Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

SIGNIFIKANSI KAHOOT!: INTERAKSI MANUSIA DAN MESIN DALAM PROSES PEMBELAJARAN Jaka Warsihna; Zulmi Ramdani
Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 8, No 2 (2020): Kwangsan
Publisher : Balai Besar Guru Penggerak Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31800/jtp.kw.v8n2.p154--167

Abstract

Abstract The use of technology in the learning process is a new step that is considered capable of becoming an alternative and innovative media to improve the quality of learning. Kahoot!is a game-based learning media created to make it easier for teachers to carry out evaluations and increase student motivation in participating in learning activities. This study aims to explore the psychological processes and conditions that might occur with the interaction between students and Kahoot!as gamification in the learning process. A total of 44 student respondents involved in this study was selected using the purposive sampling technique. The results of the study showed that the majority of respondents assumed that Kahoot! is an important and interesting media used in the learning process. In addition, the interaction between respondents and Kahoot!itself is determined by other factors, including internet connection, psychological state, and mastering subject and knowledge. The results of that interaction psychologically produce various kinds of emotions, both positive and negative. Thus, Kahoot!including learning media with interactive game features that can be used effectively in the learning process. AbstrakPenggunaan teknologi dalam proses pembelajaran adalah langkah baru yang dianggap mampu menjadi media alternatif dan inovatif untuk meningkatkan kualitas dari pembelajaran tersebut. Kahoot!adalah media pembelajaran berbasis game yang dibuat untuk mempermudah guru di dalam melaksanakan evaluasi dan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Studi ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi mengenai proses dan kondisi psikologis yang mungkin terjadi dengan adanya interaksi antara siswa dengan Kahoot!sebagai gamifikasi dalam proses pembelajaran. Sebanyak 44 responden mahasiswa terlibat dalam studi ini yang dipilih dengan menggunakan purposive sampling technique. Hasil studi menunjukkan bahwa mayoritas responden mengganggap bahwa Kahoot!merupakan media yang penting dan menarik digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu, interaksi antara responden dan Kahoot!itu sendiri ditentukan oleh faktor-faktor lainnya meliputi internet connection, psychological state, dan mastering subject and knowledge. Hasil interaksi itu secara psikologis menghasilkan berbagai macam emosi baik yang bersifat positif ataupun negative. Dengan demikian, Kahoot!termasuk ke dalam media pembelajaran dengan fiture game interaktif yang bisa digunakan dengan efektif dalam proses pembelajaran.
KESIAPAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN BUKU PANDUAN PEMBELAJARAN PASCA BENCANA Jaka Warsihna; Ence Oos M Anwas; Zulfikri Anas; Fauzy Rahman Kosasih; Zulmi Ramdani; Andi Amri
Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan Vol 9, No 2 (2021): Kwangsan
Publisher : Balai Besar Guru Penggerak Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31800/jtp.kw.v9n2.p142--152

Abstract

Disasters that occur in an area result in the interruption of the learning process there frequently. It is caused by the damage to facilities and infrastructure or the psychological condition of the affected community that has not recovered. It becomes the background of the importance of post-disaster learning guidebooks. This study aims to see the readiness of teachers in implementing post-disaster learning. A total of 71 teachers selected using purposive sampling participated in filling out the teacher readiness questionnaire. On the one hand, the results showed that most teachers were ready to implement the learning guidebook. On the other hand, teachers should consider readiness factors more specifically because these are supposed to improve their performance in post-disaster learning.AbstrakBencana yang terjadi di suatu daerah seringkali mengakibatkan terputusnya proses pembelajaran di lokasi tersebut. Hal ini disebabkan baik karena rusaknya fasilitas sarana dan prasarana atau belum membaiknya kondisi psikologis orang-orang yang terdampak. Hal inilah yang kemudian melatar-belakangi pentingnya buku panduan pembelajaran pasca bencana. Studi ini bertujuan untuk melihat kesiapan guru dalam mengimplementasikan pem-belajaran pasca bencana. Sebanyak 71 orang guru yang dipilih dengan menggunakan purposive sampling berpartisipasi dalam pengisian kuesioner kesiapan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas guru sudah siap untuk meng-implementasikan buku panduan pembelajaran tersebut. Di sisi lain, guru harus mempertimbangkan faktor-faktor kesiapan secara lebih khusus karena ini dianggap akan meningkatkan performa mereka dalam melakukan pembelajaran pasca bencana.
E-Learning Melalui Portal Rumah Belajar Jaka Warsihna
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol.XVI No.1 Maret 2012
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.212 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v0i0.9

