Claim Missing Document
Check
Articles

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI EOSIN 2% PADA PEMERIKSAAN TELUR CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTH Syawal Abdurrahman; Wa Ode Nur Intan; Yunita Amraeni
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 7 No. 2 (2023): JURNALMEDILAB MANDALA WALUYA
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883/

Abstract

Eosin 2 % merupakan salah satu reagen yang bersifat asam dan berwarna merah jingga yang berfungsi sebagai mewarnai latar belakang dari telur cacing menjadi berwarna merah agar telur cacing dapat terlihat dengan jelas, namun eosin memiliki sifat yang toksik terhadap lingkungan karena sulit terurai. karena itu, diperlukan bahan alternatif, zat warna lain yang perlu dipertimbangkan adalah dari kulit bawang merah (Allium cepa) kulit bawang merah mengandung senyawa antosianin yang menghasilkan warna merah dan memiliki sifat yang sama seperti eosin yaitu bersifat asam dan larut dalam air. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui limbah kulit bawang merah (Allium cepa) dapat digunakan sebagai alternatif pengganti eosin 2% pada pemeriksaan telur cacing Soil Transmitted Helminth. Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yaitu pengamatan dengan melihat kekontrasan, penyerapan warna dan kejelasan bagian telur cacing di mikroskop, dengan Variasi konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Hasil menunjukkan bahwa ekstak kulit bawang merah (Allium cepa) konsentrasi 3% dan 5% memberikan kualitas pewarnaan yang paling baik untuk mewarnai telur cacing hal ini terlihat bahwa lapangan pandang kontras, telur cacing menyerap warna dan bagian telur terlihat jelas. Hal ini menjadikan ektrak kulit bawang merah (Allium cepa) dapat digunakan sebagai alternatif penganti eosin 2 % dalam pemeriksaan telur cacing.
Perbandingan Pengetahuan Sikap dan Praktik Masyarakat pada Wilayah Urban dan Rural Daerah Endemik Filariasis di Kabupaten Bogor Yunita Amraeni; Muhammad Nirwan
Aspirator Vol 14 No 2 (2022): Jurnal Aspirator Volume 14 Nomor 2 2022
Publisher : Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58623/aspirator.v14i2.13

Abstract

Pengetahuan, sikap, praktik berhubungan dengan kejadian filariasis dan merupakan faktor protektif. Kabupaten Bogor merupakan daerah endemis filariasis yang belum memiliki gambaran tentang tingkat pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan tingkat pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat terhadap pengendalian filariasis. Penelitian deskriptif analitik ini membandingkan dua kelompok sampel penelitian dengan rancangan cross-sectional. Penelitian dilaksanakan di Desa Cimanggis dan Desa Tamansari pada Juli 2019. Uji statistik yang digunakan adalah chi square, uji korelasi Spearman dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,005) dan praktik (p=0,007) pada wilayah urban dan rural. pengetahuan responden di Desa Tamansari secara umum adalah rendah (52,8%) dan di Desa Cimanggis berpengetahuan sedang (55,3%). Sikap responden di Desa Tamansari dan Desa Cimanggis secara umum memiliki sikap yang positif sedangkan praktik secara umum adalah baik. Uji chi-square memperlihatkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan jenis kelamin, umur, dan pendidikan; sikap dengan pendidikan; serta tidak ada hubungan praktik dengan karakteristik responden di Desa Cimanggis. Adapun di Desa Tamansari tidak terdapat karakteristik responden yang memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan, sikap, dan praktik. Uji korelasi Spearman antarvariabel didapatkan hanya sikap dan praktik yang memiliki hubungan signifikan di Desa Cimanggis. Studi ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan filariasis wilayah urban dan rural. Tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan Filariasis pada wilayah urban lebih baik dibandingkan wilayah rural.
Biodiversitas Lipas Dan Penerapan Biosekuriti Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dan Swasta Di Kota Kendari Sulawesi Tenggara: Cockroach Biodiversity and the Application of Biosecurity in Regional and Private Public Hospitals in Kendari City, Southeast Sulawesi Nirwan, Muhammad; Rafiuddin, Ari Tjahyadi; Amraeni, Yunita
Aspirator Vol 15 No 2 (2024): Jurnal Aspirator Volume 15 Nomor 2 2024
Publisher : Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58623/aspirator.v15i2.122

Abstract

Cockroaches play a role in the transmission and spread of human pathogens in the hospital environment. Cockroaches are home to pathogenic organisms and are able to move freely in the hospital environment. Biosecurity in hospitals is very important to prevent the spread of infectious diseases and maintain a safe environment for patients and health workers. The implementation of biosecurity is often ignored or inconsistent in several hospitals, both in regional public hospitals and private hospitals, especially in areas such as Kendari City, Southeast Sulawesi. This study aims to identify and analyze the biodiversity of cockroaches and evaluate the implementation of biosecurity in regional public hospitals and private hospitals in Kendari City. The type of research is analytical descriptive research and has been carried out at the Regional Public Hospital and Private Hospital in Kendari City, from August 13 to September 10, 2023. The types of cockroaches found in the Regional Public Hospital and Private Hospital in Kendari City are Periplaneta americana and Blattella germanica. The distribution of cockroaches in the Regional Public Hospital was higher than in Private Hospitals in Kendari City. P. americana and B. germanica cockroaches in both public and private hospitals were mostly found at the wastewater observation point, followed by inpatient and kitchen. P. americana and B. germanica infestations were in the low category in both public and private hospitals. The implementation of personal and workplace biosecurity in private hospitals was better than in public hospitals, while environmental biosecurity in both public and private hospitals had equally good implementation.