Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

KARAKTERISTIK MINERALOGI BIJIH BESI DAERAH KADONG-KADONG, KABUPATEN LUWU, PROVINSI SULAWESI SELATAN Alam Budiman Thamsi; Hasbi Bakri; Harwan Harwan; Nasrullah Nasrullah; Muhammad Aswadi
Jurnal Pertambangan Vol 5 No 4 (2021): November 2021
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.731 KB) | DOI: 10.36706/jp.v5i3.454

Abstract

Bijih besi di Indonesia tersebar di antaranya di Pulau Sulawesi, Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. Pada Pulau Sulawesi telah dilakukan penelitian terkait bijih besi, di antaranya di daerah Lappadata, Bontocani, Tanjung, dan Pakke yang berada di Kab. Bone. Sedangkan bijih besi di daerah Kadong-Kadong Kab. Luwu belum dilakukan penelitian sehingga hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis mineral bijih, mineral ikutan, tektur secara mikroskopis dan paragenesa bijih besi. Metodologi penelitian dilakukan dengan sampling di lapangan dan analisis laboratorium yaitu analisis X-Ray Diffraction (XRD) dan analisis Mineragrafi, dengan memadukan informasi lapangan yang keseluruhannya dikaji, dianalisis, serta disintesis secara komprehensif buat mendefinisikan kesimpulan. Pada daerah penelitian terdapat perbukitan yaitu perbukitan bergelombang kuat dan bergelombang sedang. Intrusi batuan beku pada daerah penelitian adalah dike. Mineral bijih yang dijumpai pada stasiun 1 secara mikroskopis yaitu Magnetit, Hematit, Goetit, Pirit, Pirolusit, Kuarsa. Mineral bijih pada stasiun 2 secara mikroskopis yaitu Goetit, Magnetit, Hematit, Pirit, dan Kuarsa. Mineral bijih yang dijumpai pada stasiun 3 yaitu Hematit, Magnetit, Goetit, Siderit dan Kovelit. Tekstur bijih diidentifikasi dengan menggunakan analisis mineragrafi pada sayatan poles. Tekstur primer bijih yang diamati berbentuk tekstur intergrowth, tekstur replacement, tekstur granular, tekstur open space filling, dan tekstur inklusi akibat pendinginan magma. Komposisi mineral bijih besi yaitu terdiri mineral Magnetit, Hematit, Siderit, dan Goetit. Mineral ikutan terdiri atas mineral Kuarsa, Pirit dan Kovelit. Paragenesa berdasarkan kenampakan tekstur mineral daerah penelitian yaitu dimulai dari pembentukan mineral Magnetit, Siderit, Hemati, Pirit kemudian Geotit dan Kovelit.
PELATIHAN PEMANFAATAN ALAT NAVIGASI UNTUK PEMBUATAN PETA BAGI SISWA SMK NEGERI KEHUTANAN MAKASSAR Alam Budiman Thamsi; Firman Nullah Yusuf; Muhammad Idris Juradi; Harwan Harwan; Suriyanto Bakri; Muhammad Aswadi
Jurnal PkM Pengabdian kepada Masyarakat Vol 5, No 2 (2022): Jurnal PkM: Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jurnalpkm.v5i2.8072