Abstract

Belajar merupakan kewajiban setiap manusia sejak kecil hingga akhir hayatnya. Inti proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan. Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Agar proses belajar dapat terus termotivasi diperlukan berbagai model, sistem, dan media pembelajaran. Salah satu sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi adalah e-learning. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyiapkan sebuah portal yang khusus didedikasikan untuk e-learning. Portal tersebut diberi nama “Rumah Belajar” dengan alamat belajar.kemdiknas.go.id. Portal ini setelah diluncurkan sudah banyak yang mengakses dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada. Setelah dimanfaatkan ternyata portal ini memiliki berbagai kekuatan dan juga kelemahan. Kekuatannya portal ini antara lain dikemas sesuai dengan proses pembelajaran yaitu sesuai kurikulum, ada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi, katalog media, peta materi, dan bank soal. Sedangkan kelemahannya antara lain belum ada home, materi belum lengkap, masih sering failure, bank soalnya belum sesuai dengan kompetensi dasar, katalog medianya belum lengkap, dan lain sebagainya.
KOMPETENSI TIK UNTUK GURU Jaka Warsihna
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol.XVI No.2 Juni 2012
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1152.598 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v0i0.23

Abstract

Kehadiran TIK untuk pendidikan tidak dapat dihindari. Salah satu fungsi TIK di dalam pendidikan adalah untuk pembelajaran ( e-learning). Keberhasilan pembelajaran kunci utamanya terletak pada guru. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Untuk mewujudkan keempat kompetensi tersebut dengan cepat dan efisien harus ditambah dengan kompetensi TIK. Kompetensi TIK ada beberapa tahap, mulai dari yang dasar sampai ke tingkat mahir. Agar seluruh guru memiliki kompetensi TIK dengan baik perlu dibuat standar kompetensinya. Dengan adanya standar kompetensi TIK untuk guru akan memudahkan bagi berbagai pihak yang akan berpartisipasi untuk meningkatkan kompetensi TIK guru. Pihak yang secara langsung menggunakan standar kompetensi tersebut adalah lembaga yang menghasilkan calon guru (PTK) dan yang mengurusi peningkatan kompetensi guru. Sedangkan dampaknya adalah proses pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan dari sumber yang beragam. Dengan demikian mutu sumber daya manusia Indonesia akan meningkat dengan cepat dan dapat sejajar dengan bangsa lain di dunia.
MODEL PEMBELAJARAN DENGAN TIK DI SEKOLAH KATEGORI PERINTIS Jaka Warsihna
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol.XVI No.4 Desember 2012
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1634.022 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v0i0.45

Abstract

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan sudah dilaksanakan hampir sebagian besar sekolah di Indonesia. Bentuk pemanfaatannya sangat beragam mulai dari yang sederhana sampai pada tahap maju. Bagaimana guru memanfaatkan TIK untuk pembelajaran di kelas dan model pembelajaran dengan TIK seperti apa agar seluruh siswa dapat belajar secara optimal. Pembelajaran yang mengintegrasikan TIK di sekolah sangat beragam. Keberagaman ini disebabkan oleh empat hal yaitu kebijakan, infrastruktur, bahan ajar berbasis TIK, dan kualitas SDM. Berdasarkan keempat hal tersebut, sekolah dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu kategori rintisan, dasar, menengah, dan mapan. Sekolah kategori rintisan adalah sekolah baru memulai menggunakan TIK untuk pembelajaran. Model pembelajaran berbasis TIK untuk sekolah kategori rintisan adalah berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa harus memperhatikan isi pembelajaran, strategi pembelajaran, lingkungan kelas, sistem penilaian, dan teknologi yang tersedia. Hal kedua yang perlu dilakukan oleh guru adalah pembelajaran aneka sumber. Pada umumnya guru belum memanfaatkan lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar. Ketika hal ini sudah dimanfaatkan, maka proses pembelajaran menjadi lebih alami, sosial, peran guru sudah berubah sebab guru bukan satu-satunya sumber informasi, dan siswa akan lebih aktif karena terlibat dari awal sampai akhir baik perencaaan sampai dengan evaluasi.
PEMANFAATAN TIK UNTUK PENDIDIKAN (E-LEARNING) DI SMP Jaka Warsihna
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol.XVII No.1 Maret 2013
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (41.114 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v0i0.64

