5, No 1: Volume 5, No. 1st Edition (January-June 2020)
Publisher : Association of Certified Fraud Examiners Indonesia Chapter

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.488 KB) | DOI: 10.21532/apfjournal.v5i1.137

Abstract

Drug trafficking is a holistic process. The involvement of various parties linked with law enforcement efforts. The number of drug trade reaches millilons of tons. This number equivalent to billions of fund that circulating in trading transactions. The one alternative ways to eradicate drug trafficking is to track the cash flow. Because of the financial transactions as the main chain to running this business. Tracking the flow of drug trafficking funds through money laundering approach can be done by indetifying various placement, layering, and integration activities of suspicious financial transactions. The placement pattern becomes the entrance of financial transactions through the participation of the providers of financial services. The layering pattern can consist od smurfing, money changer, and buying a stock portofolio. Meanwhile, the integration pattern enters various business activities with minimal risk. The prediction of money laundering tren based on drug trafficking leads three aspects, that is utilization of technologies, the role of third parties, and the involvement of unscrupulous government and law enforcement.
ALUR PELACAKAN PEMBALAKAN LIAR (ILLEGAL LOGGING) MELALUI PENDEKATAN PENCUCIAN UANG Lucky Nurhadiyanto
SISI LAIN REALITA Vol. 1 No. 2 (2016): Sisi Lain Realita
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.27 KB) | DOI: 10.25299/sisilainrealita.2016.vol1(2).1385

Abstract

Illegal logging is a part of crime against environment, which has a massive impact on the economy, social, cultural, and ecological. Ironically, majority of the illegal logging’s perpetrators are dominated by “the field criminal”. On the other side, intellectual actors who can control the activities never touch by the law. The money laundering concept can give a new approach to detect the leader actor. The author use follow the money viewpoint, which includes placement, layering, and integration. Qualitative data collection methods is used with in-depth interviews, systematic observation of the behavior, and document analysis. The result is a new paradigm in investigating illegal logging no longer focused on the field actors, but potentially tracking the intellectual actors behind illegal logging.
Tantangan dan Masa Depan Pengendalian Sosial Cyber Bullying: Diskursus Keterlibatan Sekolah sebagai Bystander Lucky Nurhadiyanto
Deviance Jurnal kriminologi Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Budi Luhur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.949 KB) | DOI: 10.36080/djk.v3i2.1103

Abstract

Dominasi dalam bentuk kekerasan, kenakalan hingga penyimpangan merupakan bagian yang sulit dipisahkan dari proses pendidikan di sekolah. Kekerasan di sekolah (yang seringkali disebut dengan bullying) tidak lagi dilakukan secara tradisional, namun beralih ke dunia maya. Alih-alih memanfaatkan kemajuan teknologi guna mengoptimalkan proses pembelajaran, seringkali kemajuan teknologi mendukung bullying itu sendiri. Hal ini menciptakan transformasi bullying tradisional yang memanfaatkan media elektronik menjadi cyber bullying. Pelaku dan korban dapat dibatasi pada lingkup pihak yang terlibat dalam berbagai konten cyber bullying. Namun, keberadaan bystander dapat mengalami rekonstruksi pada dimensi sekolah. Sekolah mampu berperan sebagai bystander aktif yang menguatkan cyber bullying. Di sisi lain, sekolah dapat pula meredam cyber bullying dengan berperan sebagai bystander pasif. Asumsi ini kiranya dapat membuka ruang diskusi tentang peran sekolah sebagai agen pengendalian sosial cyber bullying. Tulisan ini menggunakan 6 (enam) asumsi dalam perspektif kriminologi konstitutif, yakni engetahuan, diskursus, dan politik; konstruksi aturan oleh manusia dan konstruksi manusia oleh aturan; kekuasaan, bahaya, dan kejahatan; kejahatan sebagai produksi sosial; keterlibatan sistem peradilan dalam reproduksi kejahatan; dan wacana peradilan sosial. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskripsti dengan bersumber pada data sekunder. Simpulan yang dapat disederhanakan diklasifikasikan seperti sekolah menjadi “muara” bahkan “penitipan” bagi orang tua, ketidakmerataan rasio guru dan siswa, model pembelajaran klasikal, distrubusi beban siswa, hingga permasalahan internal pengajar terkait dengan kesejahteraan, hingga sistem pendidikan (kurikulum) yang bersifat parsial. Ragam inventaris permasalahan mengalami kristalisasi dengan melemahnya ikatan sosial antara sekolah dengan berbagai stakeholders di dalamnya.
Replacement Discourse Daftar Tunggu Terpidana Mati (Death Row) dalam Perspektif Penologi Konstitutif di Indonesia Lucky Nurhadiyanto
Deviance Jurnal kriminologi Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Budi Luhur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.404 KB) | DOI: 10.36080/djk.v2i2.914