Abstract

Perkembangan teknologi terkhusus pada sistem inforasi geografis (SIG) memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan pembuatan peta kehutanan. Pelatihan pemanfaatan alat navigasi untuk pembuatan peta di sekolah jurusan Teknik Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan akan sangat penting bagi mitra sekolah.  Pemanfaatan alat navigasi untuk pembuatan peta dilakukan dengan memasukkan data hutan, area rehabitasi dan reklamasi. Berdasarkan analisis kondisi mitra sekolah terdapat beberapa permasalahan yang muncul adalah masih adanya siswa yang belum mengetahui cara penggunan dan pemanfaatan alat navigasi untuk pembuatan peta kehutanan, pemanfataan alat navigasi belum masuk materi pengajaran serta belum adanya sarana dan prasarana dalam mendukung proses pembelajaran di mitra sekolah.  Metode yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pelatiahan adalah dengan memberikan pelatihan kepada peserta secara daring dan melakukan monitoring perkembangan kemampuan peserta.  Setelah dilaksakannya pelatihan peserta dapat memahami konsep tentang sistem informasi geografis, pengetahuan peta dasar, cara interpretasi dan digitasi ke aplikasi SIG, dapat mengoperasikan aplikasi SIG. Nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 <0,05, maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara hasil pelatihan pada data pra-pelatihan dan pasca-pelatihan. Sehingga dari hasil pada tabel ini disimpulkan bahwa pelatiahan yang telah dilaksanakan meningkatkan pemahaman siswa-siswi SMK Negeri Kehutanan terkait tema pelatihan.
Paragenesis Prospek Endapan Bijih Besi Daerah Tanjung Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan Hasbi Bakri; Harwan Harwan; Alam Budiman Thamsi; Irzal Nur; Firdaus F; Andi Fahdli Heriansyah
Jurnal Geomine Vol 9, No 2 (2021): Edisi Agustus 2021
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jg.v9i2.971

Abstract

Iron ore is the second most abundant metal on earth. The characteristics of this iron ore usually consist of iron ore carrier minerals associated with other minerals. One area that has iron ore prospects is the Tanjung area, Bontocani District, Bone Regency. The purpose of this study was to determine the types of iron ore carrier minerals and their associations, mineralization characteristics and paragenesis of iron ore carrier minerals. The data collection technique is carried out directly in the field by taking random samples in the field according to field conditions. Laboratory analysis uses mineragraphic analysis to determine iron ore carrier minerals and their associated minerals and X-Ray Diffraction analysis to determine iron ore carrier minerals that are not identified by mineragraphic analysis. From the results of the study found iron ore carrier minerals magnetite, goethite and hematite and their associated minerals in the form of sulfide minerals in the form of pyrite, covelite and braunite. The iron ore textures found are replacement and intergrowth textures. Paragenesis of mineral deposits formed successively are magnetite, hematite, pyrite, cuprite, braunite and goethite.
Analisis Pengaruh Waktu Pengadukan Terhadap Penetralan Asam Menggunakan Batugamping Dengan MetodE ABCC Firman Firman; Dewy Kumala Tehuayo; Nurliah Jafar; Habiebie Anwar; Suriyanto Bakri; Abdul Salam Munir; Harwan Harwan; Sitti Riatmi Nurhawaisyah; Firman Nullah Yusuf
Jurnal Geomine Vol 9, No 1 (2021): Edisi April 2021
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jg.v9i1.900

Abstract

Air asam tambang adalah air yang terbentuk akibat dari kegiatan penambangan dengan pH rendah (pH 6) sebagai dampak dibukanya suatu potensi keasaman batuan, sehingga menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air dan tanah, dimana pembentukannya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu air, oksigen, dan batuan yang mengandung mineral-mineral sulfida. Metode acid buffering characteristc curve (ABCC) melibatkan titrasi lambat sampel dengan asam sambil terus memantau pH. Material yang digunakan dalam proses pengolahan air asam tambang adalah bahan yang memiliki alkalinitas seperti batugamping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pengadukan pada proses penetralan asam. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan variabel waktu pengadukan 1, 3 dan 5 menit didapatkan pH awal untuk waktu 1 menit (pH awal 8,45, pH akhir 6,01), waktu pengadukan 3 menit (pH awal 8,51, pH ahir 6,23) dan waktu pengadukan 5 menit (pH awal 8,68, pH ahir 6,71). Dari hasil pengujian kualitas tersebut dapat diketahui bahwa variabel waktu dapat mempengaruhi proses penetralan asam. Semakin lama waktu pengadukan maka waktu (kecepatan) reaksi antara batugamping dengan air asam tambang akan semakin lama sehingga kualitas air yang dihasilkan akan semakin baik pula (pH semakin tinggi).
Analisis Karakteristik Penetralan Fly Ash Batubara Terhadap Air Asam Dengan Metode Acid Buffer Characteristic Curve Mubdiana Arifin; Mohammad salman said; Firman Nullah Yusuf; Harwan Harwan; Citra Aulian Chalik; Sitti Ratmi Nurhawaisyah; Nurliah Jafar; Nur Asmiani; Andi Fahdli Heriansyah; Ansariah Ansariah; Agus A Budiman
Jurnal Geomine Vol 9, No 3 (2021): Edisi Desember 2021
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jg.v9i3.980