Abstract

diterima: 13 Januari 2013; dikembalikan untuk revisi: 26 Januari 2013; disetujui: 13 Februari 2013;Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui bagaimana kebijakan Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah terhadap TIK untuk pendidikan; (2) mengidentifikasi infrastruktur TIK; (3) mengidentifikasi sumber daya manusia; (4) mengidentifikasi materi pembelajaran berbasis TIK; (5) mengetahui model pemanfaatan TIK untuk pendidikan; dan (6) dampak pemanfaatan TIK untuk pendidikan. Penelitian ini merupakan studi evaluasi dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian, yaitu Kepala Sekolah, guru, siswa, dan tenaga kependidikan di SMP Negeri Kota Pontianak. Teknik pengumpul data yang digunakan, yaitu: wawancara, observasi, dan mencatat arsip serta dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kebijakan Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah sangat mendukung pemanfaatan TIK untuk pendidikan; (2) infrastruktur TIK di SMP Negeri Kota Pontianak ada tiga kategori yaitu: lengkap, sedang, dan kurang; (3) SDM dalam pemanfaatan TIK untuk pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: terampil, cukup terampil, dan kurang terampil; (4) materi pembelajaran berbasis TIK yang dimiliki sekolah dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: lengkap, sedang, dan kurang; (5) pemanfaatan TIK untuk pendidikan di sekolah dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: maju, sedang, dan kurang; dan (6) setelah memanfaatkan TIK pelayanan administrasi sekolah menjadi lebih efisien dan afektif, pembelajaran menjadi lebih menarik, meningkatkan profesionalitas guru, minat belajar siswa meningkat, daya serap menjadi lebih baik, tingkat kelulusan meningkat, dan nilai UN terus meningkat.Kata Kunci: pemanfaatan, TIK, pendidikan, e-learning, SMP, kualitatif.Abstract:This study aimed to: (1) find out the ICT for education policy of The Education Office and principals(2) identify the ICT infrastructure, (3) identify the human resources, (4) identifiy ICT-based learning materials, (5) identify the model of ICT utilization for education, and (6) the impact of ICT on education. This study was an evaluation study using qualitative descriptive method. Subjects of the study were the principals, teachers, students, and academic staff of Junior High Schools in Pontianak. The technique for data collection were: interview, observation, and archival and document recording. The results showed that: (1) the policy of The Education Office and principals strongly supported the use of ICT for education, (2) there were three main cathegories of ICT infracstructure in Junior High Schools in Pontianak,namely equipped, fairly equipped, and less equipped, 3) Human resources of ICT use for education could be classified into three cathegories, namely: skilled, fairly skilled,, and less skilled, (4) The availability of the ICT-based learning materials in schools could be divided into three states, namely: fully available,fairly available, and less available, (5) The level of ICT use for education in schools could be cathegorized into 3 levels, they are advance, intermediate and less utilization, and (6) The use of ICT had positive impacts on the efficiency and effectiveness of school administration, learning attractiveness, teacher professionalism, student interest in learning, learning material absorption, enhancement of passing rate, and National Examination scores.Key words: ICT, learning, junior high school, distric, and qualitative
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) UNTUK PENDIDIKAN DAERAH TERPENCIL , TERTINGGAL DAN TERDEPAN (3T) Jaka Warsihna Jaka Warsihna
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol.XVII No.2 Juni 2013
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.374 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v0i0.82

Abstract

diterima: 15 Mei 2013; dikembalikan untuk direvisi: 20 Mei 2013; disetujui: 29 Mei 2013Abstrak:Penulisan artikel ini bertujuan untuk memberikan sebuah pemikiran dan solusi pemecahan masalah pendidikan di Indonesia yang belum merata kualitasnya. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Pemanfaatan TIK untuk pendidikan juga dapat dimanfaatkan untuk sekolah di daerah 3T (Terpencil, Tertinggal, dan Terdepan). Pemanfaatan TIK untuk daerah 3T menggunakan prinsip 1) empowering (pemberdayaan), 2) button up (tumbuh dari bawah), 3) sustainability (keberlangsungan), 4) pendekatan pembelajaran modern, dan 5) partnership (kemitraan). Setelah dilakukan kajian hasilnya menunjukkan bahwa pemanfaatan TIK untuk daerah 3T dengan berdasarkan kelima prinsip tersebut menunjukkan mampu mendorong guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, memotivasi siswa untuk rajin ke sekolah, dan mengajak partisipasi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya yang lebih tinggi.Kata Kunci: Pemanfaatan, TIK, pendidikan, daerah terdepan, terpencil, dan tertinggalAbstract: This article aimed to offer a thought and solution to solve the uneven quality of education in Indonesia. One of efforts to increase education quality was done by utilization of information and communication technology (ICT) for education. ICT could also be utilized for schools in remote, undeveloped, and frontier areas. The utilization of ICT for those regions was under the principles of 1) empowerment, 2) bottom-up, 3) sustainability, 4) modern learning approach, and 5) partnership. The result of the study showed that the utilization of ICT under those five principlies was able to encourage teachers to increase learning quality, to motivate students to be diligent, and to persuade community to send their children to higher level of school.Key Words: utilization, ICT, education, frontier areas, remote areas, undeveloped areas.
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER Jaka Warsihna Jaka Warsihna
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. XV No.2 Desember 2011
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.159 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v0i0.99

