I Made Dwinata
Labolatorium Parasitologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia

Published : 64 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Prevalensi dan Faktor Risiko Infeksi Trichuris suis pada Babi yang Dipelihara di Tempat Pembuangan Akhir Denpasar Yoseph, Veronica Vriscilla; Dwinata, I Made; Oka, Ida Bagus Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (4) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.709 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.4.393

Abstract

Trichuris suis merupakan cacing nematoda yang predileksinya pada sekum babi. Cacing ini umumnya menginfeksi babi muda terutama yang berumur enam bulan. Dampak yang ditimbulkan dari penyakit ini bagi ternak babi diantaranya diare, gastritis, peritonitis, anoreksia, penurunan berat badan, kekurusan bahkan pada kasus berat dapat mengakibatkan kematian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi infeksi T. suis dan faktor risikonya pada babi yang dipelihara di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Denpasar. Sampel penelitian yang digunakan adalah 100 sampel feses babi dan diperiksa menggunakan metode apung. Identifikasi jenis telur cacing T. suis berdasarkan morfologi. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan faktor resikonya dianalisis dengan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi T. suis pada babi di TPA Suwung, Denpasar adalah 55%. Jenis kelamin dan umur tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap prevalensi infeksi T. suis sedangkan jumlah babi per kandang berjumlah 1-4, 5-8 dan ? 9 ekor babi mempengaruhi prevalensi infeksi T. suis (P<0,05). Hasil penelitian ini menyediakan informasi dasar yang digunakan untuk pencegahan T. suis pada babi.
Prevalensi Infeksi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Lahan Basah dan Kering di Kabupaten Badung Ariawan, Kadek Yudha; Apsari, Ida Ayu Pasti; Dwinata, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (4) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.251 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.4.314

Abstract

Pemeliharaan sapi bali di Bali masih ada yang menggunakan sistem pemeliharaan semi intensif. Sapi yang dipelihara biasanya digembalakan pada lahan-lahan yang terbuka baik itu lahan basah (wetland) maupun lahan kering berkapur (dryland). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan jenis nematoda gastrointestinal sapi bali yang dipelihara secara semi intensif di daerah lahan basah dan kering berkapur di Kabupaten Badung, serta hubungan kondisi lahan suatu daerah terhadap prevalensi infeksi cacing nematoda gastrointestinal. Jumlah sampel yang digunakan adalah 182 feses sapi, dimana 75 sampel berasal dari lahan basah dan 107 sampel berasal dari lahan kering berkapur. Sampel diperiksa dengan menggunakan metode konsentrasi apung dengan zat pengapung gula Sheather. Identifikasi dilakukan berdasarkan morfologi telur cacing. Prevalensi infeksi nematoda gastrointestinal di Kabupaten Badung adalah 70,9% (129/182) dengan prevalensi di daerah lahan basah 73,3% (55/75) dan di daerah lahan kering 69,2% (74/107). Berdasarkan analisis dengan Chi-square, kondisi lahan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap prevalensi infeksi nematoda gastrointestinal. Jenis cacing nematoda gastrointestinal yang ditemukan adalah cacing tipe Strongyle 69,8% (127/182), Strongyloides papillosus 11,5% (21/182), Trichuris sp. 3,8% (7/182), Toxocara vitulorum 1,6% (3/182), dan Capillaria sp. 1,1% (2/182).
Prevalensi Infeksi Cacing Toxocara Canis pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali Evayana, Made; Dwinata, I Made; Puja, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (2) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.192 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Sebanyak 90 sampel feses Anjing Kintamani Bali diperiksa menggunakan metode kosentrasi apung. Hasil penelitian, diperoleh bahwa prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali sebesar 22,22% (20/90). Pevalensi infeksi berdasarkan umur dibawah satu tahun sebesar 22,85% dan umur diatas satu tahun sebesar 21,81%. Prevalensi berdasarkan jenis kelamin, pada anjing jantan sebesar 25% dan pada anjing betina sebesar 18,42%. Sedangkan prevalensi berdasarkan sistem pemeliharaan, pada anjing dikandangkan sebesar 21,42% dan pada anjing yang dilepaskan sebesar 22,91%. Hasil uji Chi-square didapatkan umur, jenis kelamin dan sistem pemeliharaan tidak terdapat hubungan yang signifikan (P>0.05) antara satu dengan yang lain.
AKURASI METODE RITCHIE DALAM MENDETEKSI INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA BABI Dwi Suryastini, Kadek Ayu; Damriyasa, I Made; Dwinata, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (5) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.877 KB)