Abstract

Fly ash atau abu terbang batubara yang dihasilkan oleh sisa pembakaran batubara hanya dianggap sebagai limbah B3 dan sangat kurang dari segi pemanfaatan, pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa fly ash ternyata memiliki sifat alkalinitas yang dapat menetralkan air asam tambang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik penetralan  fly ash batubara terhadap air asam . Untuk menganalisis karakteristik penetralan fly ash digunakan metode Acid Buffer Characteristic Curve (ABCC), metode ini menggunakan system titrasi asam HCl dan H2SO4 (0.5 Molar) kedalam sampel dengan jumlah 0,4 ml setiap satu kali titrasi dan titrasi akan terus dilakukan sampai dengan pH 2. Kandungan fly ash dominan terdiri dari silaka (SiO2) 40.13%, Alumunium oksida Al2O3) 13,71%, Kalsium oksida (CaO) 12.50%, Besi Oksida (FeO) 20%. Hasil uji static nilai Acid Neutralizing Capacity dari fly ash adalah 337,88 kgH2SO4/ton dan nilai NAPP -326 kgH2SO4/ton ini mengindikasikan sifat alkalinitas yang tinggi dari fly ash. Grafik ABCC menunjukan karakteristik penetealan pada fly ash kurang maksimal pada pH diatas netral karena kandungan CaO yang tidak terlalu besar sehingga kapasitas buffer pada range pH tersebut tidak maksimal berbeda dengan karakteristik penetralan pada  pH dibawah netral (6-3) fly ash sangat baik pada range pH tersebut karena kandungan gypsum, magnesium, dan alumunium oksida yang bereaksi pada range pH tersebut. Dari hasil pengujian ABCC mendeskripsikan bahwa karakteristik penetralan pada fly ash cukup baik tetapi memiliki kapasitas penyangga (buffer capacity) yang kecil pada pH 7-10.
Penerapan Sistem Informasi Geografis Untuk Mengidentifikasi Tingkat Bahaya Longsor Di Kec. Sabbang, Kab. Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan Alam Budiman Thamsi; Habibie Anwar; Suryanto Bakri; Harwan Harwan; Muh. Idris Juradi
Jurnal Geomine Vol 7, No 1 (2019): Edisi April 2019
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1173.466 KB) | DOI: 10.33536/jg.v7i1.340

Abstract

Bencana alam merupakan kejadian yang perlu dilakukan penelitian lebih mendalam sehingga dapat meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas daerah rawan bencana longsor, tingkat daerah bencana longsor dan foktor yang dapat menyebabkan terjadinya longsor. Metode penelitian dilakukan menggunakan aplikasi sistem informasi geografis (SIG) yang terdiri dari data curah hujan, penggunaan area lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, lithologi batuan, bentuk lahan dan struktur geologi. Data tersebut kemudian dilakukan pengharkatan (scoring) untuk memperoleh area tingkat bahaya longsor. Hasil penelitian diperoleh empat zona tingkat bahaya longsor yaitu zona bahaya longsor rendah dengan luas 3.656 Ha, zona bahaya longsor sedang dengan luas 22.628 Ha, zona bahaya longsor tinggi dengan lus 42.063 Ha dan zona bahaya longsor sangat tinggi 331 Ha. Hasil yang diperoleh mengidentifiksikan bahwa potensi untama bahaya longsor disebebkan oleh curah hujan yang tinggi yaitu 3826 mm/tahun. Area kemiringan lereng 40% sampai 100% yang luas juga merupakan factor yang menyebabkan potensi terjadinya longsor.
Karakteristik Endapan Bijih Besi Daerah Pakke Desa Langi Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Harwan Baharuddin; Irzal Nur; Adi Maulana; Nurliah Jafar; Firdaus F; Andi Fahdli Heriansyah
Jurnal Geomine Vol 8, No 3 (2020): Edisi Desember 2020
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jg.v8i3.631