Abstract

Abstrak:Dalam menerapkan pendidikan budaya dan karakter melalui TIK khususnya internet, televisi, dan radio harus dipikirkan benar dampak positif, dan negatifnya. Sebab perkembangan TIK selalu bermata dua. Di satu sisi menguntungkan, dan sisi yang lain merugikan. Para guru harus mampu memberikan materinya secara interaktif, dan membuat para peserta didiknya menjadi kreatif. Pembelajaranpun menjadi menyenangkan. Mereka digiring bukan hanya sebatas mencari dan memperoleh informasi, tetapi juga mampu menciptakan informasi. Mereka harus diarahkan untuk mampu menjadi pencipta pengetahuan, dan bukan hanya menjadi konsumen pengetahuan saja. Gurupun tak terlalu dominan di kelas karena pembelajaran berpusat pada siswa. Guru lebih sering sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran. Dalam pemanfaatan TIK satu kali contoh keteladanan lebih baik daripada 1000 kali perkataan. Para guru harus mampu memberikan contoh yang baik dalam memanfaatkanTIK khususnya internet. Dengan begitu mereka akan melihat keteladanan dari gurunya dalam pemanfatan TIK di sekolah. Pendidikan karakter yang sangat penting ditananamkan pada diri siswa adalah jujur. Para guru harus mampu menanamkan kejujuran dalam diri setiap peserta didik. Tak berkata bohong (dusta) dan mampu berkata benar dalam segala sikap dan tingkah lakunya. Selanjutnya untuk para C-Generation itu harus diarahkan bukan hanya untuk menjadi pengguna pengetahuan namun juga menjadi pencipta pengetahuan. Agar bisa menjadi pencipta pengetahuan, maka budaya baca dan tulis harus dilatihkan melalui pemanfaatan TIK secara benar.Abstract :In applying the culture and character education through ICTs, especially the internet, television, and radio, the positive impact as well as the negative one should be considered. The development of ICT is always like a double-edged sword. One side is beneficial, the other one can be detrimental. Teachers should be able to deliver material interactively and to make the learners creative. Learning has to be fun. Learners were led not merely to search and gain information, but also to create information. They should be directed to be able to create knowledge and not only to be able to use knowledge. Teacher role cannot be so dominant anymore as the learning is a student-centered learning. Teacher takes a role frequently as a facilitator and motivator of learning. In ICT utilization one real example is better than 1000 times utterance. Teachers should be able to give good examples in ICT utilization, especially internet. By doing so, learners will follow what they see in ICT utilization in school. The very important character education to instill is the honesty. Teachers must be able to instill honesty in every learner. They do not tell lies and are able to speak the truth in all their attitude and behavior. The next thing, this C-Generation should be directed not only to become knowledge user, but also to become knowledge creator. To be knowlege creator the reading and writing culture should be cultivated by the use of ICT correctly. Keywords: education, character, technology, information, communication
PERANAN TIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR SESUAI KURIKULUM 2013 Jaka Warsihna
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol.18 No. 2 Agustus 2014
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.209 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v0i0.120