Abstract

Penyakit cacing merupakan salah satu jenis penyakit parasit yang dapat menginfeksi. Cara mendiagnosa infeksi cacing selain dengan melalui gejala klinis dan pemeriksaan post mortem dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan feses. Salah satu metode untuk pemeriksaan feses adalah dengan metode Ritchie. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui akurasi metode Ritchie pada pemeriksaan feses babi untuk mendeteksi infeksi cacing pada saluran pencernaan. Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampel feses dan isi saluran gastrointestinal babi yang diambil dari Pegunungan Arfak dan Lembah Baliem dengan jumlah sebanyak 22 sampel. Pemeriksaan cacing dilakukan dengan pemeriksaan post mortem sedangkan pemeriksaan feses dilakukan dengan metode Ritchie kemudian dihitung nilai sensitifitas dan spesifisitas. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pemeriksaan post mortem dan pemeriksaan feses maka didapat nilai spesifisitas dan sensitifitas untuk masing-masing jenis cacing pada pemeriksaan feses dengan metode Ritchie secara keseluruhan nilai sensitifitas antara 0%-72% dan spesifisitas 9,09%-72%. Hasil pemeriksaan dengan metode Ritchie pada penelitian ini mempunyai tingkat sensitifitas yang tidak tinggi. Dari hasil yang didapatkan maka dapat disimpulkan untuk jenis cacing telur type Strongyl didapat sensitifitas 72,72% dan spesifisitas 9,09%, untuk cacing Macracanthorhyncus didapat sensitifitas 0% dan spesifisitas 75%, untuk cacing Strongyloides didapat sensitifitas 44,44 % dan spesifisitas 100%, Ascaris didapat sensitifitas 40% dan spesifisitas 64,71% untuk cacing Trichuris didapat sensitifitas 63,62% dan spesifisitas 63,63%.
Prevalensi dan Faktor Risiko Infeksi Strongyloides Ransomi pada Babi yang Dipelihara di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Denpasar Muliani, Ni Kadek; Dwinata, I Made; Apsari, Ida Ayu Pasti
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (2) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.392 KB)

Abstract

Strongyloides ransomi merupakan cacing nematoda yang predileksinya pada usus halus babi. Cacing ini umumnya menginfeksi babi muda dengan dampak yang ditimbulkan anemia, diare, dehidrasi, anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, pertumbuhan terhambat dan kematian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi infeksi Strongyloides ransomi dan faktor risiko (umur, jenis kelamin dan jumlah babi per kandang) terhadap prevalensi infeksi Strongyloides ransomi pada babi yang dipelihara di tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung, Denpasar. Penelitian ini menggunakan 100 sampel feses babi. Pemeriksaan feses menggunakan metode apung dan identifikasi jenis telur cacing Strongyloides ransomi berdasarkan morfologi. Data yang diproleh disajikan secara deskriptif dan faktor risikonya dianalisis dengan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi Strongyloides ransomi pada babi yang dipelihara di TPA Suwung, Denpasar sebesar 15%. Hasil analisis statistik menunjukan prevalensi infeksi Strongyloides ransomi pada babi betina (26,3%) nyata lebih tinggi dari pada babi jantan (8,1%). Sedangkan umur dan jumlah babi perkandang tidak memiliki hubungan dengan prevalensi.
Seroprevalensi Infeksi Toxoplasma gondii pada Babi di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua YOGA LOKANTARA, I PUTU; DAMRIYASA, I MADE; DWINATA, I MADE
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (4) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.846 KB)