Abstract

Bijih besi di daerah Pakke ditemukan berupa bongkah-bongkah bijih besi magnetit dan hematit yang berasosiasi dengan intrusi granodiorit dan pegmatit granodiorit (Utoyo, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi, jenis batuan dan mineral pembawa bijih besi, serta karakteristik endapan bijih besi daerah penelitian. Tahapan pengambilan data berupa Pengamatan Singkapan. Pengambilan sampel litologi, menggunakan metode Rock Sampling. Metode analisis yang digunakan untuk menentukan karakatersitik endapan bijih besi yaitu analisis petrografi untuk mengetahui jenis litologi, analisis mineragrafi untuk mengetahui mineral pembawa bijih dan analisis XRD (X-Ray Diffraction) untuk mengetahui mineral alterasi dan mineral bijih. Berdasarkan tipe alterasi dan mineralisasi diketahui bahwa tipe endapan bijih besi pada daerah penelitian yaitu endapan skarn. Dimana endapan skarn ini terbentuk proses metamorfisme kontak yang bertemperatur tinggi. Magma yang kaya akan silika menginstrusi batuan sedimen yang kaya akan karbonat seperti batugamping. Jenis batuan pada daerah penelitian yaitu batuan beku berupa basal yang diindikasikan sebagai source rock dan batuan karbonat berupa wackstone yang diindikasikan sebagai host rock atau batuan penyimpan bijih besi dimana mineral pembawa bijih besi yaitu magnetit, hematit dan goetit.
ANALISIS ALTERASI PADA ENDAPAN BIJIH BESI DI DAERAH TANJUNG, KECAMATAN BONTOCANI, KABUPATEN BONE, PROVINSI SULAWESI SELATAN Firdaus F; Tri Andriyani Kandora; Dirgahayu Lantara; Alam Budiman Thamsi; Harwan Harwan; Hasbi Bakri
Geosapta Vol 6, No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1317.17 KB) | DOI: 10.20527/jg.v6i1.7082

Abstract

Keberadaan bijih besi di Indonesia dapat ditemukan dibeberapa daerah dengan jumlah keterdapatan yang beragam. Salah satu daerah yang memiliki potensi keterdapatan bijih besi adalah daerah Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui himpunan mineral dan tipe alterasi endapan bijih besi. Metode yang dilakukan yaitu observasi singkapan, pengambilan sampel, dan identifikasi mineralisasi-alterasi yang selanjutnya dianalisis petrografi dan geokimia. Pengujian terhadap 5 sampel batuan melalui analisis petrografi dilakukan untuk mengetahui kelimpahan mineral penyusun dan analisis geokimia dari pengujian XRD (X-rayDiffraction) dilakukan untuk menentukan jenis mineral secara lebih spesifik yang tidak dapat dilihat melalui analisis petrografi, serta untuk menentukan himpunan mineral dan tipe alterasi. Himpunan mineral alterasi berdasarkan hasil analisis petrografi adalah plagioklas, kuarsa, kalsit, garnet, epidot, piroksin, serisit, augit, diopside, hornblende, feldspar, microcline, dan muskovit. Sedangkan hasil analisis XRD (X-rayDiffraction) menunjukkan kehadiran andradit, melanit, flourin, magnesit, alabandit, magnetit, cooperit, danalit, goetit, albit, hedenbergit, dolomit, cristobalit, wollastonit dan chromit. Berdasarkan beberapa mineral penciri tersebut dapat diketahui bahwa tipe alterasi di daerah penelitian adalah propilitik dan skarn. Kata kunci: Bijih Besi, Alterasi, Mineral, Petrografi, XRD.
KARAKTERISTIK MINERALISASI DAN PARAGENESIS ENDAPAN BIJIH BESI DAERAH PAKKE, KECAMATAN BONTOCANI, KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN Harwan .; Firdaus .; I. Nur; A. Maulana; A. F. Heriyansyah; M. S. Said
Jurnal Pertambangan Vol 6 No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jp.v5i3.462