Abstract

Abstrak:Di dalam kurikulum 2013 pelajaran TIK mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dihilangkan. Menurut pemerintah, TIK harus terintegrasi dalam semua pelajaran. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, semua guru harus belajar menggunakan TIK dan dapat menggunakan TIK untuk belajar. Model pemanfaatan TIK di sekolah harus disesuaikan dengan kondisi sekolah. Apabila saran TIK terbatas, maka TIK sebagai sarana pembelajaran. Apabila setiap anak memiliki satu perangkat, maka anak diberikan kebebasan untuk belajarnya. Dalam kondisi ini anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebaiknya guru sudah mengintegrasikan materi pembelajaran dengan sumber-sumber belajar yang berbasis TIK. Di samping itu kegiatan pembelajaran di SD mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup dapat dilakukan oleh guru dengan memanfaatkan TIK. Khusus di dalam kegiatan inti dalam pembelajaran di SD sesuai kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik yaitu dari mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan dapat dibantu oleh TIK.Kata Kunci: peranan, TIK, pembelajaran, kurikulum 2013, dan sekolah dasar Abstract :In the 2013 curriculum, ICT lessons from elementary School to Senior High School has been eliminated . According to the government, ICT should be integrated in all subjects. To meet this demand, all teachers must learn to use ICT and to use ICT for learning. The use of ICT in schools should be adapted based on the school condition and situation. If the ICT infrastructure is limited, then the use of ICT is only limited as a tool for learning. Whereas if every child has one device, then the child is given the freedom to learn. In this condition the child will learn to perform activities in accordance with the conditions of their individual abilities so that sooner or later the child will receive services suitable to his learning. To achieve these objectives, the teacher should have integrated learning material to the sources of ICT-based learning. In addition, the beginning, the core, and the final learning activities in elementary school can be carried out by a teacher cover the use of ICT. The use of ICT can be influential to assist the the 2013 school curriculumcore activities of learning in primary school, especially by the scientific approach of observing, asking, digging up information, associating, and communicating.Key words: ICT, learning, curriculum 2013, and elementary school
E-SABAK (TABLET) UNTUK PEMBELAJARAN DI INDONESIA jaka warsihna; siti mutmainah; ita utari
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.264 KB) | DOI: 10.32550/teknodik.v19i3.171

Abstract

Abstrak:Pemanfaatan tablet (e-Sabak) untuk pembelajaran di Indonesia dirintis oleh Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2011. Namun demikian, kebijakan ini baru direalisasikan pada tahun 2015. Pemanfaatan e-Sabak difokuskan pada pembelajaran di Sekolah Dasar khususnya di daerah terpencil, tertinggal, dan terdepan (3T). Pembahasan tentang penggunaan tablet untuk pembelajaran di Indonesia masih terbatas. Kajian ini ingin membahas: (1) manfaat e-Sabak untuk pembelajaran; (2) kesiapan anak Indonesia, khususnya siswa SD di daerah 3T, untuk menggunakan e-Sabak dalam pembelajaran; dan (3) persiapan sekolah dalam pemanfaatan e-Sabak untuk pembelajaran. Hasil kajian menyatakan bahwa tablet (e-Sabak) untuk pembelajaran dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu pembelajaran, sumber pembelajaran, sarana interaksi pembelajaran, pengelolaan sistem pembelajaran, dan alat penilaian pembelajaran. Saat ini, tablet hanya akan digunakan sebagai sumber pembelajaran menggantikan buku. Anak Indonesia sudah siap untuk menggunakan e-Sabak dalam pembelajaran mereka. Kesiapan sekolah untuk melakukan pembelajaran dengan tablet perlu mendapatkan dukungan kebijakan yang konsisten dari pusat hingga sekolah, pelatihan guru dan siswa, penambahan infrastruktur (listrik, internet/intranet, LCD projector, komputer/laptop, dan lain sebagainya), serta penyiapan konten pembelajaran yang sesuai.Kata Kunci: Tablet (e-Sabak), belajar, pembelajaran di IndonesiaAbstract:The use of e-Sabak for learning in Indonesia was initiated by the Government, through the Ministry of Education and Culture, in 2011. However, this policy has just been realized in 2015. The use of e-Sabak will be focused on learning in elementary schools, especially those located in remote, left, and forefront areas (3T). Studies on tablet usage (e-Sabak) for learning in Indonesia are still limited. This study tries to explore the following issues: (1) The benefis of e-Sabak for learning; (2) The readiness of Indonesian children, especially the students of elementary schools in remote, left, and forefront areas to use e-Sabak in their learning; and (3) the preparations that should be made by schools before utilizing e-Sabak for learning. The result of the study shows that e-Sabak can be used as a learning tool, a learning resource, a medium of learning interaction, a learning system management, and a learning evaluation tool. Currently, e-Sabak is only used as a learning resource replacing books. Indonesian children have been ready to utilize e-Sabak tablet for their learning. Schools’ readiness in utilizing e-Sabak in their teaching-learning process should be supported by relevant and consistent policies from the central government up to schools, teacher as well as student trainings, infrastructure provision (electricity, internet/intranet, LCD projectors, computers/laptops, and so on), and relevant learning content provisions.Key Words: Tablet (e-Sabak), learning, education in Indonesia