Abstract

This study aims to determine the presence of Toxoplasma gondii in pigs at the Baliem Valley and at the Mountains of Arfak Papua. Using the Indirect test Haemaglutination Asay, Primary Cellognost * Toxoplasmosis ? H (IHA reagent Toxoplasmosis), Reagent Buffer, Buffer Serum, Toxoplasmosis Control Serum, positive (IgG), Toxoplasmosis Control Serum, negative, and Pig Serum. The results showed the presence of Toxoplasma gondii in pigs at the Baliem Valley is (75.9%) and at the Mountains of Papua Arfak amounts (25%),
Prevalensi Protozoa Saluran Pencernaan pada Babi di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua YULIARI, PANDE KETUT; DAMRIYASA, I MADE; DWINATA, I MADE
Indonesia Medicus Veterinus Vol 2 (2) 2013
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.663 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis protozoa yang menginfeksi saluran pencernaan babi di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua, dan juga untuk mengetahui besarnya prevalensi infeksi protozoa saluran pencernaan pada babi di lembah Baliem dan pegunungan Arfak Papua. Penelitian ini menggunakan 22 sampel feses babi yang terdiri dari 10 sampel diambil dari Lembah Baliem dan 12 sampel dari Pegunungan Arfak Papua. Pengambilan sampel feses dilakukan setelah babi di nekropsi, feses diambil pada bagian rektum, kemudian ditampung pada larutan SAF. Pemeriksaan sampel menggunakan Metode Formol Ether (RITCHIE). Pemeriksaan laboratorium di Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Hasil pemeriksaan terhadap 22 sampel feses didapatkan 72,7% babi yang diambil dari Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua terinfeksi Eimeria, Isospora, Entamoeba, dan Balantidium.
Prevalensi dan Identifikasi Nematoda Saluran Pencernaan Kerbau Lumpur di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, NTB Baihaqi, Heri Utomo; Oka, Ida Bagus Made; Dwinata, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (1) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.229 KB)

Abstract

Infeksi cacing nematoda pada kerbau dapat menimbulkan dampak berupa penurunan bobot badan, anemia, diare, serta penurunan produktivitas pada ternak yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi peternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan identifikasi jenis cacing nematoda pada saluran pencernaan kerbau lumpur di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur. Penelitian ini menggunakan sampel feses kerbau yang diambil dari salah satu peternakan yang ada di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur. Jumlah sampel seluruhnya adalah 50 sampel yang berasal dari 34 kerbau jantan dan 16 betina. Sampel diperiksa dengan metode konsentrasi pengapungan dan identifikasi telur berdasarkan morfologi. Hasil pemeriksaan 50 sampel feses kerbau, ditemukan 39 sampel positif terinfeksi cacing nematoda dengan prevalensi sebesar 78%. Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan 27 sampel positif pada kerbau jantan dengan prevalensi sebesar 79,4%, dan dari 16 sampel feses betina ditemukan 12 sampel positif dengan prevalensi sebesar 75%. Setelah diidentifikasi berdasarkan morfologi telur, ditemukan cacing tipe strongyl dengan prevalensi sebesar 68%, cacing yang teridentfikasi adalah : Oesephagstomum spp 34%, Haemonchus spp 42%, Trichostrongylus spp 34%, dan Nematodirus spp 26%, sedangkan jenis nematoda lain ditemukan masing masing Strongyloides sp 50% dan Trihuris spp 8%.
Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Sapi Bali di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar Sajuri, Indri Agustin Stevi; Dwinata, I Made; Oka, Ida Bagus Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (1) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.363 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing nematoda saluran pencernaan yang menginfeksi sapi bali yang dipelihara di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Suwung Denpasar. Sampel penelitian adalah feses sapi bali berjumlah 100 sampel diperiksa dengan metode kosentrasi apung menggunakan larutan NaCl jenuh sebagai zat pengapung. Parameter yang diamati adalah melihat jenis telur cacing nematoda saluran pencernaan yang menginfeksi sapi bali. Data yang diperoleh dilaporkan secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi infeksi cacing nematoda saluran pencernaan pada sapi bali di TPA sebesar 30%. Jenis cacing yang menginfeksi saluran pencernaan sapi bali ditemukan jenis cacing tipe strongyl sebesar 28% dan cacing strongyloides sp sebesar 8%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa lingkungan TPA Suwung Denpasar kurang layak digunakan untuk memelihara sapi bali.
Prevalensi Infeksi Protozoa Gastrointestinal pada Sapi Bali di Lahan Basah dan Kering di Kabupaten Badung Rahmawati, Endah; Apsari, Ida Ayu Pasti; Dwinata, I Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (4) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.663 KB)