Abstract

Sebaran cebakan bijih besi di Indonesia banyak ditemukan di Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan. Daerah di Sulawesi Selatan yang memiliki sumber daya bijih besi yang melimpah yaitu Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan tepatnya di Dusun Pakke, Kecamatan Bontocani. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengetahui jenis mineral pembawa bijih besi serta asosiasinya dan mengetahui paragenesis atau urutan pembentukannya. Proses pengambilan data meliputi pengamatan secara langsung singkapan bijih besi yang muncul ke permukaan dan melakukan pengambilan sampel dengan metode chip sampling dan rock sampling. Analisis laboratorium menggunakan analisis mineragrafi untuk mengetahui mineral pembawa bijih besi dan tekstur mineral bijih dan Analisis X-Ray Diffraction (XRD) untuk menganalisis mineral pembawa bijih besi serta asosiasinya. Dari hasil penelitian diperoleh mineral pembawa bijih besi berupa magnetit, hematit dan geotit dengan asosiasi mineral berupa mineral sulfida yaitu pirit dan mineral pembawa bijih mangan berupa pirolusit dan manganit. Tekstur mineral bijih yang dijumpai yaitu intergrowth, granular, replacement dan open space filling. Berdasarkan pengamatan tekstur bijih paragenesis endapan bijih Daerah Pakke berturut-turut dimulai dari terbentuknya mineral yaitu magnetit, manganit, pirolusit, hematit, pirit dan goetit.
Identifikasi Sebaran Batugamping Menggunakan Data Citra Landsat 8 Di Pulau Buton Bagian Selatan Andi Fahdli Heriyansyah; Citra Aulian Chalik; Muhamad Hardin Wakila; Harwan Harwan; Jamal Rauf Husain; Firdaus F
Jurnal Geomine Vol 10, No 1 (2022): Edisi April 2022
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jg.v10i4.985

Abstract

Indonesia memiliki potensi bahan galian industri cukup besar dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pulau Buton yang terletak di salah satu lengan Sulawesi bagian tenggara adalah salah satu wilayah Indonesia yang memiliki potensi batugamping cukup besar, batugamping terumbu tersebut telah mengalami proses geologi hingga terangkat 700 m ke permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sebaran batugamping dengan menggunakan data Citra Landsat 8 OLI (Operational Land Imager). Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data Citra Landsat 8 kemudian dianalisis dan dilakukan beberapa metode interpretasi sehingga sebaran batugamping dapat teridentifikasi dengan baik. Metode interpretasi yang digunakan pada Citra Landsat 8 adalah metode composite band RGB (Red Green Blue), band ratios, dan band spectral. Pada data Citra Landsat 8, metode interpretasi yang dilakukan didapatkan dua klasifikasi sebaran batugamping yaitu sebaran batugamping potensi tinggi dan sebaran batugamping potensi rendah. Setelah pengolahan data Citra Landsat 8, penelitian ini juga melakukan pengecekan langsung di lapangan untuk mendukung keberhasilan dari hasil interpretasi yang dilakukan. Penelitian ini memiliki implikasi yang cukup besar untuk memanfaatkan data Citra Landsat 8 untuk tujuan eksplorasi lebih lanjut.