Abstract

Hukuman mati di Indonesia menjadi salah satu hal yang menarik untuk diperdebatkan. Meskipun ragam pihak kerap melakukan penentangan, namun tidak sedikit pula yang masih mendukung kelestariannya. Indonesia menjadi salah satu negara yang masih mengakui dan memberikan vonis hukuman mati pada kejahatan tertentu. Oleh karena itu, diskursus pertentangan dialihkan pada bagaimana menyikapi para terpidana yang terkategori dalam daftar tunggu eksekusi vonis mati (death row). Pada praktiknya Indonesia telah mengadopsi standar internasional dalam hal pelaksanaan hak atas peradilan yang adil (fair trail). Hal tersebut meliputi upaya hukum biasa, upaya hukum luar biasa, hingga grasi. Hingga tulisan ini dibuat, sedikitnya terdapat 165 orang yang masuk dalam daftar tunggu eksekuksi mati. Berbagai kasus yang menimpa Yusman Telambanua, Rodirgo Gularte, Zulfikar Ali, dan Mary Jane Veloso menyisakan tanya implementasi prinsip fair trail di Indonesia. Penologi konstitutif dari Arrigo dan Milovanovic berusaha untuk mengedepankan 3 (tiga) yakni kooproduksi, sistem yang dinamis, dan reifikasi. Kemudian pemikiran tersebut dibenturkan pada filosofi penjeraan dalam hukuman mati. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif menjabarkan pemikiran melalui teknik pengumpulan data sekunder. Simpulan yang didapatkan terbagi atas 4 (empat) hal, yakni 1) ketiadaan standar proses daftar tunggu eksekusi mati dalam peraturan perundangan, 2) hukum acara pidana tidak spesifik memisahkan terpidana hukuman mati dengan inkapasitasi, 3) implementasi prinsip fair trail seringkali berupa unfair trail, dan 4) tumpang tindih hakikat pencarian kepentingan formal di atas kebenaran materiel.
Analisis Cyber Bullying Berbasis Teknik Netralisasi (Techniques of Neutralization) melalui Smartphone pada Pelajar SMA di Pesanggrahan, Jakarta Lucky Nurhadiyanto; Chazizah Gusnita; Tulus Yuniasih
Deviance Jurnal kriminologi Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Budi Luhur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.661 KB) | DOI: 10.36080/djk.v2i1.877

Abstract

Penelitian ini memfokusan kajiannya pada analisis cyber bullying berbasis teknik netralisasi (techniques of neutralization) melalui smartphone pada pelajar SMA di Pesanggrahan, Jakarta. Cyber bullying melalui smartphone seringkali tidak dianggap sebagai bentuk kejahatan atau penyimpangan sosial. Pemakluman terhadap cyber bullying memiliki keterkaitan dengan ragam tipe teknik netralisasi. Oleh karena itu, identifikasi masalah meliputi perilaku cyber bullying dan tipe teknik netralisasi yang melibatkan pelaku, korban, dan saksi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis proses cyber bullying berbasis teknik netralisasi melalui smartphone dan menggambarkan cyber bullying secara umum di masyarakat. Indikator penelitian mencakup pengguna dan pengakses, materi berkonten cyber bullying, dan klasifikasi tipe teknik netralisasi. Tahapan penelitian ini merupakan rangkaian proses yang mencakup pengamatan awal, perumusan masalah penelitian, penetapan lokasi penelitian, penyusunan instrumen pengumpulan data primer, survei lapangan, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Tahapan pengamatan awal dilaksanakan melalui observasi dan kajian kepustakaan. Hasil pengamatan awal berupa pemetaan kondisi SMA di Pesanggrahan Jakarta, permasalahan yang dihadapi masyarakat muda, kekinian medium dan pola interaksi di antara generasi muda di SMA di Pesanggrahan Jakarta. Survei lapangan dilakukan menggunakan teknik observasi partisipasif, wawancara terstruktur, dan focus group discussion (FGD). Analisis data dilakukan melalui teknik analisis diskursus dan konten. Penelitian ini akan berlangsung selama 1 tahun (12 bulan). Luaran utama yaitu luaran wajib berupa publikasi ilmiah dalam jurnal nasional tidak terakreditasi.
POLITIK LUAR NEGERI VENEZUELA DI KAWASAN AMERIKA LATIN PADA PERIODE 2002 – 2010 Lucky Nurhadiyanto; Arya Sandhiyudha
Transnasional Vol 10, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Budi Luhur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research discussed about the foreign policy of Venezuela in the Latin American in 2002-2010. From the past, the cooperation of two nations exist in harmony before 2002. After that Venezuela was particularly vulnerable to tensions with the United States. Venezuela often shown a confrontational attitude and actions toward the United States. As a result, Venezuela has established cooperation with countries that have a “unharmony background" with the United States. This happened since the President Chávez era. Bolivarian Revolution was affecting the Venezuelan democracy on the direction of foreign policy. Oil commodity becomes a major tool in cooperation with countries in Latin America. Altough it can not be denied Venezuela's dependence on the United States is greater than the reverse.