Abstract

Infeksi protozoa gastrointestinal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak sapi bali. Prevalensi infeksi protozoa gastrointestinal dapat bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor kondisi lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap prevalensi infeksi protozoa saluran cerna meliputi perubahan iklim, suhu lingkungan, kelembaban udara, ketinggian suatu wilayah, curah hujan, dan kondisi lahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi dan identifikasi infeksi protozoa gastrointestinal sapi bali yang dipelihara secara semi intensif di wilayah lahan basah dan kering berkapur di Kabupaten Badung, serta hubungan kondisi lahan suatu daerah terhadap prevalensi infeksi protozoa gastrointestinal. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 182 feses segar sapi bali, dimana 75 sampel berasal dari Kecamatan petang sebagai lahan basah dan 107 sampel berasal dari Kecamatan Kuta Selatan sebagai lahan kering berkapur. Feses diperiksa dengan metode pemeriksaan feses rutin secara apung menggunakan zat pengapung gula Sheather. Hasil penelitian didapatkan prevalensi infeksi protozoa gastrointestinal di Kabupaten Badung adalah 78% (142/182). Berdasarkan perbedaan kondisi lahan, prevalensi pada lahan kering berkapur 78,5% (84/107) lebih tinggi dibandingkan lahan basah 77,3% (58/75), tetapi secara analisis statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Jenis protozoa gastrointestinal yang ditemukan adalah Coccidia sp., Entamoeba sp., dan Balantidium sp. dengan prevalensi secara berurutan 58,8%, 52,7% dan 10,4%. Hasil penelitian menyediakan informasi dasar tentang protozoa gastrointestinal pada sapi bali dengan sistem pemeliharaan semi intensif pada wilayah lahan basah dan kering berkapur di Kabupaten Badung.
Co-Authors Affan Nur Alamsyah, Affan Nur Agus manahan manik Alice Viria Cordeiro da Costa Xavier Anak Agung Gde Arjana Anak Agung Gde Oka Dharmayudha Anak Agung Wisnu Kusuma Putra Ariawan, Kadek Yudha Astuti, K.W. Ayu Talia Shalsa Billa Bellantari, Melinda Chairannisa Rustam Cok Krishna Pemayun Desyandri Desyandri Dhea Septiany Peda Lalupada Dina, Putu Ayu Endah Rahmawati Evayana, Made Fajar Mubarok, Fajar Gilang Kala Maulana, Gilang Kala Here, Rischi Robinson Male Heri Utomo Baihaqi, Heri Utomo I Kadek Swastika I Ketut Puja I Made Damriyasa I Made Galih Diparayoga I Made Kardena I Made Merdana i Nengah Wandia I NYOMAN ADI SURATMA I NYOMAN MANTIK ASTAWA I PUTU YOGA LOKANTARA I Wayan Batan I Wayan Sudira Ida Ayu Pasti Apsari Ida Bagus Made Oka Kadek Ayu Dwi Suryastini Kadek Febriana Marta Putra Kadek Karang Agustina Ketut Budiasa Lestari, Maureen Tyas Luh Dewi Anggreni Luh Gede Winda Maheswari Makrina Weni Misa Maria Mentari Ginting, Maria Mentari Mariyana, Lilik Dwi Mersy Rambu Maramba Ndiha Muhammad Gustav Satriadistfa Septiadi, Muhammad Gustav Mukti, Taufik Muliani, Ni Kadek Nelviana Mesquita NI LUH PUTU SHISTA PAWITRI Ni Nyoman Widiasih Ni Wayan Nur Sidi Murti Nonitema Nazara PANDE KETUT YULIARI Pratiwi, Dede Ayu Putra, B.P.A. Putu Anna Oktaviana Putu Sita Paramita Diyani Putu Suma Githa Sanjaya Putu Titin Evi Sucitrayani Rahma Anissa Rendra Ari Purna, Rendra Ari Saduarsasila, I Gede Agus Kana Sajuri, Indri Agustin Stevi SAMUYUS NEALMA Septianingsih, Ni Luh Putu Diah Simamora, Saruedi Siswanto, Riefqy Tepu Suandhika, Putu Wiweka, Ade Hary Yoseph, Veronica Vriscilla